1. Alana Elmira Williams

110 24 13
                                    

Pagi minggu yang cerah dimana hampir semua keluarga menikmati hari libur bersama. Lain halnya dengan gadis remaja yang hanya duduk termenung dengan tatapan kosong bersama sepotong roti dan segelas susu diatas meja. Gadis itu bernama Alana Elmira Williams.

Semua hari menurutnya sama saja, hampa tanpa kehangatan, tanpa canda tawa. Dia selalu sendiri. "Huh" Alana menghela nafas. Mengapa ia merasa aneh, bukan kah ini selalu terjadi. Ia segera menghabiskan makanannya dan kembali terhanyut dalam lamunan.

Alana hidup bersama ibunya, Clara Saravati. ia adalah wanita yang gila kerja semenjak kejadian beberapa tahun lalu yang merenggut kebahagiaannya. Ibunya dan Alana hidup satu atap tanpa saling memperdulikan satu sama lain, entah kapan terakhir kali mereka saling menyapa. Clara hanya memberikan uang kepada Alana untuk hidup, namun yang dibutuhkan Alana bukan hanya uang, tetapi kasih sayang seorang ibu. Alana bukanlah gadis yang akan mengemis kepada ibunya agar diberi perhatian, bagi Alana itu hanya buang buang waktu.

Semua orang bahkan menganggap Alina adalah gadis yatim piatu tanpa orang tua di hidupnya, sedangnya Clara pun di anggap masih sendiri tanpa anak dan suami. Bagi Alana itu tidak penting, ia tidak butuh pengakuan. Baginya buat apa pengakuan jika hanya bohong.

Namun Alana tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa dia merindukan sosok ibunya yang hangat, yang selalu tersenyum dan selalu menyayanginya. Ia merasa sangat kehilangan ibunya semenjak hari itu.

Suara langkah kaki membuat lamunan Alana buyar, ibunya berjalan kearahnya dengan menggunakan piyama tidurnya. Tanpa menyapa, tanpa tersenyum, hanya tatapan datar yang ada di mata itu. Sudah biasa pikir Alana.

Mereka duduk di meja makan yang sama tanpa obrolan hangat layaknya sebuah keluarga, hanya suara deru nafas dan suara piring yang terdengar.

🌵

Setelah meninggalkan meja makan, Alana bersiap-siap untuk pergi ke taman kota. Hanya untuk duduk bersantai menghabiskan waktu. Setiap minggu Clara libur dan akan berada di rumah, hal itu membuat Alana tidak nyaman berada di dalam rumah. Alana pergi ketaman untuk sekedar menghabiskan harinya.

Gadis itu pergi ke tempat biasa ia datangi di taman itu, sebuah kursi taman yang biasa ia dudukin sendiri disana. Sambil membawa Handphone genggam dan earphone untuk mendengar musik. Alana bersenandung kecil mengikuti lirik lagu yang ia dengar.

Tanpa Alana sadari, setiap ia berada disana ada seseorang yang memperhatikannya dengan perasaan bertanya-tanya. Sudah hampir setiap minggu dalam bulan ini dia memperhatikan gadis itu, tanpa bermiat menyapa atau berkenalan.

🌵

Hari sudah mulai senja, Alana memutuskan untuk meninggalkan taman. Berjalan menyusuri kota menikmati angin sore, dan suara kemacetan kota.

BRUKK!

"ARGHHH!" Alana terjatuh, karena seorang wanita paruh baya menabraknya.

"Eh maaf mbak saya buru buru tadi, maaf ya." Mengulurkan tangan berniat membantu Alana yang tergeletak di bawah.

"Jalan tu pake mata dong!" Bukannya menerima uluran tangan itu Alana malah menepisnya dan membentak orang yang menabraknya.

Yang di bentak terlonjak kaget. "I-iya maaf mbak."

"Ngapain masih disini, sana pergi!" ibu itu pun pergi dengan perasaan takut dan merasa bersalah.

Alana langsung melanjutkan jalannya, tanpa merasa bersalah karena sudah membentak orang tua. Menurut Alana semua orang hanya mengganggunya, tidak ada yang berguna.

🌵

Hari senin adalah hari yang sangat dibenci hampir seluruh siswa SMA Anggara karena harus melaksanakan upacara bendera dan berada dibawah terik matahari.

Sama halnya dengan gadis kuncir satu, Alana. Ia berjalan malas memasuki area sekolah, tanpa menghiraukan tatapan sinisdari warga sekolah.

"Norak." Alana mengeluh bosan dengan suasana seperti itu.

Alana bukanlah gadis lemah yang akan diam saja jika di tindas, Alana akan membalas dengan lebih jika seseorang berani mengganggunnya. Ia tidak peduli dengan namanya yang sudah buruk dimata guru dan para murid. Alana tidak pernah memulai duluan, orang lah yang mengusiknya ia hanya membalasnya.

Semasa kelas sepuluh banyak yang ingin berteman dengan Alana, namun Alana tidak pernah mau mempunyai seseorang dalam hidupnya. Seiring berjalannya waktu teman-teman sekelasnya merasa Alana sangat sombong, dan mulai tidak menyukai Alana. Sekarang saat Alana memasukki kelas sebelas, semua orang semakin menganggap gadis itu aneh. Dan tak ada satupun yang ingin berteman dengannya.

Jika tugas kelompok, Alana tidak pernah mau punya kelompok, ia akan menyelesaikan tugasnya sendiri secara individu.

Sesampainya di kelas ia langsung duduk dibangku miliknya, seperti biasa Alana hanya duduk diam menikmati musik yang ia putar beberapa menit yang lalu. Sembari menunggu upacara dimulai.

🌵

Jangan lupa vote, komen dan follow^ ^

NAUFRAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang