Aku Ingin Menikah Seperti yang Lain

144 20 2
                                    

Satu persatu orang terdekatku sudah menemukan pelabuhan terakhirnya masing – masing, setelah minggu lalu Mas Zidan dan Mbak Husna, sekarang Aisyah dan juga Mas Lutfi.

Ketika kita menjadi versi terbaik dengan cara kita sendiri, menjalani semuanya dengan ikhlas, lalu mencoba berdamai dengan keadaan, maka banyak sekali bahagia yang sedang menanti didepan.

Itulah yang dilakukan Aisyah, ketika ia mengikhlaskan Mas Zidan untuk yang lain dengan cepat Allah ganti dengan yang lebih baik dari Mas Zidan.

Aku menggigit bibirku tatkala aku melihat kedua pasangan yang telah sah, senang dan sedih bercampur menjadi satu. Senang karena mereka telah ada yang menjaga dan sedih karena kini tinggal aku yang belum ada seseorang yang bisa saling menautkan tangan.

Dan dengar – dengar pun keluarga Mas Ali sudah memiliki jawaban untuk Kania, aku harus tegar apapun jawabannya nanti.

Ku langkahkan kakiku menuju kedua pasangan itu, ikut berbaur dan mengobrol yang entah sedang mengobrolkan apa mereka. Karena saat aku masuk kedalamnya mereka langsung terdiam seperti tengah menyembunyikan sesuatu dariku.

Aku tersenyum getir, “ wahh senangnya bisa ngumpul kayak gini “

“ ehehe iya “ jawab Fatimah dengan meringis, kenapa dengan wajah mereka? Apakah mereka tidak suka dengan kehadiranku?

“ kamu udah tau info tentang Ali kah Prill ?” aku melihat kearah Aisyah yang memandangku dengan sendu. Kenapa dia ? aku memutuskan untuk menggeleng saja.

“ katanya sebentar lagi Ali mau lamar seseorang “

Aku diam mematung karena aku tau siapa orang yang akan Mas Ali lamar, “ wah Alhamdulillah dong bagus, berarti beliau udah ketemu sama jodohnya hehe “.

“ kamu gak apa – apakan Prill ?”, aku mengerutkan keningku karena ucapan Fatimah barusan. “ loh emangnya aku kenapa Tim ?”

Mereka tersenyum yang aku tau itu senyum yang dibuat – buat, senyum tulus mereka bukan seperti itu karena aku tau apalagi Fatimah dan Aisyah.

Melupakan semua pembicaraan tentang Mas Ali aku menyibukkan diriku dengan makan apa saja yang aku lihat di stand makanan, di pojok kanan ada Umi dan Abi juga Mas Ali yang tengah berbincang bahkan mereka sepertinya tengah berbahagia.

Aku bersyukur akan itu.

Assalamualaikum bule jomblo “ aku melihat kearah sumber suara yang begitu dekat denganku, “ aaa.. waalaikumsalam cantiknya aku, Masya Allah ngagetin banget sih “, aku menguyel pipi chubby anaknya Mbak Mila, dia begitu lucu sekali.

Dengan cepat aku membawanya dari pangkuan sang ibu. “ sana Mbak ketemu pengantin dulu, Milka biar aku yang jagain “

“ aww makasih banget ya adikku sayang, Ayo sayang kita kepengantin dulu “ aku terbatuk karena ucapan Mbak Mila pada suaminya, Mas Zalzari.

Sebelum melangkah Mbak Mila dengan jahilnya menjulurkan lidahnya untuk menggodaku.

Aku mengajak anak hampir 6 bulan itu main, dia terkekeh dengan tangan yang tidak diam terus menggapai hijabku.

Aku tidak sadar jika saat ini aku tengah menjadi pusat perhatian karena aku yang menerbang – nerbangkan anak Mbak Mila. Aku meringis sedikit menganggukkan kepalaku permohonan permintaan maafku.

“ Masya Allah cucu Umi lagi main sama siapa nak?” aku tersenyum saat Umi datang menghampiriku, kucium punggung tangannya.

Beliau duduk dikursi sampingku, ikut mengajak main bayi yang sudah beliau anggap cucunya sendiri. “ coba Umi mau gendong Prill “, ku berikan Milka pada pangkuan Umi.

Hold Me Tight [ PDF ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang