Sehunnya Luhan

81 8 3
                                    

Tidak ada yang bisa membujuk Luhan, kecuali pawangnya. Rusa ini tidak mudah dijinakkan, apalagi ketika keadaannya seperti ini. Sejujurnya Baekhyun ingin memukul kepala Luhan dengan keras, bisakah gadis rusa ini berhenti dari tangisannya? Demi tuhan Baekhyun merasa malu, karena saat ini puluhan mata menatapnya seperti pencuri yang memukul gadis kecil.

"Luhan, bisakah kau berhenti menangis!"

"Baekhyun, pria itu jahat! Dia bajingan tidak tau diri, bagaimana bisa dia pergi dengan gadis lain. Sementara pacarnya harus berjalan seorang diri ditengah hujan deras!"

"Kekasihmu memang brengsek, tapi bisa kah kau berhenti menangis dan mulai menghubungi kekasihmu? Seharusnya kau bertanya padanya sebelum menghubungiku dan menjadi kacau seperti ini!"

"Jangan menghinanya, jangan menyebutnya brengsek dia kekasihku Baekhyun!"

Oke, Baekhyun menyerah.

Kekasih Luhan memang sialan. Ia telah membuatnya harus menenangkan rusa yang mengamuk. Seharusnya di Sore yang hujan ini, ia bisa membakar api asmara dengan Chanyeol. Bukannya terjebak dengan gadis cengeng yang menangis dengan pakaian basah seperti anak kucing yang tersiram air got.

Baekhyun amat sangat menyalahkan Sehun. Sehun terlalu memanjakan Luhan, semua orang tau itu. Bahkan seluruh dunia bisa melihat betapa luar biasanya Sehun menjadikan Luhan ratu dihidupnya. Tidak ada yang salah, ketika seorang kekasih ingin membahagiakan kekasihnya dengan jutaan kasih sayang yang berlimpah harta. Tetapi Sehun keterlaluan, bahkan Luhan tidak bisa membuka kemasan pembalutnya sendiri.

Baekhyun adalah saksi bisu perjalanan kisah Sehun dan Luhan, mereka saling mengenal sejak kecil. Tumbuh bersama dengan Sehun sebagai sosok pahlawan bagi Luhan, dan Luhan hanya sosok lemah yang membutuhkan pertolongan pahlawannya. Luhan telah tumbuh dengan manja dan hanya Sehun yang bisa mengatur gadis itu.

Dengan pemikiran yang mulai lelah, Beakhyun menghubungi Oh Sialan Sehun.

"Cepat datang kesini, atau kau akan melihat aku membungkam mulut kekasihmu dengan kaos kakiku!

Sehun datang dengan tergesa, ia melihat kekasih mungilnya menunduk di ujung kusi cafe. Disampingnya terdapat aura kelam dari sosok mungil lainnya.

"Urus kekasihmu! Dan jika kau terbukti menduakan Luhan. Aku akan memotong adikmu dengan gergaji!"

Sehun menatap nyalang kata-kata baekhyun. Apakah wanita itu gila? Ia harus mulai membatasi kekasihnya, agar tidak terlalu dekat dengan Baekhyun. Kekasih Park Chanyeol itu sepertinya memiliki sisi kejam, ia tidak mau Luhan tercemari oleh tingkah jahat Baekhyun.

"Sayang, kenapa tidur disini? Ayo aku antar pulang."

Luhan tidak terganggu dengan kedatangan Sehun, ia tertidur dengan nyenyak. Sehun tidak tau apa yang terjadi pada kekasih mungilnya, keadaan Luhan sangat membuatnya sakit hati. Kekasih cantiknya kini seperti anak kecil yang terjebak dalam kubangan air got, mata yang bengkak dan tubuhnya yang mengigil karena seluruh pakaian basah.

"Kenapa kau bisa seperti ini Lu."

......

Luhan terbangun dengan kepala yang pusing, matanya bengkak dan seluruh badannya lemas. Ia mencoba untuk bangun dari tidurnya sebelum seorang pria tampan memanggilnya lembut.

"Sayang, kau sudah bangun?"

Luhan menatap wajah kekasihnya dengan sendu, air dimatanya mulai mengenang kembali dan ia terisak pelan.

Sehun cemas melihat kekasihnya mulai menangis, dia ingin memeluk tubuh mungil itu sebelum Luhan mengatakan sesuatu padanya dengan sendu.

"Apakah kau sudah tidak mencintaiku lagi? Apakau kau sudah menemukan seseorang yang lebih dariku?"

Sehun menengang dengan sempurna.

"Apa yang kau bicarakan sayang?kenapa kau bisa berbicara seperti itu?"

"Aku melihatnya Sehun, kau bersama wanita itu! Kau tersenyum padanya."

"Sayang, wanita siapa?"

"Kau pura-pura tidak tau? Aku melihatnya dengan mataku, kau membawa wanita itu ke sebuah restoran, kau tersenyum padanya. Dan apakah kau tau dimana aku? Aku diluar Sehun, aku kehujanan dan kedinginan. Sedangkan kau dengan nyamannya berada didalam restoran yang hangat bersama seorang wanita. Kau jahat Sehun!"

Sehun mengingatnya, tadi siang ia bertemu dengan rekan bisnisnya di sebuah restoran mewah. Rekan bisnisnya adalah seorang wanita yang mengingingkan makan siang di tengah hujan yang dingin. Ia tidak pernah menyangka jika kejadian itu tertangkap oleh mata kekasihnya. Sungguh ia menyesal tidak mengetahui keberadaan Luhan. Jika iya sedikit peka akan kehadiran Luhan, gadisnya tidak akan menangis dan kehujanan seperti ini

"Sayang, wanita itu adalah rekan bisnisku. Namanya nyonya Shin Nara, dia sudah punya suami dan anak berusia 4 tahun. Aku tersenyum kepadanya untuk memberikan penghormatan karena sudah mau bekerja sama dengan perusahaanku, tidak lebih sayang. Maafkan aku sayang, karena aku tidak menyadari kehadiranmu, dan membuatmu menjadi seperti ini."

Luhan melihat kejujuran dimata Sehun yanh tulus, ia menangis dengan senang dan melemparkan tubuhnya pada pelukan hangat kekasihnya.

"Sehun, maafkan aku juga. Aku telah menuduhmu."

Tangisan Luhan membuat Sehun merasa menjadi lelaki bodoh, ia tidak mampu membuat Luhan bahagia dan justru membuat kekasihnya menangis seperti ini.

"Tidak sayangku, jangan seperti ini. Jangan menangis lagi. Aku yang salah, maafkan aku ya."

Luhan sudah mulai tenang dipelukkan Sehun, suara tangisannya sudah hilang digantikan dengan pelukkan erat pada tubuh Sehun yang hangat.

"Tapi, Sehun. Wanita itu sangat cantik, ia bahkan mempunyai payudara yang bagus. Apakah kau menyukai perempuan seperti itu?"

Sehun tidak tau, harus menangis atau tertawa.

"Tidak ada yang lebih cantik darimu sayang, aku memujamu sampai ke langit. Dan soal payudaramu, aku menyukainya. Tapi jika kau tak puas dengan ukuran payudaramu, aku bisa membuatnya lebih menakjubkan."

Luhan merona mendengar bisikan lembut kekasihnya, apalagi tangan Sehun sudah mulai masuk kedalam pakaiannya dan menangkup payudara kanannya dengan lembut. Ternyata Luhan tidak memakai apapun dibalik kemeja besar putih milik Sehun.

"Ahhhh.."

"Aku akan membuatmu hangat dan melatih payudaramu."

"Ssh, Sehun..."



Epilog

Keesokan harinya.

"Sehun, Aku berdarah."

"Sayang, kau terluka? dimana? Sini biar aku lihat sayang."

"Tidak Sehun, ini waktunya bulanku datang. Bisakah kau membantuku membuka dan memasangkan pembalutku lagi." Cicinya malu.

"Apapun untukmu tuan putri."

"Terimakasih Sehun."













FIN


ONESHOOT HUNHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang