10

19.7K 1.5K 38
                                    

Abyan menjadi sangat pendiam, ia yang biasanya berkata kasar pada Rose kini hanya diam, entahlah ia merasa malas jika harus bertengkar, apalagi saat Arsen memberi nya peringatan.

Abyan menjadi gila kerja, ia berusaha tak menganggap dua insan yang dilanda bahagia itu, ia akan bicara seperlu nya dan yang jelas Abyan lebih banyak diluar.

Seperti saat ini ia menikmati makan siang bersama Lucas, pimpinan RA.Company.

Lucas yang memaksanya untuk makan bersama, dan ia tak punya alasan untuk menolak.

"Menu makanan disini sangat berkualitas dan terasa enak." ucap Lucas.

"Kau benar, restoran yang kau pilih memang sangat berkualitas." sahut Abyan, ia tersenyum ramah.

Acara makan siang bersama adalah bentuk perayaan kerja sama antara perusahaan mereka.

Menurut Abyan ini sangat berlebihan, namun ia tak mau membuat rekan bisnis nya kecewa apalagi sampai membatalkan kerja sama.

"Kudengar anda sudah menikah, apa benar?" tanya Lucas.

Abyan terkekeh. "Iya, bahkan banyak wartawan yang meliput berita itu, kenapa anda seperti tak percaya." ucap Abyan.

"Yah, ku harap itu berita bohong." ucap Lucas. "Karena rasanya seperti mimpi saat orang semanis anda sudah menikah." tutur Lucas.

Abyan tertawa kecil, baru kali ini ada yang mengatakan dirinya manis, bahkan Arsen sekalipun mengatakan bahwa dirinya tidak ada manis-manisnya.

"Kuharap aku memang manis." ucap Abyan.

Keduanya hanyut dalam obrolam ringan, Lucas pintar dalam mencairkan suasana.

Ia bahkan bisa dengan gampang mendapatkan nomor ponsel pribadi Abyan, yang diberikan dengan percuma tanpa persyaratan.

Menurut nya, Abyan pria yang menarik dan manis namun sayang pria dihadapan nya sudah menyandang suami orang.

Betapa beruntung nya suami Abyan, mendapatkan pasangan yang sukses dalam dunia bisnis dan memiliki paras manis.

Jarang sekali mempunyai pasangan yang pintar dalam berbisnis, apalagi Lucas dengar Abyan yang membantu perusahaan suaminya bangkit, sungguh keuntungan besar pikirnya.

"Jam makan siang akan segera selesai, mari kembali ke perusahaan." ucap Abyan, yang diangguki oleh Lucas.

Keduanya pergi kembali untuk bekerja lagi.

______

Hoek

Hoek

Hoek

Rose sudah tak tahan, semua makanan yang ia makan harus keluar lagi.

Ternyata mengandung tak semudah apa yang ia pikirkan.

Lalisa membantu Rose untuk duduk, ia membuatkan teh hangat untuk Rose.

"Minumlah Nyonya, ini akan membuat anda merasa baik." ucap Lalisa.

Rose menerima nya, ia meminum nya perlahan. Anak Arsen tak membiarkan nya untuk istirahat, ia selalu ingin muntah.

Lalisa memijat tengkuk Rose, agar sang empu merasa lebih baik.

Jika saja Abyan tak menyuruh nya untuk menjaga Rose, rasanya ia tak mau mengurus orang yang menyakiti Tuan nya.

"Apa ada yang ingin anda makan saat ini Nyonya?" tanya Lalisa.

Rose mengangguk. "Aku ingin semangka, sepertinya segar jika memakan buah itu saat ini." ucap Rose.

Lalisa menyuruh salah satu Maid, untuk mengabulkan permintaan Rose.

"Apa masih pusing?" tanya Lalisa, Rose menggeleng pelan.

Kepalanya terasa berat, ia membaringkan tubuhnya.

Lalisa memijat kepala Rose sampai sang empu tertidur, ia membiarkan Rose tertidur, sedikit ada rasa iba dalam hatinya saat melihat wajah pucat pasi Rose.

Pasti saat ini tubuh nya lemas, karena bagaimana pun semua makanan yang ia makan keluar kembali.

Sedangkan Arsen ia disibukan dengan setumpuk lembaran menyebalkan, biasanya Johanes yang mengurus nya tapi saat ini ia terpaksa melakukan nya.

Arsen memainkan pulpenya, menatap foto Rose yang ia pasang di meja kerja nya. Ia khawatir dengan kekasihnya, tadi Rose menghubunginya, kekasihnya itu mengadu pusing dan lemas.

Arsen hanya bisa mengatakan kata-kata penenang, ia tak bisa pulang karena pekerjaan nya.

Arsen menyadari perubahan sikap Abyan yang lebih baik, suaminya itu bahkan tak pernah meneriaki Rose lagi setelah apa yang ia katakan ditaman waktu itu.

Arsen memang bajingan, tak seharusnya ia mengatakan hal itu, namun ia juga tak ingin jika anak nya dalam bahaya, sebuah keinginan yang telah lama ia kubur kini kembali dan terwujud, memiliki anak bersama Rose adalah impian nya sejak dulu.

Bahkan dikantor nya tak ada yang berbau Abyan, biasanya jika orang yang sudah menikah akan memasang foto pernikahan mereka, namun tidak bagi Arsen, ia lebih memilih memasang foto calon ibu dari anak nya.

Arsen ingin egois kali ini, ia tak mau lagi dikekang dan dijadikan boneka oleh Ayahnya. Ia ingin memilih cinta nya sendiri, hidup bahagia bersama Rose adalah keinginan nya saat ini.

Tok

Tok

Tok

"Masuk." ucap Arsen saat sekertaris nya mengetuk pintu.

"Maaf Tuan, ada Tuan Alandra menunggu anda dibawah." lapor sekertaris.

"Iya." hanya itu yang bisa ia katakan, ia sedikit terkejut dengan kedatangan mertua nya.

Arsen berusaha setenang mungkin, saat ia melangkah menemui mertuanya.

"Siang Pa." sapa nya saat melihat Papa mertua nya tengah duduk di sofa, ia pun duduk dihadapan Alan.

"Siang." jawab Alan.

"Ada apa Papa datang repot-repot kemari?" tanya Arsen menahan gugup.

"Apa tidak boleh melihat kantor menantu ku." ucap Alan tenang.

Arsen semakin dibuat gugup dengan ucapan Alan, seperti mertuanya tahu akan kesalahan nya.

"Ku dengar putra ku menarik penyuntikan dana nya, kenapa?" tanya Alan. "Apa kalian ada masalah?" tanyanya lagi.

Arsen menggeleng. "Tidak, kami baik-baik saja." kilah Arsen berusaha menyembunyikan segalanya, ia takut Alan akan mengetahui kelakukan nya.

"Dengar baik-baik, aku percaya padamu, kamu adalah orang yang selama ini putra ku cintai, karena itulah aku mau menerima lamaran dari keluarga mu." ucap Alan.

"Jangan menyakitinya, dia putra ku satu-satu nya, kau tahu seorang Papa tidak akan membiarkan siapapun menyakiti putra nya." tutur Alan. "Jika kau berani menyakiti putraku, akan ku pastikan kau tidak bisa duduk di balik meja pemimpin mu itu." jelas Alan.

Dan aku tidak akan membiarkan kau menyakiti putra ku juga. Batin Arsen, pikiran nya melayang pada bayi dikandungan Rose.

"Aku akan kembali, aku hanya ingin mengatakan hal itu, dari kemarin istri ku khawatir pada Abyan, jadi aku mendatangi mu." ucap Alan. "Dan yah, feeling seorang ibu selalu benar, jadi aku takut kau menyakiti putra ku." lanjutnya.

Alan melangkah pergi, meninggalkan Arsen dengan kerterdiaman nya.

Arsen mengepalkan tangan nya, ia akan melindungi Rose sekuat yang ia bisa, seperti apa yang dikatakan Alan, tak ada seorang Ayah yang terima jika anak nya disakiti.

Arsen akan bekerja keras agar, Rose terus baik-baik saja.

Arsen benar-benar dibutakan dengan cinta, logika nya tak berpikir ia hanya memikirkan cinta nya, ia tak melihat sekeliling nya banyak yang tersakiti karena cinta nya.

Ia merasa bahwa hanya dirinyalah yang akan menjadi seorang Ayah, ia tak berpikir ada Putra seorang Ayah yang telah ia sakiti.

Ia terlalu takut, sampai ia merasa keluarga suami nya akan menyakiti putranya, padahal keluarga besar Alanzo belum mengetahu fakta tersebut.






LUKA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang