Maria menerima pengakuan pria itu.
Hanya untuk satu malam. Ia akan menyerahkan semuanya kepada Claude dan pergi di pagi harinya tanpa berbicara apapun padanya.
"Yang Mulia, sebagai hadiah apa sa-"
"Lakukan apapun yang kau mau! Akan ku berikan semuanya!" Desak lelaki itu sembari mengecup tubuh perempuan didalam kungkungannya itu.
Mata Maria memejam, "Anda harus menepati kata-kata itu, Yang Mulia..."
Ia terjatuh.
Begitu lembab.
Kotor.
Nan hina.
____________________
Dua hari kemudian Maria pergi berperang. Membegal siapapun yang melawan dan memperoleh kemenangan dalam kurun waktu sebulan. Ia kembali ke Kerajaan tanpa satupun luka yang menggores tubuhnya, begitulah hasil dari keahlian yang telah lama perempuan itu pelajari dari medan tempur yang sebelumnya.
"... Baik, Madam Maria. Lalu apa pintamu padaku?" Claude berdebar dengan permintaan wanita itu padanya. Emas. Permata. Ataukah mahkota ratu. Claude jadi menanti-nanti.
"Hadiah itu... Saya menginginkan waktu yang panjang untuk berdiam diri"
Mengatupkan bibirnya sendiri, Claude tak bisa menghakiminya. Ia telah berjanji. Dan janji ada untuk ditepati.
Sebulan semenjak ia dan Claude menghabiskan malam pertama, Maria jatuh pingsan ditempat latihannya. Ia digendong sambil berlari oleh Kapten yang berteriak tak karuan untuk memanggil tabib.
"Aku merasa amat mual. Dan sepertinya ada beberapa hal yang bisa membuatku seperti itu, seperti aroma bawang yang aneh. Mungkin?"
Maria dinyatakan hamil saat itu juga.
Mendapatkan kenyataan demikian hanya membuat Maria cemas. Jika anak ini diketahui oleh Claude, ia pikir Claude pasti akan merampas kebebasannya. Pria itu pasti akan mencabut gelar Madam yang sudah susah payah ia dapatkan setelah menghapus nama Duke dari dalam namanya.
"Anda harus diam, mereka bilang dia adalah anak laki-laki. Saya dan Yang Mulia Claude akan memiliki seorang putera yang tampan,"
Suatu ketika, perempuan itu memanggilnya. Menyuruh para pelayan terpercayanya untuk membawa masuk kakak satu-satunya, Judith, menuju kamarnya.
Bibir Judith mengatup, "Apa kau berniat untuk menyembunyikannya?" Perut Maria telah membesar, bulan terus berlalu dan perempuan itu mengurung dirinya sendiri dari dunia yang menyebabkan amarah Claude.
Ia tampak cantik dan menawan hanya dengan balutan gaun putih yang agak menguning. Adik perempuannya itu telah menikmati kehidupan sederhana yang amat berbeda jauh dengan Istana. Ia bahagia walaupun tahu bahwa ini hanya akan berlangsung singkat.
Maria tersenyum sambil mengelus perutnya yang bayinya diperkirakan akan dilahirkan beberapa hari lagi, ia duduk seraya menepuk lembut perutnya lagi dan lagi. Senyuman yang tulus dan nyanyian merdu yang terdengar itu membuat Judith tak enak hati untuk memberitahukan kejadian-kejadian yang terjadi semenjak dirinya menghilang.
"Apa Claude membunuh para bangsawan itu?"
Judith menjawab dengan anggukan kepala. Pikiran lelaki itu kemudian berputar kembali pada saat Claude berhasil menebas kepala mereka satu persatu karena berfikir kepergian Maria adalah salah satu keinginan para bangsawan itu, kecuali Duke Garnet yang tamak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Claude's Obsession
RomanceSuara tangisan Maria akhirnya terdengar setelah ia mati. Claude telah kehilangan segala harapan yang ia miliki, tak ada lagi Maria di sisinya. Tak ada lagi orang yang akan melindunginya. Claude telah menyia-nyiakan cinta yang gadis itu beri, mau itu...