"astaga tuhan... tau begini mami seret kamu pulang dari kapan tau!"
eric melempar kaleng beer kosong yang baru habis ditenggaknya. kedatangan mami ke apartemen tanpa kabar membuat eric belum sempat membereskan semua kekacauan yang terjadi sejak tadi malam.
kaleng beer, camilan, tisu, kertas, semua berserakan dimana-mana. mami datang langsung mencak-mencak sambil membereskan itu semua sedangkan anak bontotnya masih duduk berkutat di kursi kerjanya.
"mami tau kamu pekerja keras, tapi jangan diforsir gitu dong dek, kasian badan kamu!" omel mami menatap anaknya yang terus menekan keyboard, menghapus kalimat demi kalimat yang baru diketiknya.
"kamu butuh istirahat dek"
eric terus diam seakan tuli, kembali mengetik kalimat namun pada akhirnya dihapus. terus begitu hingga mami geram dibuatnya.
"eric clarkson!" mami menarik tangan anaknya dari atas keyboard.
"what's wrong with you, son?" tanyanya khawatir, eric yang sekarang bersandar pada kursinya, tiba-tiba menangis. wajahnya memerah akibat mabuk, membuat mami gak tega melihatnya.
"kamu tidur sana, biar mami rapiin ruanganmu"
akhirnya eric menurut dan keluar dari ruangan untuk ke kamarnya. mami menatap sekitar sambil menghela napas, ini salahnya karena terlalu membebaskan eric selama ini. mengingat bagaimana terkekangnya eric di rumah membuat mami melepasnya untuk membiarkan eric berkelana mencari jati dirinya. tapi hal itu justru membuat mereka jauh dan mami gak begitu mengenal anaknya sekarang. apa yang dilalui eric, bagaimana perasaan anaknya, mami gak tau.
perkataan eric tempo lalu terus terulang. ketika eric akhirnya pulang ke rumah dan mengatakan bahwa orang tuanya hanya peduli pada tristan, hati mami rasanya sangat tertohok. itu lah mengapa sekarang mami berkunjung ke apartemen eric, dan kaget dengan apa yang terjadi sekarang.
selagi anak bontotnya tidur, mami berniat memasak sesuatu karena tadi sempat membeli bahan makanan sebelum ke sini. mami membuka kulkas di dapur dan menyerngit ketika ada sekotak pudding dengan kertas di atasnya.
julia
setau mami, anaknya ini tinggal sendirian, gak pernah ada roommate, makanya bingung ketika membaca kertas bernamakan julia itu. bukan hanya pudding, ada beberapa minuman dingin yang juga diberi nama yang sama, julia.
mami jadi mikir, mungkin anaknya ini lagi patah hati akibat perempuan bernama julia. karena gak mungkin eric membiarkan orang lain tinggal bersamanya jika bukan siapa-siapa. melihat bagaimana sedihnya eric tadi membuat mami berspekulasi bahwa eric dan julia sedang dalam pertengkaran.
mami harus cari tau soal ini.
hampir satu jam kemudian eric dengan rambut yang berantakan serta wajah yang kusam menghampiri mami. matanya masih berusaha terbuka lebar dan bingung dengan keberadaan mami yang sekarang sedang menata makanan di pantry.
"mami? kapan dateng?"
mami mendongak menatap eric yang sedang mengusap matanya. "astaga bau alkohol kamu, mandi dulu sana!"
"males, aku laper" dengan santainya eric malah duduk bersiap makan, mami hanya menggeleng.
"aku tanya, mami kapan dateng?" tanya eric lagi.
"sebelum kamu tidur," jawab mami seadanya, ikut duduk di hadapan eric.
"ruang kerja sama kamar udah mami rapiin," eric mengangguk sambil mengunyah makanan mendengar informasi itu.
"lain kali jangan minum banyak-banyak," eric kembali mengangguk.
"istirahat yang cukup!" lagi dan lagi eric hanya mengangguk.