Bab 04

23 3 0
                                    

Halo! Selamat malam Minggu semuaa!
Alhamdulillah bisa double update, di sela-sela kegabutan yang haqiqi.

Parah banget ya, bukannya belajar malah leha-leha, tapi mimpi dapet nilai seratus. Siapa dia? Saya saya saya!🤗

Nggak banyak basa-basi ya, yuk langsung aja dibaca!

HAPPY READING!💜

Sudah memasuki tengah hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah memasuki tengah hari. Thala merapikan dokumen-dokumen yang sempat menjadi teman bacanya beberapa jam yang lalu. Ia melihat arloji yang melingkar indah di tangan kanannya.

Pukul 12.40 siang.

Sejenak Thala teringat, bahwasannya ia belum melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim. Dengan segera, ia mengambil langkah menuju musholla yang ada di kantor ini.

Kantor? Ya. Thala sudah diterima di Haitham Corp sebagai sekretaris dari Bapak Julian yang terhormat selama satu Minggu yang lalu. Dan selama seratus enam puluh delapan jam yang lalu, selalu ada umpatan yang keluar dari bibirnya.

Mengingat bosnya yang satu itu sangat amat menguji kesabaran. Sudah dingin, irit bicara, banyak mau pula.

Suasana musholla nampak sepi. Mungkin karena mayoritas muslim mengerjakan kewajibannya tepat waktu di saat adzan berkumandang. Huh, Thala jadi merasa berdosa karena tadi lebih mementingkan kertas-kertasnya.

Usai membersihkan hadas kecilnya menggunakan air wudhu, dan menjalankan shalatnya. Thala mampir sebentar ke toilet untuk membenahi riasannya. Anggaplah ia tengah touch up.

Ceklek

Pintu toilet terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang asing di mata Thala. Ia tidak pernah melihat ada karyawan yang seperti ini di kantornya.

"Mama, jangan lama-lama, Alyn lapar," tutur seorang gadis manis yang dapat Thala simpulkan namanya adalah Alyn.

"Iya, Sayang. Sabar ya, perut Mama sakit, nih," jawab wanita paruh baya yang sebelumnya membuka pintu.

"Tapi cepet, nanti makanan kesukaan Alyn keburu habis," rengek gadis kecil itu kembali.

Melihat raut kebingungan dari wanita paruh baya di belakangnya. Sontak hati kecil Thala terbuka.

"Maaf, Bu. Kebetulan saya mau ke kantin, kalau ibu mau, ibu boleh menitipkan anak ibu ke saya. Tenang aja, nggak akan saya culik, kok," tawar Thala dengan senyum manisnya.

Wanita itu nampak memperhatikan Thala dari atas hingga ke bawah. Seolah melihat dari ujung rambutnya sampai kuku-kuku kakinya.

"Ah, sepertinya kamu memang gadis yang baik. Alyn, ikut Kakak ini ya? Nanti minta tolong pesenin makanan yang Alyn mau di kantin, oke? Mama udah nggak kuat."

Mantan MahasiswiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang