notes: please leave this work jika kalian kurang berkenan dgn genre, plot, cara penyampaian dan gaya bahasa—atau; you are still underage (18-) thanks.
04. El Javas Rage
Awalnya El Javas cukup menikmati pesta selepas peluncuran produk baru milik kakak sepupunya itu. Sedari acara itu di mulai, ia tidak pernah beranjak dari tempatnya duduk mengingat ruangan untuk keluarga besar Abiyasa terpisah dengan ruangan untuk tamu-tamu yang lainnya. Jadi, El menikmati party itu cukup dengan minum-minum bersama dengan Jane dan juga kedua orang tuanya.
El menegak kembali satu slot vodka dengan kedua mata yang sibuk melirik keberadaan Jane. Perempuan itu memakai dress berwarna hitam senada dengan pakaian yang ia kenakan. Dan bagi Javas, dalam penampilan seperti itu, ia merasa bahwa Jane terlihat lebih menawan dari biasanya. Ya ... meskipun El sudah terbiasa melihat Jane dengan riasan dan pakaian seperti apapun, tapi malam ini perempuan itu terlihat beda. Introvert girl but she is hot. Baginya, Jane bukanlah tipe perempuan yang terlalu banyak berbicara, dan tanpa bersuara pun keberadaannya akan selalu menarik perhatian. Dia se-eye catching itu.
"Your vibe," El Javas meletakkan gelas dari tangannya, dia mengamati wajah perempuan itu dengan matanya yang jeli. Riasannya yang tidak berlebihan, surai hitam digerai panjang, bahkan sebuah cincin di jari telunjuk perempuan itu berhasil ia dapati dalam pandangannya. "—giving me a headache."
Jane tak mengatakan apa-apa, perempuan itupun sedang menyusuri raut wajah El Javas yang sudah sedikit bersemu merah. Kemudian ia menurunkan pandangan, dan menyadari bahwa lelaki itu sedikit mabuk akibat terlalu banyak menegak minuman di hadapannya.
"Sampe mabuk begitu."
"Hm." El Javas menghela senyum, mata sipitnya hampir tertutup. "And your dress, Jane."
"Why?" Perempuan itu menaikkan salah satu dari kedua alisnya.
"Nah. Just nice dress."
"Ya, I know."
"So, can I talk you out of it, uhm?"
Jane spontan melirik keberadaan Anna dan juga David yang duduk tak jauh dari kursi mereka. Ketika perempuan itu meringis, ibunya malah menghela napas dan melirik suaminya—David. Tatapan Jane sedikit tidak nyaman.
"El, jangan ngaco." Sahut An.
"Lupa. Kirain nggak ada Mama sama Papa." Jawabnya begitu.
Jane menghela napas, "Kelakuan dia emang gitu, Tan—minum terus!"
"Lo diemin gue," lelaki itu merengut sedih, "Ajak gue ngobrol kek, apa gitu? Dari tadi ngobrol sama Mama-Papa doang, deh."
"Ya udah, maaf." Jane berdecak. "Mau balik?"
Kepala lelaki itu menggeleng, "Ke mobil, please?"
"Ngapain?"
"Ya ... bebas." Ia menoleh pada kedua orang tuanya. "Aku sama Jane duluan. Bosen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Sunday.
Fanfiction[Jeno ft. Karina] Jane just wants to be waited on like a Sunday, and well-loved by the Javas. © kayveilee 2022, Written in Bahasa.