Berita Suka atau Duka ?

95 19 0
                                    

Ini hari pertama lagi aku mengajar, selama 3 hari kemarin aku tidak masuk karena tubuh yang tidak fit.

Begitu masuk halaman pesantren aku dibuat takjub dengan sebuah dekorasi. Apakah akan ada kajian akbar ?

Begitu dalam aku masuk kehalaman pesantren aku melihat orang – orang begitu sibuk mempersiapkan kursi dan yang lainnya. Aku tersenyum saat melihat Mbak Mila yang datang menghampiriku dengan tangan yang sibuk mengelus perut buncitnya.

“ ya Ampun aku kangen banget sama kamu, sekarang udah baikan ?”

“ udah Mbak, Hi baby “ aku menundukkan badanku mensejajarkannya dengan perut Mbak Mila, mengelusnya lalu mencoba mengajak bicara bayi yang ada didalam kandungannya itu.

“ dia nendang “

“ sehat – sehat ya sayang, jangan nakal diperut Mama nya. Kasian nanti Mamanya nangis, janji ya sama aku, kamu gak akan bikin Mama nya nangis “

Aku dan Mbak Mila terkekeh karena ucapanku tadi, kami bercakap – cakap banyak. Mbak Mila tersenyum kearah 2 orang lelaki yang salah satunya adalah Mas Azam, mereka terlibat dalam kontak senyum. Sedangkan aku? Aku hanya diam melongo melihat interaksi keduanya.

Kami berjalan masuk kedalam, dan akhirnya berpisah karena Mbak Mila harus ke rumah Umi. Sedangkan aku keruanganku untuk mengambil bahan ajar hari ini. Aku melihat beberapa orang yang masih berada diluar.

“ Mbak Jena, itu didepan lagi pasang dekorasi untuk apa ? mau ada kajian akbar kah ?” aku berpapasan dengan Mbak Jena yang sepertinya akan mengajar juga.

“ loh kamu gak tau Prill ?” aku menggeleng. “ Mbak Mila itu kan mau nikah sama anaknya Umi “

Aku berhenti berjalan saat Mbak Jena memberitahukan itu, jadi benar kabar selama ini. jika Mbak Mila akan menikah dengan Mas Ali, cepat sekali padahal dalam hati aku masih mengagumi. “ piye Prill ?”

“ ah nggak apa – apa kok Mbak hehe “

“ kamu baik – baik aja kan ?”

“ insya Allah apik Mbak “

Mengajar anak – anak dengan pikiran yang tidak fokus membuat aku pusing sendiri, ditambah anak – anak yang entah kenapa beberapa dari mereka ada yang rewel.

“ Mbak Prilly, Ezi muntah “, aku membelalak saat melihat kearah salah satu anak yang muntah – muntah. Saat aku mendekati anak laki - laki bernama Rezi namun selalu dipanggil Ezi itu dengan wajah yang begitu pucat.

“ Ezi kamu kenapa nak ?”

“ Ezi pusing Mbak, kepala Ezi sakit banget “ tak lama setelah mengatakan itu, Ezi kehilangan kesadarannya.

Dengan cepat aku menggendongnya, berlari membawanya ke UKS dengan sedikit berteriak aku meminta orang – orang agar tidak menghalangiku.

Kenapa belum sadar juga, “ kenapa ?”

“ pingsan Mas “

“ jangan dibawa ke UKS, langsung kerumah sakit saja “, aku memberhentikan langkahku.

Melihat kearah lelaki yang akhir – akhir ini aku kagumi dengan nafas yang ngos – ngosan. “ dia cuma pingsan Mas, kenapa harus jauh –jauh ke rumah sakit ?”

“ coba kamu lihat kondisinya “, aku membenarkan gendonganku, lalu terbelalak saat wajah Ezi yang begitu pucat ditambah dengan darah yang keluar dari hidungnya.

“ Mas maaf aku harus ke rumah sakit sekarang “

“ pakai mobil saya, biar cepat “ tanpa banyak bicara aku meng-iyakan, Mas Ali meminta Ezi untuk dia yang menggedong. Aku sangat bersyukur karena sebenarnya tanganku sudah pegal, ditambah kondisi tubuhku yang baru pulih.

Hold Me Tight [ PDF ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang