Chapter Ten

372 49 12
                                    

Paris, France.

Ah. Pemandangan yang sangat indah. Aku bisa melihat menara Paris langsung dari balkon hotel ini. Ini bukan hotel biasa. Ini hotel mewah, Résidence Charles Floquet. Siapa yang ingin memberikan tiket ke Paris dan hotel mewah sebagai hadiah karnaval? Aku berani bertaruh orang itu sangat kaya.

Namun, disini tidak ada kegiatan tur nya. Jadi kami bisa berjalan-jalan bebas. Aku sangat senang. Akhirnya bisa pergi ke Paris dan melihat menara Eiffel.

Aku pernah ke Paris. Dan itu hanya sekali, karena aku ikut ibuku untuk memperkenalkan baju-baju design-annya.

Aku belum memberi tau kalian ya? Ibuku adalah seorang Designer terkenal. Sedangkan ayahku adalah seorang Professor.

Makanya aku pintar. Haha. Lupakan

Aku juga bisa berbahasa Perancis. Karena aku 'half france'. Ibu dari mum ku adalah orang Perancis, ia yang mengajariku berbahasa Perancis.

"Hei Ash. Kau mau berjalan-jalan?" Tanya Luke yang saat ini sedang berdiri disebelahku.

"tentu. Kenapa tidak?" Ini juga sudah sore. Jam 16.23. Pemandangan kota Paris pasti akan sangat indah jika dilihat di malam hari.

"Cepat bersiap. Pakai pakaian yang tebal. Diluar sangat dingin" ucap Luke. Aku mengangguk.

.

Sekarang sudah jam 18.55. Yup, matahari sudah mulai tenggelam. Aku dan Luke tadi sempat berjalan-jalan dulu sebelum ke menara Eiffel.

Dan sekarang, kamu sudah sampai di depan menara Eiffel. For god sake, ini sangat sangat tinggi.

"Tertarik untuk naik?" Ucap Luke sambil mengangkat sebelah alisnya.

"Cih. Tentu saja" ucapku.

"Kupikir kau takut ketinggian" ucap Luke merendahkanku. Ya. Kuakui. Aku memang takut ketinggian.

"It-itu kan dulu ! Sekarang nggak takut lagi tau" ucapku. Bohong.

"Ck. Ayo buktikan" tantang Luke. Aku mengangguk.

Aku dan Luke berjalan mendekati penjaga. Membeli tiket, lalu naik keatas menara Eiffel.

Tuhan ! Aku sangat bahagia. Bahagia sekali ! I mean, hey ! Bagaimana rasanya ketika 'goals of life' mu tercapai? Pasti kau sangat senang kan? Begitu juga aku. Tapi aku juga agak takut karena aku takut ketinggian.

Ya. Kami sudah sampai di puncak sekarang. Lihat. Betapa indahnya.

Langit senja Paris. Sangat indah. Lampu-lampu sudah mulai menyala.

"Ash" panggil Luke.

"Uh-huh?"

"Kau suka pemandangannya?" Tanyanya.

"sangat. Aku sangat menyukainya" ucapku tanpa berpaling dari pemandangan kota Paris.

Setelah itu kami saling diam. Hell. Aku tidak tau mau bicara apa. Awkward moment.

"Uhm. Ashley?" Ucap Luke mencairkan suasana.

"Ya?"

"Aku mau bicara sesuatu" oh god. Kenapa aku jadi deg-degan seperti ini.

"Uh-huh. Go ahead" ucapku. Luke terdiam sejenak. Lalu menarik nafas panjang.

"Aku-" ucapannya terpotong.

"WOOOOOO" teriak orang-orang. Aku dan Luke menoleh kebelakang. Ternyata ada orang yang sedang melamar kekasihnya.

Luke's POV

"Ash" panggilku.

"Uh-huh?" Ucapnya

"Kau suka pemandangannya?"

"sangat. Aku sangat menyukainya" ucap Ashley yang tetap fokus ke pemandangan.

Setelah itu kami saling diam.

Aku- aku sebenarnya sudah ingin mengatakan ini dari lama. Tapi- Ugh, aku sangat gengsi.

"Uhm. Ashley?" Ucapku membuka suara.

"Ya?"

"Aku mau bicara sesuatu" Tuhan. Aku tak yakin ingin mengatakan ini.

"Uh-huh. Go ahead" ucapnya.

Aku terdiam sejenak. Meyakinkan diriku kalau semuanya akan baik-baik saja.

Aku menarik nafas panjang.

"Aku-"

"WOOOOOO" teriak orang-orang.

Sialan. Ucapanku terpotong.

Aku dan Ashley menoleh kebelakang. Ternyata ada orang yang sedang melamar kekasihnya.

Ugh. Padahal tadi aku ingin meminta Ash jadi kekasihku.

"Soo.. Luke, kau tadi mau bilang apa?" Tanya Ashley.

"Umm. Tak jadi Ash" aku memutuskan untuk tidak jadi memintanya.

Padahalkan suasananya sedang romantis. Ugh.

**

Soooo maaf pendek. Ini karena ada orang yang maksa dengan cara mengancam. Seperti ini :
"LANJUTKAN THE FUTURE KALO MASIH MAU LIAT MATAHARI BESOK. *evil laughs*"

Dan sudah keburu ke janji hari ini bakal update ternyata disini stuck.

Maaf jika membosankan !

With love,

R. Hemmings aka Horan

The FutureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang