8

511 49 0
                                    

"Hallo, Dazai Osamu"

"Kau! Paman.. Nakahara-san?" Atsushi menoleh ke suara gemetar itu. Ia baru pertama kalinya melihat Dazai yang ketakutan.

"Sudah kuduga masih ingat, sudah 14 tahun.."

"Tidak.., tunggu, kau.. dalang yang menyuruh orang membuntuti ku?!"

"Ya! Aku dalang dari semua itu, Dazai.."

Matanya masih membola, ia tidak bisa menghentikan keterkejutannya.

Sedangkan Atsushi tidak berbuat apa apa dan membiarkan mereka berbicara.

"Kenapa?"

"Kau akan mengganggu rencanaku, Dazai. Jadi kau harus mati" ucapnya menunjuk Dazai.

"Ummm, aku tidak mengerti, jadi aku permisi.." akhirnya Atsushi berbicara, dan keluar dari ruangan.

"Yah, silahkan"

Melihat kepergian Atsushi, Dazai melanjutkan pertanyaannya.

"Aku tidak peduli, di mana Chuuya?" Dazai menengok sekitar, mencoba percaya bahwa Chuuya masih hidup, meskipun.. hatinya sudah tidak bisa percaya lagi.

Ia melihat sekitar, mendatangi satu tempat dan menyadari ruangan ini seperti ruangan operasi, terdapat banyak pisau bedah, gunting, dan banyaknya benda pembedahan lainnya. Tidak lupa beberapa ranjang operasi dengan berbagai pelengkapannya yang terlihat sudah usang, sudah lama tidak digunakan.

"Eh? Bukankah salah satu bawahan ku yang ditangkap polisi itu sudah memberitahumu? Atau dia tidak mengatakan apa apa?"

Dazai menoleh bingung, beritanya cepat sekali sampai di telinganya.

"Maksudmu.. Chuuya.. sudah mati?"

"Benar!"

Sebuah pisau bedah terlempar ke arah pria tua bersurai jingga itu. Namun pisau dia menangkap pisau itu dan meletakkannya di atas meja.

"Terima kasih, tapi aku belum butuh ini"

"Ruang operasi ini, kau gunakan untuk Chuuya?"

"Ya!"

"Apa yang kau lakukan pada Chuuya?"

"Sayangnya, dia meninggal setelah operasi pertama"

"Itu bukan jawaban dari pertanyaanku, tuan Nakahara." Dazai kini.. terlihat tenang dan lagi lagi memiliki mata kosong, cahaya dari matanya sudah menghilang, menghilang sejak awal. Ia menoleh, menatap kosong sang ayah dari Chuuya.

Pria itu menatap Dazai intens, lelaki itu seperti sudah kehilangan arah.

Ia memejamkan matanya dan tersenyum.

"Itu jawaban terbaik yang bisa kuberikan"

.
.

"Sial! Akutagawa.. dimana kau?" Atsushi keluar dari ruangan itu, dan melihat ruangan lain.

Ia berniat memasuki ruangan sebelah kiri, ruangan yang berisik tadi. Namun sebelum membuka pintu itu, ia berpikir sejenak.

"Kenapa.. tidak ada prajurit lawan yang masuk?"

Namun Atsushi tidak terlalu memikirkannya, ia membuka pintu itu dan melihat Akutagawa sedang menendang pintu itu, tetapi karena pintu itu sudah dibuka Atsushi, Akutagawa justru menendang perut Atsushi dengan keras hingga ia terlempar jauh.

"Sialan! Kenapa kau baru buka sekarang?!" Akutagawa membentak Atsushi yang tengah mengaduh kesakitan.

"Kenapa kau menendangku?!" Atsushi membentak kembali ke Akutagawa. Keduanya sama sama tersinggung.

Find You || Soukoku ✣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang