3

21.5K 1.6K 62
                                    

Lembaran kertas sudah berjam-jam Abyan hadapi, ia mengurut pelipis nya yang terasa pusing.

Harusnya ia masih cuti nikah, namun berada di rumah jauh lebih memusingkan.

"AN Company mau membatalkan kerja sama?" gumam nya.

Abyan mengambil ponselnya, lalu menghubungi Arsen.

"Apa kau gila!" ucap Abyan saat panggilan tersambung.

"Kau yang gila, berteriak seperti itu, kau pikir aku tuli!"

"Ya kau bodoh, dengar, apa kau mau membatalkan kerja sama?"

"Ya memang nya kenapa? Lagi pula perusahaan mu tak akan rugi."

"Perusahaan ku memang tak akan rugi besar, tapi...."

"Ck, sudahlah aku malas berdebat dengan mu, menyusahkan saja."

Panggilan terputus, Abyan menghela napas nya, ada apa dengan Arsen? Ah, baiklah ia tak akan membatalkan kerja sama, ia akan menyuntik kan dana ke perusahaan Arsen, agar suami nya itu dapat ia kendalikan.

Jika Rose bisa memiliki Arsen, maka ia akan mengendalikan Arsen.

"Membatalkan kerja sama?" kekeh Abyan. "Justru aku akan membuat Arsen merasa bergantung pada perusahaan ku." ucapnya.

Katakan saja Abyan orang yang licik, namun apa tak boleh mempertahankan seseorang yang sudah lama ia sukai, sial nya Arsen tak mengetahui bahwa dirinya tulus, bukan karena orang tua nya memohon.

__________

"Sayang kamu emang gak ada jadwal saat ini?" tanya Arsen.

"Iya, aku ingin menghabiskan waktu ku dengan mu, lagi pula tidak ada jadwal pemotretan." Rose mengelus dada Arsen sensual, ia tak tahu malu duduk di pangkuan Arsen.

Cup

Arsen mencium bibir Rose sekilas, ia sangat menyayangi Rose, ia menyukai Rose sangat.

"Suami kamu itu nyebelin tahu." tutur Rose. "Aku kesel sama dia, pengen banget aku cekik dia." ucapnya.

"Kalau kamu salah melangkah, dia akan mencekik kamu sebelum kamu mencekik nya." Arsen berucap sambil mengelus rambut Rose, menurut nya Rose sangat cantik.

"Kamu kok kayak gitu si, harus nya kamu dukung aku." ucap Rose kesal.

"Tentu, tapi dia punya banyak orang, dia juga anak kesayangan Alanzo, kita tidak bisa apa-apa jika dia mengadu, dan orang tua ku akan menjadi sasaran nya." tutur Arsen, ia masih waras jika harus melawan Abyan.

"Kita harus pakai cara halus, menyakiti nya dengan perlahan hingga dia sendiri yang ingin pergi." ucap Arsen.

Mata Rose berbinar, ia tersenyum bangga lalu memeluk Arsen erat.

"Aku sayang kamu Rose, kita hadepin Abyan sama-sama." lirih Arsen, ia sungguh-sungguh dengan ucapan nya.

Keduanya meneruskan bercumbu, hingga bergumul panas tak peduli dengan pembicaraan mereka, hingga lupa waktu.

Sampai sore hari Arsen kembali memakai pakaianya, ia mencium kening Rose. "Ayok pulang." ucap Arsen, ia mengangkat tubuh Rose membawa nya pulang.

Sedangkan dirumah, Abyan tengah menyiapkan makanan, Lalisa bilang Arsen akan luluh jika ia bersikap lemah lembut.

Abyan menunggu Arsen pulang, mau bagaimanapun ia tak boleh menyerah ia harus berjuang saat ini, cukup sudah ia diam selama ini.

Abyan dengan langkah nya membuka pintu saat Vans mengatakan Arsen sudah pulang.

LUKA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang