02. Still a Jerk

1.6K 240 32
                                    

02. Still a Jerk

"Ray?" Javas meraih tangan perempuan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ray?" Javas meraih tangan perempuan itu. Tak mengucapkan banyak hal, ia hanya mengizinkan El Javas untuk mengisi setiap kekosongan yang telah tercipta diantara jari-jemarnya. Prayamosa membalas genggaman tangan itu dengan segala kehangatan yang ia punya.

Di ibu kota masih panas terik. El meyakini suhu di luar sana akan terasa jauh lebih pengap dari pada mobilnya. Tentu saja, disana lelaki itu menyalakan AC penuh mengingat Prayamosa adalah tipe perempuan yang tidak tahan dengan udara panas. Sebenarnya, ini berbanding terbalik dengan El. Alih-alih merasa nyaman seperti Raya, sebetulnya ia agak menggigil karena dia tidak begitu tahan ketika kedinginan. Tapi, demi kenyamanan kekasihnya, lelaki itu rela membeku asal Raya tidak tersiksa.

Tepat pada detik berikutnya, El menoleh lagi pada Raya hanya untuk mendapati perempuan itu sedang mengoleskan lipstik diatas bibirnya. "So far, I've never seen you wear any other lipstick than that. Cuman suka yang pucat gitu?"

Prayamosa terkekeh, "Iya. Lebih suka gini aja kalau kerja. Kecuali pergi, atau ke acara-acara tertentu." Mendengar itu, El mengangguk. "Ah, iya. Kamu anter aku sampe pos security aja, ya?"

"Kenapa? Tanggung banget aku mau masukin mobilnya ke area rumah sakit."

Raya sedikit menyesalinya karena dia telat memberi tahu lelaki itu.

"Ya udah," perempuan itu bersiap turun ketika tangannya beralih mengambil tas dan juga sebuah dokumen yang telah El ambilkan dari jok belakang. Namun, geraknya terhenti karena lelaki itu memilih menyekal lengannya kemudian mendekat hanya untuk mendaratkan sebuah kecupan singkat di sore hari itu.

Mendapati pipi kanannya yang disentuh, Raya terkesiap. Dia terkekeh gugup kemudian bersemu merah apalagi ia telah mendapati kecupan yang kedua, "Thanks for the kiss. Anyway, El. Hari ini aku ada 6 pasien bedah dan nggak usah text ya karena nggak akan aku bales. Nanti kalau udah kelar, aku kabarin."

"Iya, Sayang." El mengangguk paham, "Eh—sini dulu bentar."

"Kenapa, El?"

"Aku boleh minta tolong, nggak?" Raya terdiam. "Kamu tahu kalo Isa udah ngundurin diri dan sekarang aku nggak punya sekretaris. Ya, ada, sih. Cuman, dia nggak bisa aku jadiin kayak Isa gitu maksudnya."

El Javas kembali menginterupsi, "Aku kebiasaan dibantu Isa. I mean, Isa also takes care of my personal affairs. So I'm in a bit of trouble."

"Kamu mau aku cariin—"

"No. Huft. Bukan, Sayang. Kalau bisa, kamu resign dong dari rumah sakit ini terus kerja sama aku. Bisa, ya?"

Prayamosa menyembunyikan keterkejutannya. Dalam lamunan singkat itu, secara tak sengaja ia mendapati seorang lelaki dengan pakaian rapi baru saja memasuki pintu rumah sakit. Tanpa melihat wajahnya pun, Raya sudah tahu jika lelaki itu Arash Zeil yang tak lain direktur rumah sakit tempatnya bekerja. Maka dari itu, dengan segera Raya menimpali pertanyaan kekasihnya ini.

Another Sunday.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang