6

18.4K 1.7K 44
                                    

Abyan mengerjapkan matanya, ia mendongak menatap wajah tampan Arsen, wajah yang sedari dulu hanya bisa ia pandang.

Abyan menyentuh wajah Arsen, Tuhan seperti nya dalam mood baik saat menciptakan Arsen, karena paras Aren nyaris sempurna.

Wajah yang dulu hanya bisa ia pandang, kini bisa ia sentuh.

Abyan merasa nyaman, ia menikmati wajah suami nya ini. "Nyaris sempurna." gumam nya.

Abyan mengelus bibir Arsen, bibir yang selalu mencium Rose, mulut yang selalu membela Rose.

Abyan merasa sakit hanya memikirkannya saja, ia memang selalu mengancam Arsen namun apa boleh buat, jika uang bisa menghentikan Arsen, maka akan ia lakukan.

"Andai saja aku seorang gadis, mungkin sudah dari masa sekolah aku mengejar mu." gumam Abyan. "Aku menyukai mu, sungguh." lanjutnya.

Abyan bangkit dari tidur nya, demam nya sudah turun meski rasa pening masih mendera nya. Ia tak mau semakin sesak jika terus menatap wajah Arsen, itu hanya akan membuatnya hilang akal.

Abyan pergi ke ruang kerja nya, ia tak mau menumpuk pekerjaan lagi, sakit nya sudah biasa saja, tidak separah kemarin.

Arsen mengerjapkan matanya, ia melihat pintu sudah tertutup, Abyan sudah keluar.

Arsen menghembuskan napas, ia sangat jelas mendengar setiap perkataan yang keluar dari mulut Abyan.

Arsen beranjak untuk menemui Rose, ia takut kekasihnya itu mendapat masalah lagi.

Rose masih tertidur, ia masih bergulung dengan selimutnya. Arsen terkekeh, ia mengelus surai rambut Rose, gadis yang tiga tahun ini menemani nya, gadis yang berhasil merebut seluruh hatinya.

Hanya Rose yang tak pernah Arsen permainkan, dari dulu Arsen terkenal selalu bergonta-ganti pasangan, namun saat dengan Rose, ia merasa nyaman.

Ia selalu berharap bisa menikah dengan Rose, mempunyai anak, dan bahagia dengan keluarga kecil nya nanti, namun semuanya harus hancur ketika pernikahan nya dengan Abyan di gelar.

Ia bukan seorang gay, dan yang jelas ia tak menyukai Abyan barang sebiji jagung pun.

"Aku menyukai mu, sungguh."

Ucapan Abyan tadi hanya membuat nya merasa bersalah, sampai kapan pun ia tak bisa membalas perasaan Abyan, hanya Rose, hanya Rose yang ia cintai.

Arsen mengecup singkat kening Rose, lalu ia pergi ke dapur.

Para Maid sibuk menyiapkan sarapan, saat Arsen datang ke dapur sontak semua Maid menyapa Arsen hanya sekedar mengucapkan 'selamat pagi'.

"Dimana Abyan?" tanyanya pada Lalisa.

"Tuan Abyan sedang di ruang kerja nya Tuan." jawab Lalisa.

"Kenapa kau tak larang dia, bukan kah dia sedang sakit." ucap Arsen, Lalisa hanya bisa menunduk.

"Maaf Tuan, Tuan Abyan tidak mendengarkan perkataan saya." ucap Lalisa pada akhirnya.

Arsen menghela napas nya, ia segera pergi menuju ruang kerja Abyan, entah kenapa ia ingin melihat Abyan untuk sekedar memastikan bahwa pria itu baik-baik saja.

Pintu ruangan ber cat putih itu terbuka sedikit, Arsen memicingkan matanya agar bisa melihat Abyan.

Terlihat jelas guratan serius di wajah Abyan, ia benar-benar tengah mengerjakan sesuatu.

Lagi-lagi Arsen pergi, ia hanya ingin sekedar melihat, ia sudah melihat Abyan yang seperti nya baik-baik saja.

____________

Saat ini Rose, Arsen dan juga Abyan tengah menikmati makan siang ketiga nya melewatkan sarapan.

Arsen belum kembali bekerja, ia merasa khawatir jika meninggalkan Rose sendiri di rumah, apalagi ada Abyan ia takut keduanya kembali bertengkar.

"Makanan nya sangat enak, aku sangat menyukai nya." cetus Rose, matanya berbinar menikmati makan siang nya.

"Apa kau yang memasak nya?" tanya Rose pada seorang Maid yang melewati ruang makan, namun segera Maid menggeleng dengan pertanyaan Rose. "Lalu siapa?" tanya Rose.

"Tuan Abyan yang selalu memasak, kami hanya membantu menyiapkan." jawab Maid, Rose membuka mulut nya tak percaya orang dihadapan nya yang tengah makan dengan santai, adalah yang memasak semua ini.

"Ada apa, kau langsung tak menyukai makanan nya, setelah tahu aku yang memasak?" ucap Abyan, seakan tahu isi pikiran Rose saat ini.

Rose mendengus, ia benar-benar menghentikan suapan nya, ia tak berselera untuk makan kembali.

"Makan saja, lagi pula Abyan tak memasukan racun." ucap Arsen, namun Rose menggeleng.

"Aku sudah tak berselera." jawab Rose.

"Lain kali masak lah sendiri, aku tak mau kau mati kelaparan, dan yang pasti aku tak mau ada mayat di rumah ku." celetuk Abyan, ia geram dengan tingkah Rose.

Arsen hanya diam, ia tahu Rose sudah keterlaluan namun entah kenapa ia membiarkan sikap Rose.

"Siang ini aku dan Rose akan pergi berkencan." ucap Arsen, yang berhasil menghentikan suapan terakhir Abyan.

"Pergilah, sebelum perusahaan mu bangkrut." ucap Abyan tenang, namun tidak dengan hati nya yang terasa sakit.

"Kenapa kau selalu mengancam." ucap Arsen tak terima.

"Lalu kenapa kau harus berkencan dengan jalang." sentak Abyan tak mau kalah.

Arsen pergi membawa Rose begitu saja, ia meninggalkan Abyan yang hanya diam di meja makan.

Selama ini hubungan nya dengan Abyan hanya di isi dengan pertengkaran, tak pernah sehari pun Abyan mengalah atau bersikap manis.

Arsen membawa Rose keluar dari rumah, keduanya akan pergi ke taman dan akan pergi ke pusat perbelanjaan.

Sedangkan Abyan, ia menelungkup kan kepalanya di lipatan tangan nya. Ia masih diam di meja makan.

Hati nya sangat sakit, hubungan pernikahan nya tak ada yang berubah.

Setetes cairan bening keluar dari pelupuk matanya, namun segera Abyan hapus kasar.

Ia merasa menangis tak akan menyelesaikan apapun.

Abyan pergi meninggalkan meja makan, membiarkan Maid membersihkan sisa makanan.

Abyan akan pergi ke rumah orang tua nya, ia merindukan Mama dan Papa nya.

________

"Sayang kenapa kamu datang sendiri dimana Arsen?" tanya Mama saat Abyan datang.

"Dia sibuk ke kantor." bohong Abyan. Mama mengelus kepala Abyan.

"Suami mu pasti sangat pekerja keras." ucap Mama.

"Aku kangen sama Mama." Abyan memeluk sang Mama, ia rasanya ingin menangis.

Mama mengelus bahu Abyan, anak semata wayang nya, yang selalu ia sayangi.

"Ada apa, apa ada masalah?" tanya Mama, ia tahu anak nya sedang tidak baik-baik saja.

Abyan menggeleng, menepis segala bisikan yang menyuruh nya untuk mengadu.

"Aku tidak apa-apa, hanya saja aku merindukan Mama." cetus Abyan.

Mama tersenyum, ia melepas pelukan Abyan lalu mengecup pipi Abyan.

"Jika ada masalah cerita saja pada Mama, di dalam pernikahan pasti banyak rintangan, apalagi pernikahan mu baru seumur jagung." tutur Mama.

Abyan mengangguk, ia ingin melupakan masalah nya dengan Arsen.

"Mama tahu kamu suka sama Arsen dari masa SMA, dan Mama tahu kamu tulus sama dia." ucap Mama. "Tapi kalau bukan karena orang tua Arsen yang memohon, Mama yakin kalian tidak akan bisa bersama, jadi Mama mendukung Papa agar menikah kan kalian." tutur Mama.

Abyan hanya diam mendengarkan perkataan Mama nya.

"Tapi jika kamu lelah, pulang lah kesini. Jika kamu tidak menemukan rumah disana, masih ada kami rumah lama mu." ucap Mama.

LUKA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang