fifteen.

747 58 3
                                    

Yona Elizabeth Atmajaya, wanita cantik berusia 42 tahun yang telah berhasil menyandang gelar pengusaha wanita sukses under 40. Lahir dari keluarga berlatar belakang dunia bisnis, menjadi salah satu motivasi terkuat Yona akan obsesinya terhadap keberhasilan dalam bisnis. Sejak kecil, Yona sudah ditempa untuk menjadi sosok wanita sempurna dan hal tersebutlah yang selalu dia tanamkan kepada putri satu-satunya yakni Salma Salsabil.

Yona tak terlalu mengikuti bagaimana pertumbuhan Salma, karena menurut informasi yang dia peroleh dari asisten kepercayaannya, bahwa putrinya tersebut selalu berhasil meraih peringkat pertama di sekolah, hingga dipercaya menjadi beberapa brand ambassador produk lokal karena kecantikan wajah dari seorang Salma.

Terkadang, beberapa kali muncul rasa bersalah dalam benaknya, karena selalu tak punya waktu untuk sekedar bercengkrama dengan putrinya itu. Namun rasa tersebut akan selalu hilang timbul, dikarenakan kesibukannya dalam mengelola butiknya, dimana saat ini telah berekspansi hampir ke seluruh negara ASEAN dengan jumlah store yang telah mencapai lebih dari 20.

Dan saat tengah berlangsungnya meeting terkait persiapan opening new store di kantor pusat Jakarta kala itu, Yona mendapatkan berita buruk dari asistennya bahwa putrinya tersebut jatuh dari tangga sekolah sehingga mengakibatkan harus mengalami perawatan intensif karena benturan kepala yang terlalu keras.

Hal terkejut lainnya yang membuat Yona tak bisa menahan isakan tangis adalah dikarenakan ditemukan adanya kandungan obat anti depresi di dalam lambung putrinya. Salma, gadis kecil yang selalu menyambutnya akan tawa yang seolah baik-baik saja, namun ternyata tawa tersebut hanyalah kamuflase semata.

Yona membuka aplikasi hijau di layar ponselnya, dan langsung mengklik ikon panggilan ketika telah muncul profil putrinya. Beberapa detik layar menampilkan notifikasi memanggil, dan akhirnya panggilan tersebut di angkat oleh sang penerima.

"Halo Ma," sapa Nabila saat telah menerima panggilan.

"Halo sayang. How are you sweety?" balas Yona.

"I'm good Ma. Mama gimana?"

"Semakin good karena sudah mendengar suara putri Mama pagi ini," ujarnya riang.

Nabila tertawa akan lelucon Mamanya Salma tersebut.

"Hari ini agendanya kamu mau ngapain aja, dek?"

"Sekolah Ma kayak biasa. Terus siangnya mau mampir ke Gramedia untuk cari buku sambil makan siang disana, dan setelah itu balik ke apart. Mama hari ini mau ngapain aja?"

"Nanti jam 10 Mama ada flight ke Malaysia, mau visit butik kita yang disana. Terus sorenya lanjut ke Thailand dan rencanyanya mau stay sehari karena besoknya Mama ada full meeting sama klien," jelas Yona sambil mengunyah roti panggangnya.

Bunyi suara tarikan kursi terdengar jelas dari depan Yona, dan ternyata hal tersebut karena Gandi yang saat ini baru duduk di kursi depannya.

"Kamu mau rotinya, Pa?" tanya Yona sambil menawarkan sepiring roti panggang yang tadi dibuat oleh Mbok Nam.

Gandi mengambil sehelai roti panggang tersebut, dan memakannya secara perlahan.

"Itu Papa ya Ma?" tanya Nabila penasaran.

"Iya dek. Papa lagi sarapan bareng Mama disini. Yaudah kamu hati-hati nanti sekolahnya. Entar malam jangan lupa kabarin Mama ya."

"Okay Ma. Enjoy your day Mama. Titip salam sama Papa ya. Bye Ma," ucap Nabila sambil menutup panggilannya.

Yona meletakkan ponselnya di atas meja dan kemudian melanjutkan sarapannya dengan tenang. Keheningan yang terjadi dan sangat berbeda dengan beberapa menit yang lalu, kala Nabila sedang berbincang via whatsapp dengan Mamanya Salma tersebut.

"Kamu hari ini flight jam berapa?" tanya Gandi memecah keheningan. Tak tahan hanya berada di dalam keheningan, sehingga membuat Gandi berinisiatif untuk memulai perbincangan dengan istrinya tersebut. Padahal hal seperti ini sudah sering terjadi ketika terdapat momen yang mengharuskan mereka berada berdekatan, namun kejadian tersebut masih terlalu asing di hidup Gandi. Ya, sejak saat itu, kala Yona menemukan sebuah fakta baru di dalam hidupnya Gandi.

"Jam 10."

"Sendirian?"

"Sama George. Kekasih baru aku," jawab Yona sambil menatap lurus Gandi.

****

Nabila memarkirkan mobil hitamnya di parkiran khusus siswa yang terletak di gedung parkiran lantai 2. Saat tengah sibuk dengan kegiatannya yang memasukkan barang keperluan sekolah di dalam ransel, pandangan Nabila seolah terusik oleh seorang gadis yang baru keluar dari mobil honda jazz berwarna merah yang diparkirkan tepat diseberang mobil hitam Nabila.

Nabila tak terlalu mengenali mobil tersebut, dikarenakan mobil itu baru pertama kali dia lihat saat ini. Namun yang tak pernah Nabila bayangkan adalah, bahwa Bunga akan keluar dari mobil tersebut. Sebuah pertanyaan yang muncul di benak Nabila yakni, sejak mulai kapan Bunga memiliki teman dekat di sekolah ini terlebih lagi yang mau memberi tumpangan gratis kepada gadis itu.

Dari penglihatan Nabila saat ini, bahwa Bunga keluar dari sisi kiri penumpang dan kemudian berjalan ke sisi kanan guna ingin berbicara dengan sang pengemudi. Bunga terlihat tak nyaman dan terpampang jelas dengan tingkahnya seolah yang menggambarkan dengan jelas akan sirat ketakutan dari wajah gadis itu. Bunga menundukkan kepalanya beberapa kali seolah meminta maaf kepada sang pengemudi. Dan setelahnya, Bunga berjalan tertatih keluar dari parkiran mobil tersebut.

Nabila memikirkan kembali beberapa persepsi yang seketika muncul di otak pintarnya. Namun, tak sedikitpun terlintas jawaban akan rasa penasarannya saat ini. Bunga yang kemarin malam masih bisa berjalan normal dan menjawab berbagai pertanyaan yang Nabila lontarkan, namun di pagi ini dia menemukan pemandangan yang cukup aneh karena cara berjalan Bunga yang sangat berbeda.

Nabil menghela nafasnya secara kasar seolah melampiaskan pemikiran rumitnya saat ini. Dia memejamkan matanya dan menghembuskan nafasnya secara perlahan agar mengontrol kembali pikiran dan perasaannya yang saat ini tengah berkecamuk. Untungnya tubuh Salma tidak memiliki riwayat panic attack, sehingga Nabila tak terlalu overthinking akan masalah panic attack tersebut.

Saat sudah kembali normal, Nabila membuka kembali matanya dan sedetik kemudian kembali shock akan pemandangan yang saat ini tengah dia lihat. Di depan sana, keluar seorang gadis dari mobil yang tadi Bunga tumpangi. Gadis berkuncir ekor kuda dengan tentengan macbook di tangan kanannya. Dan gadis yang sangat kerap sekali akan pancaran aura positif dan senyum ceria yang selalu menemani Nabila di setiap harinya, kala Nabila masih berada di dalam tubuhnya.

Seorang gadis yang sangat Nabila kenali, yakni Anggis.

THE KILLERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang