CHAPTER 13: Aries 12 Degrees

61 5 2
                                    

Sebuah pertunjukkan musik megah diantara sangkar-sangkar.

Aries sangat menikmati acara musik dadakan yang diadakan hari ini. Senyumannya semakin mengembang saat melihat warna satu-persatu sangkar yang meliliti tubuh calon Lucterius itu berubah menjadi gelap. Ditambah, tidak ada orang lain: para bintang lain, profesor, ataupun Lucterius yang mengganggu hiburannya hari ini.

Melihat Aries sangat senang dengan keadaan ini, siren-siren itu semakin semangat mengeluarkan suara merdu mereka sampai-sampai seluruh aula dipenuhi dengan asap-asap berwarna emas. Kebahagiaan tuannya adalah hal utama bagi mereka.

Aries ikut bersenandung sambil berjalan di bawah-bawah sangkar-sangkar yang keindahannya lama-kelamaan memudar. Sudah berjalan tiga jam, namun calon Lucterius masih berada di pelukan kenangan-kenangan gelap mereka. Ini tidak sesuai ekspektasi Aries. Namun karena tidak sesuai ekspektasi, ini adalah keadaan yang sangat menarik.

"Aku harus bangun! Aku harus bangun!"

Tatapan Aries langsung menuju ke salah satu sangkar yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Sangkar itu lambat-laun kembali ke warna aslinya, emas. Benang-benang emas itu kembali melonggar dari tubuh calon Lucterius itu. Calon Lucterius itu masih memejamkan matanya, namun mulutnya tak berhenti merapalkan kata-kata agar dirinya bisa bangun dari bunga tidur yang buruk.

Melihat Aries yang menajamkan matanya, siren-siren semakin mengeraskan suaranya. "Tidak, tidak. Jangan keraskan suara kalian. Biarkan dia bangun."

Aries mendekati calon Lucterius itu, matanya terfokus dengan benang emas yang menurunkan calon Lucterius dengan perlahan-lahan. Dia menunggu tanpa mengedipkan matanya sekalipun, tidak ada satupun helaian benang emas yang terlepas terlewat olehnya. Dia penasaran dengan apa yang calon Lucterius itu lakukan.

Ciel adalah calon Lucterius yang menjadi tontonan Aries itu. Sejauh apapun Ciel berlari dari keadaan yang membuat hatinya kesakitan itu, dia tetap kembali ke titik awal kenangan ini dimulai. Sesakit apapun Ciel berusaha memukul tubuhnya sendiri, dia masih tidak bisa bangun dari bunga tidur ini.

Sampai di titik dia menatap keadaan di depan matanya ini tanpa menangis seperti sebelum-sebelumnya. Seperti menonton film berkali-kali, semua kesedihan dalam jalan cerita sudah tidak menyentuh emosi dalam tubuhnya lagi. "Jika kalian sendiri tidak bisa mengendalikannya, jangan berharap untuk menang." Kata-kata Aries beberapa jam yang lalu—sebelum Ciel tertidur mengisi pikirannya saat ini.

"Dasar bodoh." Ciel tertawa remeh saat melihat dirinya di masa lalu.

Tiba-tiba cahaya emas mengelilingi dirinya. Dia seperti berada di tengah-tengah angin puting beliung. Cahaya emas itu semakin terang sampai-sampai membuatnya memejamkan matanya. Namun, tiba-tiba rasanya dia seperti dijatuhkan dari ketinggian setengah meter. Bokongnya menyentuh benda keras yang seketika membuat dia mengeluh kesakitan.

Saat membuka mata dia terkejut karena di depannya ada banyak benang-benang emas gelap yang meliliti tubuh calon Lucterius. "Apa ini? Aku rasa aku tidak punya masa lalu yang seperti ini."

"Oh, kamu sudah bangun rupanya." Mendengar suara Aries, Ciel lebih terkejut dari sebelumnya. Hampir saja dia jatuh tidak sadarkan diri yang kedua kalinya.

"Awalnya aku ingin mengucapkan 'selamat bangun', tapi karena caramu menghadapi masa lalu sangat menyedihkan aku jadi tidak sudi mengucapkan itu."

Ciel bingung harus menanggapi seperti apa. Dia masih terkejut karena dia satu-satunya yang baru terlepas dari lilitan film yang menampilkan masa lalunya. Matanya menyusuri seluruh aula, dia baru menyadari bahwa para makhluk menyeramkan itu masih bernyanyi.

"Apa aku akan tertidur lagi?" tanyanya sambil melihat salah satu siren yang masih bersemangat bernyanyi.

"Tergantung dirimu." Aries berjalan menuju altar dengan tangan yang dilipat di depan dadanya. "Kalau kamu masih tidak menerima masa lalumu, mungkin sebentar lagi kamu akan kembali tertidur. Aku harap kamu tidak tertidur lagi, karena akan ada hal spesial dariku dan aku yakin kamu tidak akan merasa mengantuk lagi." Aries sudah duduk di kursi yang berada di tengah-tengah altar itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MARALUCT: Into The UN-KnownTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang