"Di dunia ini, semua tidak selalu terjadi seperti apa yang kau inginkan."
***
"Kau sudah berhasil mengalahkan tikus sialan itu?"
"Maaf–"
"Liora,"
"Sudah berapa kali aku harus menanyakan hal ini? Kau ingin mengecewakan diriku?" Sambung perempuan yang tengah duduk di kursi kebesarannya itu.
Suasana di dalam ruangan dengan pencahayaan minim dan kedap suara itu semakin terasa mencekam ketika suara datar nan dingin itu memasuki gendang telinga sosok gadis bernama Liora.
"Tidak, aku masih membutuhkan beberapa waktu, aku hanya tak ingin mereka tahu. Dan–kau tau itu" balas Liora tak berani menatap retina tajam dari sosok perempuan di depannya.
"Kau bahkan lebih mengetahui jika diriku sedang tidak ingin berbaik hati padamu, apa yang harus ku lakukan?" Ujar perempuan yang sekiranya masih berusia 21 tahun itu beranjak dari kursinya.
"Lihat, kau sangat cantik tapi juga sangat bodoh. Aku tak ingin melukai wajah sempurna itu. Pikirkan, apa yang harus ku lakukan pada mu?"
"Maaf–"
"Plak!"
"Hm? Kau membuatku lepas kendali. Jauhkan kata itu dari mulutmu, dan maafkan aku karena telah membuat wajah sempurna ini terluka." Ujar perempuan itu mengusap kecil pipi gadis di depannya dan lantas pergi meninggalkan ruangan yang begitu mencekam karena ulahnya sendiri.
Liora mulai mengusap darah yang mengalir dari ujung bibir menggunakan ibu jarinya.
"Shit." Gumam Liora ikut meninggalkan ruangan tersebut.
••••••••••
Kedua retina mata itu berhasil menerima cahaya yang tiba-tiba masuk ke dalam bola matanya. Ruangan yang dipenuhi oleh alat-alat medis serta orang-orang berbaju putih itu menjadi pemandangan utama baginya setelah sekian lama ia terbaring dalam kondisi tak sadarkan diri.
Gadis itu berusaha untuk mengingat segala hal yang mulai terlintas di dalam otaknya. Entah sudah berapa lama ia terbaring di atas brankar itu. Namun ia masih belum dapat menemukan titik terang atas kejadian yang menimpanya hingga ia dapat terlempar ke tempat seperti ini.
"Dokter! Pasien koma sudah sadar!" Seruan beberapa perawat di dalam ruangan itu mulai memasuki indera pendengarannya.
Koma? Sebenarnya sudah berapa lama ia terbaring di gedung putih itu?
"Akhirnya kau sudah sadar. Aku akan memeriksa mu terlebih dulu"
"Apa yang terjadi?" Tanya gadis itu walau sedikit tak begitu terdengar karena mulutnya yang tengah terhalang oleh masker oksigen.
Dokter perempuan itu sedikit menyunggingkan senyum padanya, "Kecelakaan itu berhasil membuatmu koma selama 5 tahun. Terima kasih karena kau telah bertahan untuk selama ini."
"Bagaimana dengan gadis itu?"
"Liora? Dia terbangun 2 tahun lebih cepat dari mu dan gadis itu selalu datang untuk mengunjungi mu setiap hari. Dia sudah dinyatakan sembuh 1 tahun yang lalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Vega Excercious
Teen FictionImajinasi hanyalah sebuah fiksi. Demikian juga seperti cerita sederhana sosok makhluk misterius ini. Raganya seakan seperti bongkahan es yang tak dapat di cairkan, hingga jiwa itu perlahan-lahan mulai mati begitu tak terelakkan. Balas dendam bukanla...