08| Oh, Here We Go Again.
"Lo dimana, Jane?! Ini ujan deres gila!"
Sejak Jane meninggalkan El Javas di parkiran kafetaria untuk pergi ke suatu tempat asing yang — sumpah. Jane tidak begitu mengenali tempat ini. Lebih tepatnya, dia hanya mengandalkan sopir taksi tadi untuk menanyakan tempat dengan suasana hening yang pas untuk menyendiri ketika dia sedang emosional seperti tadi. Dan sopir itu tidak salah memberinya rekomendasi, tempat ini betulan sesuai dengan keinginannya. Hanya saja Jane terlalui bodoh untuk tidak menanyakan apa nama daerah itu pada sopir tadi.
Dua jam berlalu sejak kedatangannya ke tempat ini, Jane malah terjebak hujan. Dia berteduh di sebuah halte bus yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat tadi. Awalnya baik-baik saja, dia masih tenang menunggu hujan reda sembari memainkan ponselnya. Tapi ketika hari mulai gelap, disanalah Jane sadar kalau dia telah terjebak di suatu tempat asing karena hujan itu tak juga mereda.
Dan karena kepanikannya itu, Ingrid Kamila Jane si model tersohor itu menelpon Karel yang sedang harap-harap cemas menunggu kepulangannya di rumah.
"Jemput makanya!"
"Jemput pake dong-dong?!" Karel menyerobot, "Tunggu kendaraan umum lewat aja, dah, kalo dah nemu langsung balik lo awas aja."
"Gue gak bisa shareloc aduh gimana, ya? Maksudnya tolong minjem mobil punya Isa, tadi dia bilang bakal balik lagi ke panti." Jane menggigit-gigit kuku dari jari telunjuk tangan kirinya. Dia terlihat sangat gelisah. Selain itu, dia juga berusaha membaca petunjuk arah yang lumayan jauh dari halte itu.
"Isa nggak ada—"
Tut.
Shit.
Jane menganga seraya meremat ponselnya. Dia terduduk lemas dengan nyalang meratapi hujan yang kian deras juga nasibnya yang tak tahu bagaimana. Seingat Jane, selama perjalanan dia pernah melewati sebuah supermarket dan beberapa bangunan lainnya. Tapi jika dia pergi ke tempat itu, sudah dipastikan Jane akan pulang dengan tubuh basah kuyup dan hidung yang tersumbat karena pilek, di sekitarannya juga tidak terlihat adanya sebuah penginapan ataupun rumah makan, dan lebih buruknya sekarang ponselnya itu ikut mati karena kehabisan baterai. Jane melenguh, situasi ini seperti kehidupan manusia paling menyedihkan. Atau lebih tepatnya, dia seperti sedang tersesat di tengah hutan belantara yang rindang.
Tapi ditengah kegelisahannya itu, dia seperti melihat secercah cahaya yang datang dari satu-satunya mobil yang melewati jalan itu. Dengan berat hati dia terpaksa melambaikan tangannya untuk meminta bala bantuan di negeri orang ini. Dan ketika mobil itu berhenti tepat di hadapannya, Jane mengetuk jendela di dekat kemudi dan membiarkan tubuhnya mulai kuyup karena kebasahan.
Tok... Tok... Tok.
"Excuse me. Can you give me a hand?" Jane berteriak mengingat suaranya hampir tenggelam karena gemuruh hujan, "Sorry because I'm not very fluent in the local language, but now I'm running out of battery. Nobody picked me up here—"
Click.
Jane berhenti ketika samar-samar dia mendengar pintu mobil itu sudah tidak lagi terkunci. Dan ketika jendelanya mulai turun, seketika perempuan itu terdiam dengan raut tidak percaya.
"I'm here."
Jane mengatupkan bibirnya. Langkahnya sedikit demi sedikit mulai mundur untuk menghindari orang itu. Dan ketika dia hendak berbalik, suara pintu mobil itu berhasil menghentikan langkahnya. Dia hampir terhuyung saat seseorang menariknya ke belakang, dan secara bersamaan sebuah mantel tebal telah menyelimuti tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Sunday.
Fanfic[Jeno ft. Karina] Jane just wants to be waited on like a Sunday, and well-loved by the Javas. © kayveilee 2022, Written in Bahasa.