Chapter 3. Drunk
.
"Jungwon!"
Pergerakannya yang tengah menulis terhenti guna memusatkan perhatian pada sosok yang duduk dihadapannya. Sebelah alis Jungwon terangkat, belum pernah dia melihat cewek ini mau bicara dengannya. Shin Yuna. Teman satu kelasnya itu selalu duduk paling depan bersamaan dengan murid pintar lainnya.
"Kenapa Yuna?"
Tak kunjung menjawab, wajahnya justru merah tersipu, Jungwon makin menerka-nerka apa yang hendak dibicarakan cewek itu dengannya.
Terlihat grasak-grusuk Yuna mengeluarkan ponselnya, "Aku boleh minta nomornya kak Sunoo?" Kata cewek itu, menyodorkan ponsel pintarnya pada Jungwon.
"Hah?"
"Itu.. kan kamu deket ya sama kak Sunoo, jadi bisa dong bantuin aku. Hehe."
"Deket gimana emang?" Sedikit banyak Jungwon cukup penasaran dengan pandangan orang mengenai dirinya juga Sunoo Sunoo itu. Mengingat mereka selalu pulang pergi bersama. Walau tak jarang Jungwon mengabaikannya saat berpapasan di area sekolah.
"Iya kan kalian udah kaya adik kakak gitu, muka kalian juga mirip, lucu deh. Lebih lucu lagi kalau aku ikutan nyempil, jadi kakak ipar kamu hehe." Terdengar nada penuh percaya diri pada kalimat Yuna. Jungwon jadi tak tega.
Jungwon mendengus, apanya yang anak kembar. Mengambil alih ponsel Yuna dan mulai mengetikkan beberapa angka disana.
Yuna menatap penuh binar deretan angka pada layar ponselnya, "Makasih ya Jungwon!" Dan cewek itu pergi tanpa sepatah kata.
"Ngapain juga gue peduli?"
***
Di sudut ruangan dengan cahaya remang-remang, dia duduk memeluk Cue Stick miliknya. Ditemani beberapa gelas wine mahal. Sunoo menikmati permainan mereka.
"Anak buah ku melihatmu keluar bersama seorang gadis, katanya dia cantik." Seorang pria paruh baya mengambil tempat disampingnya, Sunoo hanya melirik pergerakan laki-laki itu tanpa berminat. Dia tahu kemana arah pembicaraan ini.
"Oh ya.." jawabnya tanpa menoleh.
Pria itu tampak salah tingkah, diabaikan oleh orang yang jauh lebih muda sedikit mencoreng harga dirinya. Maka ia membuat pertaruhan, "Villa di pegunungan itu sangat sepi, bangunannya sudah tua namun masih cukup kokoh, sayang keluargaku lebih memilih menghabiskan liburan di pulau pribadi kami, alangkah baiknya jika menjualnya saja, tapi kau tahu, sulit mencari pembeli yang mau menawarkan harga bagus."
Sunoo mendengarkan dengan seksama, meski tak menolehkan pandangnya dari meja biliar. Si Kim tersenyum miring, balas menatap pria tua itu. "Anda mau menukarkan sebuah villa untuk gaung muda Tuan? Tidakkah itu berlebihan?" Bertumpu lengan, tampak lawan bicaranya sedikit gugup.
Sudah bukan rahasia jika para pebisnis selalu menyewa gadis-gadis cantik untuk menemani mereka. Dengan tidak malunya pria yang sudah bersuami memamerkan wanita mereka didepan para pebisnis lain.
Pria itu mengusap tengkuknya, "Ya kau tahu, belakangan agak sulit mencari gadis gadis itu, mereka terlalu pintar. Harusnya tak usah disekolahkan saja perempuan rendahan seperti mereka." Jawabnya. Menggebu-gebu. Membuat gatal gendang telinga Sunoo.
Ia berdiri, membubuhkan kapur pada ujung stiknya, gilirannya sudah tiba. "Kita lihat saja Tuan, siapa tahu gadisku sedang butuh liburan." Ucapnya, mengedipkan sebelah matanya sebelum menghadap pada meja biliar.
Sunoo pandai dalam mengayunkan stik, namun malam ini dia tak ingin memenangkan permainan seperti yang sudah. Dia akan memberikan tugas untuk si Manis yang tengah bermain konsol di kamarnya. Setidaknya Jungwon harus membayar ganti atas kebangkrutan isi dompet Sunoo tempo hari, bukan?
Foul
Cue ballnya menggelinding terlalu jauh.
"Tidak biasanya," komentar salah satu lawan mainnya. Kepala keluarga Son itu bertumpu pada meja, menggeleng tak percaya pada ulah tangan Sunoo.
"Mungkin aku sudah mabuk." Mengangkat bahunya tak acuh, Sunoo pamit begitu saja. Langkahnya terhenti didepan pintu, mengabaikan pelayan yang hendak memasangkan jas miliknya. Sunoo berbalik, "Bagaimana jika kita lihat barangnya lebih dulu?" Menyelipkan sebuah kertas pada saku jas pria tadi.
***
"Bosennnn! Sunoo kemana coba ngeluyur mulu!" Berguling-guling pada lantai kamarnya, Jungwon sudah muak bermain gim sejak pagi.
Sekarang sudah pukul sepuluh malam namun belum ada tanda-tanda Sunoo akan pulang. Cowok itu sudah keluar dari pagi buta, tidak meninggalkannya sepeserpun untuk dirinya. Alhasil Jungwon harus makan mi instan seharian.
"Sebentarr!" Jungwon berlari membukakan pintu. Namun senyumnya pudar ketika tak mendapati Sunoo dibaliknya. Lagipula untuk apa Sunoo bersusah-susah memencet bel.
"Loh? Kak Rei? Kenapa?" Menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu, Jungwon cukup trauma bertemu dengan gadis cantik asisten Jay itu. Bagaimana tidak dirinya didandani bagai boneka Barbie olehnya. Dan lagi, tatapannya menusuk sekali, meski tutur katanya amat menggemaskan. Jika saja mereka seumuran mungkin Jungwon sudah naksir pada Rei.
"Ada titipan dari pak Sunoo, ayo."
Rei menarik Jungwon masuk, bocah itu sedikit tak rela ketika dirinya kembali duduk didepan kaca rias.
"Kakak.. please.."
"Sebentar saja Jungwon, aku janji."
Maka dia sudah pasrah saat bajunya mulai dilucuti. Mari kita lihat hasil ide gila si sialan Kim itu.
Jungwon meringis menatap pantulan dirinya pada kaca setinggi orang dewasa itu. Tubuhnya dilapisi dengan Cheongsam bewarna ungu metalik dengan kerah tinggi dan kancing menyamping. Dada bidang yang begitu dia banggakan kini menyembul layaknya seorang perempuan. Jungwon berulang kali menyelipkan anak rambut kebelakang telinga. Wig hitam panjang dengan poni menutupi dahinya itu sukses dipasangkan oleh Rei. Lalu sebagai sentuhan terakhir Rei menambahkan jepitan lucu dan sebuah syal bulu berwarna senada untuk mengcover bahu lebar Jungwon.
Rasanya begitu memalukan. Dan bodohnya Jungwon iya iya saja, padahal dia bisa melawan dan kabur kalau mau. Sayang dirinya sudah terperosok jauh kedalam pesona seorang Kim sialan Sunoo itu.
"Ini, jangan banyak bicara ok?" Menerima uluran kipas tangan. Jungwon mengangguk mengiyakan. Dia jadi teringat pada film Mafia, dimana dandanannya sekarang begitu mirip dengan nyonya besar. "Tapi gue kan cowok.." lirih Jungwon. Tanpa sadar menempatkan dirinya di sisi Sunoo sebagai pendamping cowok itu.
Pervert! Kim Sunoo x Yang Jungwon
Menurut lo pada berlebihan kaga gue menyiksa karakter Jungwon disini?
Lucunya ini book yang baca segelintir doang tapi idenya ngalir mulu. Btw makasih buat kalian yang masih setia baca Pervert!