semenjak eric menandatangani kontrak, julia tau hari-hari dia gak akan tenang. terbukti sekarang julia lagi uring-uringan akibat eric lagi-lagi ngilang gak ada kabar.
seharusnya eric ngumpulin 5 chapter pertama novelnya, tapi ditunggu dari pagi gak ada email masuk. di whatsapp juga gak bales, status online bahkan gak keliatan.
julia tau bakalan susah. tapi masa iya udah terikat kontrak masih seenaknya gini. julia rasanya pengin tendang eric, beneran deh.
karena naskah harus segera diedit, julia yang udah tunggu dari pagi hingga sore memutuskan untuk menghampiri eric ke kediamannya.
beberapa kali julia membunyikan bel, tapi gak kunjung dapet respon. bahkan di dalam sana tuh keliatan sepi banget seakan gak ada orang.
julia akhirnya memutuskan untuk ngintip lewat lubang pintu(walaupun mustahil), tapi baru aja deketin wajahnya tiba-tiba pintu terbuka. bukannya ngintip, julia sekarang malah menatap tubuh kekar eric yang bertelanjang dada sekarang.
buru-buru julia menegapkan tubuhnya sebelum eric mikir macam-macam.
"ngapain sih?" eric menguap, lalu meregangkan otot-otot tubuhnya. bisa julia yakini cowok ini baru bangun tidur.
"selamat sore, eric! maaf menganggu waktunyaㅡ"
"gak usah basa-basi!" eric balik badan dan masuk ke dalam. julia langsung ancang-ancang seperti memukul orang, tapi begitu eric menoleh, julia kembali berdiri tegap menampilkan senyum.
"masuk!"
setelah eric mempersilakan, julia langsung masuk. meletakan sepatunya pada rak dan mengikuti langkah eric.
eric duduk di sofa, begitu juga julia. tapi julia saat ini cuma bisa senyum canggung. pasalnya eric masih dengan santai bersandar pada sofanya dengan keadaan shirtless. julia disini kan mau bahas kerjaan, gak sepantesnya eric begini kan.
"oh- don't mind me. ngapain pagi-pagi kesini?" tanya eric tanpa beban.
dan pagi?? jelas-jelas julia tadi ngucap 'selamat sore'. jangan bilang cowok ini abis clubbing semaleman yang bikin dia lupa sama kerjaan sendiri.
"ini... udah sore by the way,"
eric segera melirik pada jam di dinding, tapi reaksinya biasa aja. cowok itu kembali menatap julia meminta penjelasan atas kedatangannya.
"ah itu, lo belum cek e-mail?" tanya julia (masih) sopan. eric berdecak lalu membuka ponselnya, julia rasanya gak nyaman apalagi cowok itu dalam keadaan shirtless.
"oh, sini ikut gue," eric berdiri begitu dia selesai membaca e-mail yang dimaksud. julia cuma bisa ikutin kemana eric melangkah.
"mau ngapain?" tanya julia mulai waspada begitu dia sadar mereka memasuki kamar eric.
eric gak jawab, dia terus berjalan ke arah pintu lagi yang ada di dalam kamar. dibukanya ruangan itu menampakan meja serta komputer dan banyak berkas-berkas, buku berserakan di atasnya. bisa diyakini ini adalah ruang kerja eric.
eric duduk depan komputer, tangannya mengotak-atik mouse lalu menyuruh julia mendekat. julia pun mendekat tapi masih mencoba menjaga jarak supaya tidak bersentuhan dengan lengan eric. tapi cowok itu malah mempersilakan julia lebih dekat lagi dengan menarik pelan lengannya.
"ini ada 10 chapter, lo bisa mulai dari sini,"
julia kembali menegakkan tubuhnya. "e-mail aja??" bingungnya.
eric menggigit bibirnya selagi berfikir. kakinya naik turun gak nyaman. "gak bisa."
julia segera menarik nafas dalam lalu memaksakan senyumnya. walau dia tau pasti akan ada drama lain yang dibuat eric, tapi yang ini aneh.
"lo dateng aja kesini sesuaiin jadwal kerja lo. kalo butuh 5 chapter, yaudah kerjain aja sekarang 5,"
"maaf eric, tanpa gue jelasin harusnya lo paham gimana cara kerja kita,"
"iya, sekarang gue punya kriteria sendiri,"
lagi-lagi julia hanya bisa mempertahankan senyum. "boleh gue tau alasannya?" bahkan dia menanbahkan eye smile di akhir.
"umm... itu"
"mungkin bisa gue pertimbangkan kalau alasannya masuk akal," kata julia meyakinkan, walaupun sebetulnya gak akan dia terima permintaan aneh kayak gitu.
"gue gak mau berurusan sama urusan plagiarisme,"
"excuse me?"
"you heard me,"
eric berdecak karena julia seperti gak paham maksudnya. "kantor kalian belum lama ini kena kasus plagiarisme, kan? karena naskah yang dalam proses pengeditan bocor di sosial media,"
julia beringsut menutup mulutnya. itu benar, lima bulan yang lalu dan julia lah penyebabnya. makanya kenapa dia sekarang diberi tanggung jawab bersama penulis baru yang sialnya adalah eric.
sudah kena potong gaji, caci maki, dan juga masih harus menghadapi seorang eric. julia gak tau dosa apa dia di masa lalu harus menerima takdir sesial ini.
melihat julia yang diam tak bersuara, eric tau cewek itu gak punya pembelaan. dia segera berdiri, lalu menyuruh julia duduk di tempatnya tadi.
"gue buatin minum sama camilan buat lo," eric keluar, meninggalkan julia dalam keadaan yang-gak-tau-harus-apa.
eric menutup pintu, lalu senyumannya langsung merekah. entah apa yang dipikirkan cowok itu.
sedangkan julia sekarang mulai membaca paragraf demi paragraf yang ditulis eric. tanpa sadar ia larut dalam suasana dan terhipnotis pada setiap kata yang tertera di layar komputer. julia seperti merasa seperti pemeran utama dalam cerita itu.
oh, tunggu. julia benar-benar merasa seperti pemeran utamanya. kenapa rasanya julia pernah mengalami ini semua?
"kayak deja vu... tapi apa ya?"
julia kembali ke atas, menatap judul yang terpampang besar dan jelas.
'MEET ME SOMEWHERE'
judul yang bagus, pikir julia.
tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
partner | lia, eric
Fanfiction𝐨𝐧 𝐠𝐨𝐢𝐧𝐠. "why not just make it real?" eric asked.