Aku berjalan keluar dari dapur Umi Lubna, namun belum sempat langkahku sampai didepan beliau aku mendengarkan sebuah wejangan dari Umi pada anaknya, Mas Ali.
Dengan sangat tidak sopannya aku menguping, bukannya pergi.
“ Umi do’akan semoga dia mau terima kamu apa adanya diri kamu Mas, Umi cuma berpesan. Kelak saat kamu sudah memiliki pasangan jagalah baik – baik dua hal ini “
“ apa Mi ?”
“ hati kamu sama matanya dia “ dari jauh aku bisa melihat wajah bingung Mas Ali atas pernyataan Uminya.
“ kenapa itu ?”
“ kamu harus bisa menjaga hatimu dari perempuan lain yang pastinya akan setiap saat bisa menggoda kamu, lalu jaga matanya agar tidak menangis karena kamu. Kecuali jika itu tangis bahagia, jantung rumah itu seorang istri Mas. Jika nanti istri kamu selalu merasa bahagia maka kamu akan merasa seperti berada didalam surga, dan sebaliknya. “
“ nggih Umi, insya Allah sekarang Ali sedang berbenah diri untuk menyambut seseorang yang bersedia membersamai Ali sampai Jannah “
Jika boleh memilih, aku ingin memilih laki – laki sederhana yang tidak banyak tebar pesona pada yang bukan mahramnya, pandai menjaga hati dan pandangannya. Yang tidak pernah meninggalkan sholatnya, rajin bekerja dan juga bertanggung jawab atas dirinya, diriku dan keluarganya.
Sepertinya itu bisa membuat bahagia, kenapa tidak memilih rupa ?
Karena sebenarnya wanita yang baik itu tidak akan pernah menilai seorang lelaki dari rupanya, tapi wanita yang baik itu akan menilai seorang lelaki dari ilmu agamanya, karena yang memikat hati bukanlah fisik atau ketampanannya, tapi hati yang lembut dan paham ilmu agama.
Meskipun aku masih selalu munafik karena aku selalu meminta dan menginginkan lelaki yang membersamaiku itu memiliki rupa yang tampan, ya seperti Mas Azam juga bolehlah. Bonus, Astaghfirullah aku.
Siapa yang memperbanyak istighfar, Allah akan membebaskan dari kedukaan, keluar dari kesempitan dan rezeki yang tidak diduga – duga ( HR. Abu Dawud )
Mas Ali pamit pada Umi, dia begitu rapi dengan pakaiannya. Akan pergi kemanakah beliau? Apakah ia akan melamar pujaan hatinya? Ya Allah, kenapa rasanya hati ini tidak terima jika yang aku dugakan tenyata benar.
Aku menegakkan bahuku berjalan menuju Umi, menghampiri beliau yang kembali dengan kitab ditangannya.
“ lama sekali Prill Umi ditinggal “
“ hehe maaf Umi, tadi umm- .. “
“ iya Umi tau kok, kamu dibelakang tembok dapur “ Astaghfirullah, aku membelalakkan mataku atas ucapan Umi barusan yang memang benar adanya.
“ Maaf Umi, Aku gak enak tadi kalo nyamperin Umi langsung sedangkan Umi sedang mengobrol dengan Mas Ali. Tapi ternyata Aku lebih merasa tidak enak karena katahuan bersembunyi di belakang “
“ gak apa – apa, tenang aja. Oh iya, Umi mau pada pergi kerumah Aisyah “. Aisyah ? temanku?
“ ada apa Umi ?”
“ mau ngajuin ta'aruf “
Ta'aruf, Mas Ali dan Aisyah akan ta'aruf ? mungkin benar saat itu, ketika mereka saling pandang dengan senyum tak biasa itu mereka ternyata ada sesuatu.
Kenapa Aisyah tidak bercerita akan hal itu? Ketika aku sibuk dengan pikiranku, ponselku berbunyi.
Aisyah mengirimkan sebuah pesan untuk aku hadir nanti malam dirumahnya, panjang umur sekali ia. Aku harus datangkah ? melihat sahabat dan seseorang yang aku kagumi menjalani jenjang hubungan yang serius ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hold Me Tight [ PDF ]
Novela JuvenilPermainan takdir yang akhirnya menyatukan kembali sosok dimasalalu. Cover by Pinterest