Bab 8 Malang

359 21 0
                                    

"Saya tak pantas berada dipelukan Yang Mulia..."

Annabeth memeluk pemilik mata biru yang masih berusaha untuk sekokoh dahulu. Ketegaran yang gadis didepannya miliki telah menghantui segenap pikiran Annabeth setiap harinya.

"Kenapa kau mengatakan demikian, temanku? Demi kebahagiaanmu aku rela memberikan suamiku padamu..." Annabeth juga ingin seperti Maria, cintanya yang tulus itu tidak pernah dirasakan oleh Claude. Pikiran dan hati pria itu terlalu gersang untuk menyadari ketabahan yang dimiliki oleh gadis cantik dengan tangan kapalan yang selalu kekeh untuk melindunginya.

Maria tertawa kecil, ia menyentil dahi Annabeth dengan pelan. Ia lalu berkata, "Ratu, anda harus sadar bahwa posisi anda lebih tinggi daripada saya. Dan..." Maria berlutut dihadapan Annabeth, mengambil dan mencium punggung tangan wanita itu.

"Anda juga adalah tuan saya. Satu hal yang harus anda ketahui, menjadi budak dari Negara sendiri tidaklah seburuk itu. Dengan itu saya bisa mengabdi secara penuh kepada kalian semua, itulah yang terbaik untuk kesejahteraan Yang Mulia..."

Annabeth menangis. Seberapa hancur sudah pikiran Maria sehingga ia hanya memikirkan tentang orang lain dan mengabaikan fakta bahwa hatinya juga membutuhkan keselamatan. Sesakit apa hatinya melihat Claude menunjukkan cinta kepada wanita lain, dan sehancur apa dirinya ketika Claude menyerahkan dirinya untuk bunuh diri ke tanah Jahanam peperangan tanpa harapan.

"Kau tak melupakan fakta bahwa Claude adalah Tuanmu. Begitu bukan maksudmu?" Maria masih tak berkutik, ia hanya mengulum senyumnya.

Annabeth lalu memegangi kedua bahunya, "Maria. Kau bukan milik siapapun. Claude hanyalah remah kecil didalam hidupmu. Kau milik dirimu sendiri!"

Bahkan setelah mendengar itupun Maria masih berpura-pura tuli.

_

"Annabeth takkan kembali, kau kejam Claude. Aku menyesal mendukungmu sebagai Raja"

Claude menoleh tak perduli, "Terlambat, kawan..." Matanya terlihat tak lagi memiliki ambisi.

"Annabeth menceritakan kisahnya padaku. Maria ku yang malang..." Suaranya terjeda.

"Dia bukan mainanmu..." Mata Claude terpejam ketika mendengarnya, "Lantas ia apa?" Balas pria itu dengan notasi suara rendah.

Lelaki itu, sepupunya. Rosario, kembali menatapnya nyalang.

"Dia manusia"

Maria tidak bebas.

Ia terikat.

Hingga mati.

_

"Aku... Aku akan menceraikan Claude. Maria, dia itu han-" Claude hanya menginginkan perhatian Maria, itulah yang ingin dikatakan oleh Annabeth namun tatapan membunuh jatuh pada dirinya dibelakang sana. Claude datang dengan raut wajah yang tak baik.

Claude bertepuk tangan, "Apa ini? Kau bersekutu dengan Ratu? Apa kau ingin menggulingkan kuasaku, Madam Maria?"

Maria masih berlutut dilantai, ia tak berani mengangkat kepalanya. Annabeth menggigit bibir bawahnya, ia masih merasa kesal dan geram dengan tindakan yang dilakukan oleh Claude kepada Maria. Pria itu menyuruhnya bertarung lagi untuk mati di peperangan berikutnya.

Claude mendecih sambil mendekap tangannya, "Apa kau ingin melawanku dengan menggunakan Ratu? Kau ingin menolak pergi dalam perang saudara ini?"

Maria menggertakkan giginya. Apa kesalahannya dari awal adalah mendukung Claude menjadi Raja? Tidak. Ini mungkin adalah satu kesempatan Claude untuknya.

Claude's ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang