Bab 17 Baru Dekat Dipaksa Menjauh

60 2 2
                                    

ISTRI PILIHAN IBU

Bab 17 Baru Dekat Dipaksa Menjauh

"Sampai kapan kamu akan bertahan, Gemi?" tanya Haris sedikit emosional. Ia tidak habis pikir Gemi senaif itu, tetap berharap dan mencintai lelaki plin-plan kayak Sadewa.

Bagaimana ia bisa cepat move on bila Gemi tidak bahagia dengan pernikahannya. Sementara kebahagiaan Gemi adalah prioritas utama dalam hidupnya.

"Sampai Mas Dewa sendiri yang menceraikanku, Ris," jawab Gemi dengan mantap.

Tidak ada keraguan sedikitpun dari ucapannya itu. Gemi masih kukuh memegang keyakinan untuk terus bertahan berada di sisi Sadewa, pria yang menjadi cinta pertamanya dan tetap dicintainya hingga kini.

"Keras kepala sekali kamu, Gemi! Aku aja sakit dan tidak terima kamu hanya dimanfaatkan Mas Dewa. Hanya dianggap sebagai pembantu saja. Aku tidak habis pikir. Cinta membuatmu begitu lemah tak berdaya. Hah!" Haris masih kesal melihat betapa bodohnya Gemi.

Dari jauh Gemi melihat seorang anak perempuan berusia sekitar lima tahun  terjatuh dari sepedanya yang nyungsruk nyungsep ke dalam got. Gadis kecil itu menangis histeris. Tidak ada seorang pun yang berada di tempat kejadian.

Gemi yang memiliki sifat welas asih dan mudah tersentuh spontan berlari  cepat ke arah gadis kecil yang tengah menangis dengan keras.

"Dek, mana yang sakit?" tanya Gemi, berjongkok sambil memeriksa tubuh gadis kecil itu. Sementara Haris mengurus sepeda mini dimana roda depannya masuk ke dalam got.

"Lututnya berdarah ini. Perih, ya?" Gemi meniup-niup lutut gadis kecil itu sekadar meringankan rasa sakitnya.

"Cherry .... Ya, Allah ....," seru seorang pria muda dengan panik sambil  menghampiri gadis kecil itu.

"Papaaa ...." Gadis kecil itu menangis makin keras. Entah karena tubuhnya terasa sakit atau karena kehadiran papanya membuatnya menjadi manja dan malah cengeng.

"Makasih ya, Mbak sudah menolong anak saya," ucap lelaki itu kaget. Ia merasa pernah bertemu dengan Gemi sebelumnya, hanya tidak ingat di mana.

"Hehe ... Sebelumnya kita pernah bertemu di gedung Buana Aksara," ucap Gemi sambil nyengir.

"Oh, iya, Mbaknya yang waktu itu mau anter berkas ke Pak Dewa waktu rapat 'kan?"

"Betul ... seratus untuk Bapak," ucap Gemi cengengesan. Baru bertemu dua kali keduanya sudah tampak akrab karena pria muda seumuran Sadewa itu bersikap supel dan ramah saat pertemuan pertama mereka dulu.

"Kenalin, aku Fathur. Ini putriku, Cherry."

"Hai, Cherry. Kenalin aku Mbak Gemi," kata Gemi menyapa gadis kecil yang berada dalam pelukan papanya.

"Pak Dewa tinggal di kompleks perumahan ini juga, ya? Kalo aku baru pindah dua minggu ini. Ayah mertuaku yang mengajak pindah ke sini. Makasih, ya, sudah menolong putriku."

"Sama-sama, Pak."

Gemi dan Haris lalu melanjutkan berlari-lari kecil menuju taman yang berada di tengah kompleks perumahan itu.

"Kamu kenal sama lelaki itu sebelumnya?" tanya Haris cemburu.

"Aku pernah bertemu sekali di kantor Mas Dewa."

"Gemi, hati-hati! Ini Jakarta. Kamu jangan langsung percaya dengan orang yang baru pertama kali kamu temuin," ucap Haris mengingatkan.

"Aku bertemu Pak Fathur udah yang kedua, kok. Aman!" jawab Gemi sambil terkekeh.

***

Setelah selesai makan malam dan mencuci piring, seperti biasa Gemi langsung masuk kamar. Gadis desa itu tidak suka menonton televisi. Berbeda dengan Sadewa, saat berada di rumah, lelaki tampan itu kerap ditemukan sering berada di depan televisi yang menyala.

Istri Pilihan Ibu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang