1. Kelinci Penurut Telah Menjadi Kelinci Liar

5.7K 803 31
                                    

Sudah ada di karyakarsa sampai part 20, silahkan baca di karyakarsa buat yang mau baca lebih cepat.

***

Sebuah tamparan keras diterima oleh Maevea ketika dia kembali ke kediamannya. Orangtuanya telah menerima keluhan dari Liam tentang yang terjadi di perjamuan hari ini.

Maevea sudah siap menghadapi orangtuanya, dan dia tahu bahwa dia akan disambut dengan tamparan dari sang ayah.

"Berani sekali kau mempermalukan Liam di depan banyak orang, Eve!" Artur Collins, ayah Maevea menatap Maevea dengan tajam. Pria itu benar-benar marah saat ini. Dia telah berkali-kali mengatakan pada Maevea untuk tidak pernah membuat Liam marah.

Maevea menyentuh pipinya yang terasa seperti terbakar. Dia tidak akan mengatakan apapun untuk membela diri karena dia tahu semakin dia membela diri maka ayahnya akan semakin marah.

"Cepat pergi ke kediaman Gilloti dan meminta maaf pada Liam!" seru Artur dengan nada kasar.

Maevea menarik napas dalam lalu kemudian menghembuskannya. Dia sangat ingin menanyakan pada ayahnya apakah perusahaan jauh lebih penting darinya, tapi dia tidak berani menanyakan itu karena dia bisa menebak jawabannya. Perusahaan adalah yang terpenting bagi ayahnya, itulah kenapa ayahnya bisa mengorbankan dirinya untuk kelangsungan kerajaan bisnis ayahnya.

"Aku akan pergi meminta maaf, tapi tidak malam ini. Besok akan ada makan malam bersama dengan keluarga Gilloti, jadi aku akan meminta maaf pada Liam di makan malam itu." Maevea berkata dengan tenang, tidak memperlihatkan rasa sakit yang dia derita saat ini.

"Sebaiknya kau tidak membuat masalah lagi nanti!" Artur memperingati Maevea.

"Aku mengerti, Ayah."

"Pergi ke kamarmu sekarang juga dan renungkan kesalahanmu!"

"Ya, Ayah." Maevea kemudian melangkah pergi, meninggalkan ayahnya dan juga ibunya yang hanya diam saja melihatnya dimarahi.

Maevea benar-benar sudah terbiasa dengan sikap orangtuanya, dan dia hampir mati rasa karenanya. Sejak kecil dia selalu diatur oleh orangtuanya, harus menjadi wanita kalangan atas yang elegan dan sempurna.

Dia tidak pernah diajarkan untuk berbisnis, sebaliknya dia diarahkan untuk mempelajari tentang piano, biola, berkuda dan hal-hal lain yang dikuasai oleh wanita dari kalangan atas.

Maevea tidak pernah memberontak sama sekali, dia mengikuti semua kata-kata orangtuanya karena tidak ingin membuat marah orangtuanya.

Salah satu hal baik yang disyukuri oleh Maevea tentang orangtuanya adalah mereka tidak pernah melarang Maevea untuk menjadi seorang pelukis. Ketika Maevea mengambil jurusan seni di universitas terbaik di ibu kota, orangtuanya mendukungnya. Hal itu dikarenakan bukan karena orangtuanya melihat bakat melukisnya, tapi orangtuanya memiliki pandangan bahwa menjadi seorang seniman tidak akan menghasilkan apa pun.

Wanita ditakdirkan untuk menjadi ibu rumah tangga, dan itu ditanamkan dalam keluarga Collins secara turun temurun. Dengan profesi Maevea sebagai pelukis yang dianggap tidak menjanjikan maka itu akan mempermudah Maevea untuk menjadi ibu rumah tangga biasa.

Maevea masuk ke dalam kamarnya yang didominasi dengan warna putih. Di dinding terdapat beberapa lukisan yang dilukis sendiri oleh Maevea.

Lelah. Maevea melepaskan semua pakaiannya, pergi ke kamar mandi lalu membiarkan air membasahi tubuhnya. Dia ingin berteriak atas ketidakadilan yang dia rasakan saat ini, tapi dia menahannya, bahkan dia tidak mengeluarkan air mata sama sekali.

Selama dua tahun ini dia telah dipermalukan oleh Liam. Dia mendapatkan penghinaan dari orang-orang di sekitarnya, tapi malam ini dia yang disuruh oleh ayahnya untuk meminta maaf pada Liam. Bukankah Liam memang pantas mendapatkan sebuah tamparan dan sebuah tendangan?

Perfect PartnerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang