"Pencapaian adalah suatu kebanggaan, namun bagaimana jika kau bangga dengan pencapaian sebuah kegagalan? Lucu sekali."
***
Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari, namun ruangan dengan corak hitam elegan itu masih setia untuk memancarkan sinar lampu dari celah-celah pintu dan jendela di sana. Sosok perempuan itupun masih betah untuk duduk di kursi kebesarannya.
Berbagai berkas di atas meja pun satu persatu berhasil ia tumpuk hingga menggunung. Raut datar itu tak pernah memancarkan senyuman maupun ekspresi hingga lebih dari satu dekade berlalu.
"Tok tok tok!"
Suara ketukan pintu berhasil sedikit mengalihkan fokusnya. Namun, gadis itu sama sekali tak ingin menyahut. Sang pengetuk pintu pun sudah amat biasa dengan kelakuan gadis di dalam sana. Ia lantas membuka pintu kayu itu perlahan.
"Cleora, aku mendapatkan satu informasi penting" ujar sang gadis pengetuk pintu.
"Kau yakin?"
"Ya. Gadis itu sudah siuman"
Cleora lantas menaikkan salah satu alisnya tanda tak mengerti dengan ucapan sekretarisnya itu.
"Ah sebelum itu, lebih baik kau menyudahi pekerjaan mu. Informasi ini lebih penting dari pada lembaran berisi tinta hitam itu"
"Seza,"
"Baiklah, kau ini pura-pura lupa atau memang tak pernah peduli? Ferdiva, kau sudah melupakan sepupu mu itu? Kasian sekali" ujar Seza sembari menggelengkan kepalanya.
"Ella? Kapan?" Tanya Cleora.
"Kemarin," jawab Seza sembari merapikan beberapa berkas di atas meja.
"Kenapa tidak kemarin kau memberitahu ku?" Tanya Cleora menatap datar sekretarisnya itu.
"Kau seharian kemarin tak berada di sini"
"Ponsel mu rusak?"
"Tidak, kupikir ponsel mu yang rusak karena 15 panggilan ku tak pernah kau jawab" jawab Seza dengan lugu.
Cleora lantas menghela nafas kasar, "Cepat siapkan pesawat. Aku ingin berangkat besok pagi. Rencana akan ku alihkan ke Plan B"
"Tunggu, dia berkata jika akan kembali tiga hari lagi" ujar Seza membuat Cleora lantas menatap tajam dirinya.
••••••••
"Vincent, bagaimana dengan data anggota baru hari ini? Kau sudah mengeceknya?"
"Tidak, Vernon aku sedang sibuk." Balas laki-laki bernama Vincent yang tengah fokus dengan beberapa benda di tangannya itu.
"Apa yang kau lakukan? Aku menyuruhmu untuk mengecek data anggota baru, kenapa kau malah sibuk dengan boneka jelek itu?" Ujar Vernon begitu kesal dengan sifat salah satu anggotanya.
"Kau bilang apa? Boneka ini sangat spesial untuk Ella, kau berani mengatakan boneka ini Jelek, huh?" Ucap Vincent menatap kesal Vernon yang mengatai boneka di tangannya itu jelek.
Boneka itu adalah salah satu boneka terbaik dan termahal yang pernah ia beli. Bagaimana Vernon dapat dengan mudah mengatakan jika boneka itu jelek? Pria itu memang sangat tidak manusiawi, ah tidak bonekawi.
"Ella?" Tanya Vernon sedikit mengernyit heran.
"Ya. Ella akan kemari untuk tiga hari lagi. Padahal aku ingin menjenguknya terlebih dulu"
"Gadis itu sudah siuman?"
"Kau tidak tahu? Ella sudah siuman sedari kemarin. Kemana saja kau selama ini huh?" Ujar Vincent menatap Vernon dengan sengit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vega Excercious
Teen FictionImajinasi hanyalah sebuah fiksi. Demikian juga seperti cerita sederhana sosok makhluk misterius ini. Raganya seakan seperti bongkahan es yang tak dapat di cairkan, hingga jiwa itu perlahan-lahan mulai mati begitu tak terelakkan. Balas dendam bukanla...