cw // swearing
---Soobin berjalan menuju ruangan yang digunakan kekasihnya untuk bekerja. Tanpa mengetuk pintu lebih dulu, lelaki bertubuh tinggi itu melangkah masuk. “Kak Jjuni!” serunya riang.
“Fuck!” Yeonjun memutar kursi yang didudukinya. “Soobie, you scared me! Pintu itu ada buat diketuk, Baby.”
“Pintu itu ada buat dibuka, Kak. Lagian kalo aku langsung masuk, kan kakak bisa terciduk kalo lagi ngelakuin hal yang aneh-aneh.” Soobin menjatuhkan tubuhnya di pangkuan Yeonjun kemudian mencium pipi pemuda itu.
“Hal aneh apa? Gak mungkin lah.” Yeonjun melingkarkan tangannya memeluk pinggang Soobin. “Tumben dateng ke sini? Tau ya kalo aku lagi kangen?”
“Ah, bohong, masa kangen tapi gak nemuin aku?” Soobin bersungut-sungut. Di mata Yeonjun, bibir Soobin semakin terlihat memikat ketika ia cemberut seperti itu.
“Aku lagi banyak kerjaan, Soobie, gak bisa ditinggal,” keluh Yeonjun. “Pengen cepet aku beresin biar bisa cepet ngabisin waktu sama kamu.”
Soobin mengamati wajah Yeonjun yang tampak lelah. “Kakak udah makan?”
“Tadi pagi udah, sarapan nasi goreng bikinan bibik.”
Mata Soobin membulat. “Baru sarapan aja? Kak, ini udah jam dua! Ayo makan dulu, nanti sakit. Kerjaannya terusin lagi nanti, sekarang istirahat.”
“Ini lagi istirahat.” Yeonjun menarik Soobin lebih dekat, mengecup bahu lelaki Sagitarius itu lalu menyandarkan kepalanya di sana. “You're my personal charger, my mood booster, my emotional support, my ... gimana lagunya? You're my Honeybunch Sugarplum ....”
Soobin terkekeh geli. “Pumpy-umpy-umpkin, you're my Sweetie Pie,” ia meneruskan senandung Yeonjun sambil menarik-narik ujung rambut pria itu dengan lembut. “Kak, makan ih,” ucapnya sejurus kemudian.
“Makan kamu?” goda Yeonjun.
“Makan beneran, Choi Yeonjun!”
“Heh, apa-apaan manggilnya gitu.” Yeonjun menjentik kening Soobin.
“Abisnya ... ayo, Kak, makan dulu. Mau keluar atau mending pesen?”
“Delivery pizza aja, temenin aku makan ya.” Yeonjun tahu, meski perut Soobin sudah terisi sekalipun, ia tidak akan menolak kesempatan untuk makan bersamanya.
“Okay, tapi gendong ke sofa dulu,” pinta Soobin, yang langsung dituruti oleh sang kekasih.
*
“Kak ... aku itu kekanakan ya? Maaf.” Soobin berbaring di sofa, menatap Yeonjun yang kembali sibuk di meja kerjanya setelah keduanya selesai makan siang.
“Kenapa minta maaf? Kamu gak salah apa-apa.”
“Aku ngerasa kakak itu dewasa banget. Aku juga udah gede, Kak, beneran, tapi gak tau kenapa tiap sama kakak aku ngerasanya jadi kayak anak kecil. Tiap ngobrol juga, padahal suka udah direncanain mau ngomong apa, tapi jadinya nge-blank, bingung, akhirnya ngomongin yang aneh-aneh. Aku ... ih, kenapa ngeliatin kayak gitu?” Soobin menutupi wajahnya dengan hoodie milik Yeonjun. Ia menyukai wangi parfum yang dipakai lelaki itu, wangi yang selalu memberikan rasa nyaman baginya.
“Soobie baby,” panggil Yeonjun dengan suara lembut yang tidak pernah ia gunakan pada orang lain.
Soobin menurunkan hoodie berwarna hitam itu hingga hanya menutupi separuh wajahnya. “Aku suka kakak panggil baby, tapi aku gak mau kakak manggil gitu karena sifatku yang gak dewasa. Aku pengen dipanggil baby karena aku itu kesayangannya kakak, karena aku Soobie-nya Kak Jjuni,” tuturnya lagi.
“Soobie-nya Kak Jjuni.” Yeonjun tersenyum. “Kamu memang kesayangan aku. The one and only. Aku tau kamu bukan bocah, manja-manjaan sama aku atau bertingkah cute bukan berarti kamu gak dewasa. Selama gak berlebihan, aku gak keberatan, malah suka liatnya. Jadi jangan terlalu dipikirin gitu ya, gak bagus. Nanti cepet tua lho,” guraunya.
“Kakak.” Soobin mengulurkan satu tangannya. “Sini deh.”
“Kenapa?”
“Sini, pengen peluk,” Soobin sengaja berbicara dengan nada manja.
“Soobie, kerjaanku belum se—”
“Kak, please? Soobie mau cuddle ....”
“Dammit.” Yeonjun mengacak rambutnya sendiri. “Ini alesanku gak mau kamu sering-sering ke sini, you distract me from my works.” Laki-laki berambut pirang itu beranjak dari kursinya kemudian menghampiri Soobin. “Cuddle, huh?”
“Iya, cudd—Kak!” Soobin memekik saat Yeonjun tanpa aba-aba melompat ke sofa lalu memeluknya erat-erat. Ia tertawa, membuat matanya nyaris menghilang di balik lengkungan serupa bulan sabit.
“I love you, Baby,” bisik Yeonjun di telinga Soobin. “Really-really love you.”
“And I really-really love you, too ..., Daddy.”
“Choi Soobin, gak usah gitu juga balesnya!”
***
KAMU SEDANG MEMBACA
On My Mind : Soobin
FanfictionA collection of drabbles and oneshots about everyone's favorite giant baby, Choi Soobin. [Soobharem, bxb, Bahasa Indonesia]