Chapter 4. Like I Need U (Drunk pt.2)
.
Kakinya merapat, sebuah tempat karaoke berkelas tengah ia tapaki lantainya. Mengikuti langkah Rei yang santai, Jungwon–ah atau haruskah kita panggil Jihan–tak berani melangkah lebar-lebar. Belahan pakaiannya cukup tinggi, meski dilapis dengan stocking tak lantas membuatnya nyaman. Siapa juga yang nyaman dengan pakaian seketat ini, batin Jungwon.
Bising, layaknya tempat karaoke pada umumnya. Pencahayaan yang minim dari lampu disko, asap rokok dimana-mana. Tangannya ditarik kasar hingga terduduk di sofa. Jungwon mendorong pelan pria itu. "Cantik." Pujian yang dia dapatkan tak lantas membuatnya senang. Tunggu saja Sunoo. Habis kau dirumah nanti. Atau justru sebaliknya?
"Sayang.."
Jungwon mau menangis saja saat pria itu memeluk tubuhnya, berulang kali dia berusaha menjauhkan wajahnya ketika pria itu hendak menciumnya.
Kesal, sudah pasti. Namun pria itu sudah memprediksikan sikap Jungwon. Maka dia paksa anak itu untuk menegak segelas alkohol yang diracik khusus hingga tandas.
Ini kali pertama lidahnya mengecap alkohol, pusing langsung mendatangi begitu gelasnya kosong. Jungwon berulang kali mengedipkan matanya, namun sia-sia karena pandangannya masih saja buram. Bahkan beberapa benda tampak lebih dari satu. Mengetuk-ngetuk dahinya dengan kipas lipat. Jungwon perlahan kehilangan kesadarannya. Terbaring diatas kursi panjang sebab kepalanya begitu pusing, berat dan tampak tak beraturan.
Pria itu menjilat bibirnya, mencumbui Jungwon yang sudah tak berdaya. Sedikit sisa kewarasannya memberontak, mendorong bahu pria itu meski tak begitu berpengaruh. Bibirnya meracau, berkata tidak dan tidak berulang-ulang. Suaranya begitu lirih hampir tak terdengar, apakah dengan kondisi ruang karaoke yang begitu bising. Dia tampak seperti ikan yang dibawa ke daratan. Pria itu berhenti mencumbu Jungwon begitu tangannya menyentuh sesuatu yang tak biasa. Kakinya makin merapat namun dilebarkan kembali. Hingga gundukan pada selangkangannya terjamah.
"DIA LAKI-LAKI?!"
Tawa nyari menyambut teriakan pria paruh baya itu. Sunoo sejak tadi hanya mengamati dari sudut ruangan kini menampakkan dirinya, mematik saklar lampu. Nampak begitu kacau ruangan itu. Tak ada tawa dari bibirnya, hanya seringai tipis menggantung pada wajahnya tampannya.
"Memangnya kenapa kalau dia laki-laki?" Bertanya dengan suara rendah, wajahnya hanya terpaut beberapa senti dari lawan bicaranya. Sunoo memasang senyum lebar hingga keduanya matanya membentuk garis lengkung. "Gadisku sangat cantik bukan?"
Sunoo melempar map coklat, "Tanda tangani itu, akan ku bayar dua kali lipat. Cukup untuk menghidupi anak istrimu selama dipenjara."
Tanpa mampu melayangkan protesnya, beberapa anggota kepolisian memasuki ruang karaoke, menodongkan senjata api. Para wanita menjerit ketakutan, saling memeluk satu sama lain. Semua yang ada di tempat kejadian akan dimintai keterangan, maka mereka semua diringkus menghindari ada yang kabur.
Sunoo membuka gestur hormat dengan kedua jarinya ketika pria itu diseret masuk kedalam mobil polisi. Jungwon dalam gendongannya tampak kacau, berulang kali menggosokkan hidungnya pada leher yang lebih tua, dengan balutan selimut tebal. Sunoo membawa gadisnya pulang.
"Sunoo? Sunoo Sunoo Sunoo!"
"Iya, ini Sunoo."
Jungwon lantas tertawa sambil, tangannya menggerayangi wajah Sunoo. Jelas terlihat jika Jungwon tengah mabuk, meracau tidak jelas, pandangan matanya tak fokus. Sunoo memilih abai dan tetap melanjutkan langkahnya. Ketika mereka hendak memasuki lift, Jungwon kembali bersuara.
"Tadi hik! Yuna tadi minta nomor Sunoo terus hik! Aku kasih. Sunoo jangan dekat-dekat sama Yuna okay?"
"Mengapa begitu?"