4

559 52 0
                                    

Saat itu, Chuuya mengajakku bermain dengan mereka lagi. Aku menerima ajakan itu, karena aku teringat dengan perkataan anak itu.

"Ahh! Meskipun kau selalu terkekang hanya untuk menjaga perasaannya, belum tentu dia mengerti perasaanmu, Chuuya"

Kami bermain, namun aku harus berpura pura tertawa bersama mereka. Sejujurnya, ternyata aku juga bermuka dua.

Kami sudah selesai bermain, saat menjelang malam, Chuuya dijemput ayahnya. Jujur aku iri sekali.

"Ayah! Ini Dazai Osamu. Sahabatku" dia memperkenalkan diriku pada ayahnya. Ayahnya memiliki surai yang sama seperti dirinya.

"Halo Dazai" sepertinya dia pria yang baik dan ramah seperti Chuuya.

"Halo.." suasana saat ini canggung bagiku.

Hari itu hanya hari biasa. Aku dan ayah Chuuya tidak bicara selain menyapa dan sekedar berbasa basi. Namun kali ini berbeda.

"Di mana rumah mu"

Tolong.. jangan tanya itu. Aku melirik Chuuya berharap dia membantu ku, berharap dia mendapat telepatiku. Namun sepertinya gagal.

"Aku juga penasaran, Osamu, di mana rumahmu?"

Aku menghela nafas, "aku.. tinggal di tempat yang dekat dari sekolah ini"

"Pantas saja kau selalu menjadi orang pertama yang datang ke sini. Aku juga mau tinggal di sekitar sini, ayah" memangnya semudah itu pindah rumah?

"Baiklah Chuuya, lihat dulu nanti"

Sudahlah, memang tidak mungkin.

Akhirnya mereka kembali ke rumah, sedangkan aku terduduk diam di sekolah khusus anak anak yang gratis tanpa biaya. Menatap matahari terbenam di barat.

Cahaya langit mengingatkanku pada rambut Chuuya, aku selalu menikmati waktuku saat menatap langit.

Saat bulan bersinar, aku keluar dari sekolah, menggenggam erat tas selempangku, menahan takut yang tak berarti. Melintasi jalan dan berhenti di sebuah rumah terbengkalai.

Inilah rumah ku..

Kumuh, terbengkalai, bahkan entah kenapa, terdapat minyak di sekitar sana.

Dengan modal uang yang diberikan seperti pengemis, aku membeli roti yang mungkin cukup untukku.

Selalu seperti ini.

Karena itulah aku tidak mau berteman, aku tidak mau ada yang tahu kalau aku.. tidak memiliki siapapun dan apapun.

Semua barangku pun sebenarnya hanya pemberian sekolah. Dan hadiah pertamaku.. adalah buku itu.

Aku mengeluarkan buku itu, dan melihat isinya. Semuanya hasil coretan aneh yang kubuat bersama Chuuya. Saat aku menghabiskan rotiku, aku juga menghabiskan lembaran yang terakhir aku dan Chuuya gambar, sisanya masih kosong.

Sejujurnya, begini saja aku sudah senang. Dan lagi, saat besar nanti, aku akan menjadi orang sukses, giliranku menolong Chuuya akan datang.

Lalu tiba tiba seseorang yang lebih tua dariku mengambil buku ku. Aku menatapnya, dia bukan hanya lebih tua dariku, dia lebih besar dariku. Tentu saja secara fisik, mental, dan otak aku lebih kalah, toh aku anak anak sedangkan dia adalah anak remaja berandalan.

Aku sering melihatnya, dia suka merokok dan asap itu sangat bau. Semoga saja dia cepat mati!

Tapi, sepertinya aku akan disiksa lagi sebelum dia mati.

Find You || Soukoku ✣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang