07. He's at it Again.
Pagi itu Jane terbangun dengan matanya yang berat dan sembab. Perempuan itu merasakan semilir angin perlahan-lahan masuk ke dalam kamarnya. Sementara dari pintu kamar yang terbuka, ia bisa melihat kedua kaki milik Karel yang dibalut selimut di atas sofa.
Dan sepagi itu di pedalaman Jepang, Jane mendengar banyak sekali suara anak kecil — bahkan hingga suara perempuan dewasa saling bersahutan. Langkah kaki berlarian, bahkan suara tangis bayi yang Jane yakini semua suara-suara itu berasal dari panti di sebelah rumahnya — terdengar lebih jelas daripada suara angin dan air sungai yang ada di belakang rumah itu.
Tidak salah lagi, di luar sana memang sedang berkumpul banyak orang. Semakin diperhatikan, panti itu seperti sedang kedatangan seseorang. Karena dilihat dari kegiatan yang dilakukan anak-anak itu, mereka persis seperti orang-orang yang hendak bersua foto dengan seorang perempuan yang — wait. Jane menyipitkan penglihatannya. Dengan susah payah ia memastikan sosok perempuan di sana — Jane merasa, dia mengenali salah satu dari orang-orang yang sedang berkerumun di sana.
Maka dengan segera, ia pergi ke luar untuk memastikan siapa perempuan itu sebenarnya.
"Jane—"
"Lihat, Rel, siapa yang ada di sana."
Karel yang memang baru saja bangun tidur, ia menguap dan mengucek sebelah matanya. "Siapa?"
"Lihat di sana."
Lelaki itu mengikuti kemana telunjuk Jane mengarahkan pandangannya. Ketika dia mendapati seorang perempuan yang sedang tertawa-tawa dengan seorang bocah perempuan, secara spontan matanya menyipit.
"Isabella?"
Jane menoleh. Perempuan itu menunggu reaksi Karel selanjutnya.
"Iya, Isa."
"So — WHAT!?" Kedua bola matanya melotot, refleks dia berteriak — tidak memperdulikan orang-orang yang akan mendapati keberadaannya. "Wehey, Isabella!"
Perempuan yang berdiri dengan seorang bocah kecil yang tengah ia rangkul dengan sebelah tangannya. Berbeda dengan tatapan Jane, Isabella terlihat berkali-kali lipat terkejut karena menemukan perempuan yang sedang ia cari dari kemarin. Omong-omong, Isabella memang berusaha mencari tahu dimana Jane tinggal. Jadi ketika dengan tidak sengaja dia menemukan perempuan itu, jelas saja Isa terkejut bukan main. Ini seperti sebuah keajaiban.
Perempuan itu berlarian menuju tempat dimana Jane berdiri dengan Karel.
"Jane!"
"Demi Tuhan!" Dengan segera Isa memeluk tubuh perempuan itu, "Gue nyari lo — shit! Apa kabar?!"
"As you can see —"
"Bad?"
"Nggak. Fine."
Perempuan itu membuang napasnya sembari menepuk-nepuk punggung Jane.
"Kenapa lo bisa ada di sini — nggak, maksud gue — di tempat ini?"
Isabella kembali menimpali, "Kita bisa ngobrol, Jane? Gue bakal ceritain semuanya dan lo harus ceritain sesuatu sama gue."
Perempuan itu memicingkan matanya, "Kayaknya lo udah tau kenapa gue ada di sini deh, Sa."
"I just want to hear from your point of view, Jane."
Jane mengangguk, "Okay —" tapi Karel menyabet sebelah tangan perempuan itu dengan segera, "Nggak perlu, deh, Jane." sahut lelaki itu.
"What's your business, Mr. Karel?" Isa menimpali, tatapannya jengkel.
"Okay, just talk here, Isabella." Karel meraup udara sebanyak yang dia butuhkan, "Gue cuman takut lo bicara yang bisa nyinggung ini cewek. She's super sensitive. She's not well, you know? Gue rasa ini ada hubungannya sama si bajingan itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Sunday.
Fanfiction[Jeno ft. Karina] Jane just wants to be waited on like a Sunday, and well-loved by the Javas. © kayveilee 2022, Written in Bahasa.