7. Interaksi

43 1 0
                                    

Jangan lupa vote dan komen.
Selamat membaca^ ^

🌵

Aiden menoleh dan mendapatkan Alana yang menepuk bahunya. Helaan napas keluar dari mulutnya, ia lega karena yang dilihatnya Alana, bukanlah 'setan'.

Aiden menggaruk tengkuknya yang tak gatal, canggung karena ia tertangkap basah mengikuti gadis ini.

Gadis itu menatap Aiden datar, menunggu penjelasan.

"Anu-" Aiden bingung mulai bicara darimana.

"Gue cuma pengen temenan sama lo." lanjutnya.

Diam beberapa detik, cukup membuat Aiden semakin merasa canggung.

"Gue gak butuh temen." Alana tidak merubah ekspresinya sama sekali, datar. Gadis itu segera berlalu dan meninggalkan Aiden yang dari tadi menatapnya.

"Kenapa?" Aiden mengejar gadis itu, ia menyamakan langkah Alana.

Alana hanya diam dan membiarkan Aiden melakukan hal yang ia mau.

Gadis itu menghentikkan langkahnya secara mendadak, Aiden yang tak siap ikut berhenti dan menabrak tubuh Alana yang lebih kecil darinya.

Alana hampir terjatuh kalo saja Aiden tidak segera meraih tangannya. Diam beberapa detik, baik Alana maupun Aiden sedang mencerna apa yang terjadi.

Alana menepis tangan Aiden dan segera melanjutkan langkahnya. Jantung Alana berdegub kencang bukan karena sentuhan Aiden, tapi hampir saja Alana terjatuh.

Aiden yang tidak kenal menyerah ia terus mengikuti Alana.

"Gue gak butuh org lain!" Alana menjawab pertanyaan Aiden yang sudah berapa menit yang lalu di tanyakan lelaki itu.

"Emang kalo mati lo bisa ngubur diri lo sendiri?" Aiden sedikit terkejut mendengar jawaban Alana, sombong sekali pikirnya.

Alana mempercepat langkahnya, ia mulai kehabisan kesabaran mendengarkan pertanyaan Aiden.

🌵

Malam hari, Alana diam di kamar sambil memainkan ponsel miliknya, jam menunjukkan pukul 23.00 dan Clara belom juga pulang.

TOK! TOK!

Terdengar suara ketukkan pintu dari arah bawab, sepertinya Clara baru saja sampai pikir Alana.

Alana menautkan kedua alisnya, ia bertanya-tanya, sejak kapan Clara pulang mengetuk pintu. Clara dan Alana memegang kunci rumah masing-masing, agar tidak berinteraksi berlebih.

Ketika Clara pulang dan pergi ia akan membuka dan menutup pintu sendiri, begitupun jika Alana pulang dan pergi.

Alana tidak mempedulikannya, ia melanjutkan aktivitasnya.

"ALANAAA!!!" teriak Clara.

Alana diam, ini pertama kalinya setelah beberapa tahun, Clara meneybut namanya kembali. Namun gadis itu tetap di posisinya, ia benar-benar tidak mempedulikan Clara.

BRUGH!

Clara terjatuh tepat ketika pintu kamar Alana terbuka. Clara tampak sedang tidak sadar, ia mengoceh tidak jelas.

'Dia mabuk?' batin Alana.

Alana hanya memperhatikan Clara yang meracau tidak jelas. Ia tidak berniat membantu Clara berdiri atau bahkan membawa wanita paruh baya itu ke kamar miliknya.

"kamuu kenapa diem aja hahh?" tanya Clara.

"Kamu gak sayang mama ya Lana?"

"Kamu sama kayak papa kamu Lana!"

"Setiap mama liat kamu, rasa sakit yang dikasih papa kamu itu selalu muncul." Clara menangis sambil memukuli dadanya.

Alana menatap datar mamanya, matanya berkaca-kaca.

Clara berdiri menghampiri Alana, ia tertawa miris sembari mengusap wajah Alana.

"Lana kamu sudah gede sekarang, kapan terakhir kali mama liat muka kamu secara jelas."

Clara dan Alana selama ini satu rumah dan tidak saling peduli, bahkan keduanya enggan saling menatap.

Alana tidak tahan, air matanya terjatuh. Ia memeluk mamanya. Biarkan ia sendiri yang merasakannya. Alana tau jika nanti Clara sadar ia tidak akan mengingat kejadian ini.

Alana memeluk erat sang mama, entah sudah berapa lama ia tidak merasakan hangatnya pelukkan sang mama. Alana menangis sejadi-jadinya di pelukkan Clara.

"M-mama." suara Alana bergetar.

Clara terdiam dengan tangan yang masih mengambang, ia bahkan tidak membalas pelukkan Alana.

"Ma, apa semua salah Alana kalo mama di bikin kecewa sama papa?"

"Apa mama gak tau kalo Lana jg sakit di sini?"

"Mama bahkan gak pernah tau Lana sekolah dimana?"

"Mama bahkan gak pernah lagi nanya Lana belajar apa tadi?"

"Mama juga pasti gak tau Lana gak bisa percaya org lain lagi ma! Lana takut di tinggal lagi ma, Lana butuh mama!"

Alana terisak, ia menumpahkan semuanya di hadapan Clara yang sedang mabuk. Clara menangis menatap putri semata wayangnya.

"Kamu juga gak tau apa yang sudah mama jalani selama ini!" jawab Clara, ia tertawa miris lalu beranjak untuk pergi.

Belum sempat berjalan, Clara Ambruk. Sepertinya ia pingsan karena kebanyakkan minum.

Alana cepat membantu Clara pindah ke kamarnya, agar jika besok Clara terbangun ia tidak terkejut karena terbangun di kamarnya.

Alana berlari ke kamar, ia kembali menangis, luka itu seakan mengering lalu mengelupas kembali, seperti tidak akan sembuh.

"Aku benci papa!!"

🌵

Selamat menunaikan ibadah puasa!🦋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 22, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NAUFRAGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang