Bab 2 Istri yang Tak Dianggap

65 2 0
                                    


Istri Pilihan Ibu

Bab 2 Istri yang Tak Dianggap

Hanya berselang tiga hari setelah ibunya dimakamkan, Sadewa berencana untuk kembali ke Jakarta. Pekerjaannya telah menanti. Begitu pula sang kekasih pujaan hati telah menunggunya.

"Gemi, sore ini aku akan balik ke Jakarta. Kamu tetap tinggalah di desa saja," perintah Sadewa ketus sembari memasukkan pakaiannya ke dalam koper.

Sadewa menikahi Gemi karena terpaksa demi ibunya. Setelah sang ibu tiada, ia merasa tidak membutuhkan Gemi lagi, istri pilihan ibunya.

"Mas Dewa, bolehkah aku ikut?" mohon Gemi mengiba.

Gemi sudah tidak memiliki orang tua. Dari bayi baru lahir sang nenek yang merawatnya. Namun, setahun yang lalu Mbah Tum, neneknya meninggal.

Rumah sang nenek dijual oleh Paklik Man--pamannya-- untuk membayar utang. Gemi tidak enak bila terus menumpang tinggal di rumah pakliknya yang memiliki banyak anak.

"Nduk, bersabarlah bila nanti Dewa belum bisa menerimamu. Witing tresno jalaran soko kulino. Kecantikan hatimu nantinya akan bisa membuatnya luluh," pesan Bu Gayatri sebelum meninggal makin memantapkan hati Gemi untuk mengikuti suaminya ke ibu kota.

"Kamu tahu 'kan? Aku menikahimu karena terpaksa. Jangan berharap lebih. Ibu sudah tidak ada. Aku sudah tidak membutuhkanmu lagi. Bisa saja aku menceraikanmu saat ini juga bila kau mau. Aku telah memiliki kekasih di ibu kota." Sadewa menatap tajam ke arah Gemi. Kekasihnya di Jakarta belum mengetahui bila ia telah menikah.

Batin Gemi perih diperlakukan begitu oleh suami yang dicintainya dengan tulus dan sepenuh hati. Mungkin bila tidak ada rasa cinta yang bersemayam dalam kalbunya, ia tak akan merasakan sesakit ini mendapatkan penolakan. Sayangnya cinta Gemi terhadap Sadewa terlalu dalam. Selama 10 tahun gadis desa itu telah menyimpan rasa cintanya.

Gemi tidak menyangka Sadewa yang dulu selalu berkata santun dan tidak sekalipun pernah meremehkannya, kini tega berbicara kasar seperti itu kepadanya.

Gemi sadar siapa dirinya. Lelaki pujaan hatinya itu pastilah merasa malu untuk mengakuinya sebagai istri di depan banyak orang. Sudah istrinya jelek dan gendut, bibit, bebet, dan bobotnya pun tidak sepadan.

Bibit atau garis keturunan Gemi pun tidak jelas. Sumirah--ibunya Gemi--dulu pernah bekerja di ibu kota sebagai ART dan diperkosa oleh majikannya hingga hamil.

Gemi tidak pernah tahu siapa ayah biologisnya karena sang ibu meninggal saat melahirkannya. Gadis itu di asuh neneknya hingga berusia 23 tahun.

Bebet atau status sosial antara Sadewa dan Gemi pun tidaklah sederajat. Gemi hanyalah ART di rumah Sadewa sebelum diangkat jadi menantu.

Bobot pun berbeda. Sadewa lulusan sarjana universitas negeri terbaik di ibu kota. Sedangkan Gemi hanyalah lulusan SMA. Bu Gayatri yang membiayai pendidikan Gemi hingga tamat SMA.

Yang paling membuat Gemi merasa rendah diri adalah penampilan fisiknya yang tidak menarik. Mungkin itu salah satu alasan mendasar Sadewa tidak menginginkan dirinya sebagai istri. Sepertinya Sadewa mempunyai standar dan kriteria tinggi dalam memilih pasangan.

"Di Jakarta aku bisa menyucikan baju Mas Dewa dan menyiapkan makanan setiap hari. Bila Mas Dewa malu mengakuiku sebagai istri, gak papa. Aku rela dianggap sebagai pembantu." Gemi Nastiti masih berusaha membujuk suaminya supaya diperbolehkan ikut.

Meski tak dianggap sebagai istri, tidak menyurutkan niat Gemi untuk tetap berbakti kepada suaminya. Ijab kabul adalah sebuah janji suci, bukan perkara main-main. Ia bertekad akan merebut hati suaminya agar bisa mencintai dirinya dengan tulus apa adanya. Sebuah harapan yang mampu membuatnya bertahan.

Istri Pilihan Ibu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang