9 : Hari Kedua

72 7 3
                                    

Pagi hari tiba, Samatoki bangun dari tidurnya dan duduk melamun. Ini adalah hari kedua baginya, ralat maksudnya bagi Mad Trigger Crew berada di dunia ini. Ia sedikit mengira bahwa dirinya akan kembali ke Yokohama saat mereka terbangun tapi semua anggapan itu salah.

Yah, ini pagi yang tak biasa. Jujur aja Samatoki merindukan saat sarapan bersama Mamanya dan Nemu. Walau saat ini diliputi sedikit kecanggungan karena perubahan kepribadian Samatoki yang mendadak, Mama dan Nemu tetap bersikap seperti Biasanya. Begitu juga dengan Samatoki yang berusaha bersikap baik di hadapan keluarganya, kalo orang lain mah bodo amat Samatoki tak peduli.

Laki-laki berambut putih bernetra merah itu memanaskan motornya sebelum berangkat sekolah. Ia memutuskan untuk pergi ke sekolah dengan seragam yang tak dimasukkan ke dalam celana dan dasi yang terpasang tak rapi, sama kayak kemarin. Nemu udah berusaha mengingatkan abangnya buat berpakaian rapi karena takut dimarah Bu Ichijiku, tapi selalu ditolak di dengan alasan "nanti gue rapihin di sekolah" walau Nemu tak yakin abangnya akan merapikannya nanti.

Bagaimanapun juga Nemu mengusahakan dirinya untuk menerima perubahan mendadak dari abangnya ini. Tidak apa-apa selagi Samatoki tidak menimbulkan masalah, pikirnya buat menenangkan diri.

Jarak rumah mereka ke sekolah adalah dua kilometer jika melewati jalan pintas kompleks perumahan serta gang sempit di antara ruko-ruko dan bangunan tinggi lainnya. Untung aja Ichiro nunjukin jalan pulang kemarin, jadinya Samatoki lumayan hapal daerah sini. Sisanya ia serahkan pada Nemu yang akan nunjukin arah nanti.

"Di sini tempat nasi goreng langganan Abang," jelas Nemu basa-basi.

"Oh ya?" jawab Samatoki bingung karena dia belum pernah nyobain nasi goreng yang ditunjuk Nemu.

Nemu menghela napas dalam. "Abang emang udah berubah ya," gumamnya dalam hati saat mendapati jawaban dari abangnya yang beda dari biasa.

Dia kira abangnya akan menjawab "woiya jelas, nasi goreng Pak Romi emang terdabest!" atau jawaban antusias lainnya.

Lamunan Nemu buyar saat motor yang dikendarai abangnya oleng dan akibatnya lengan kiri Samatoki berdarah menggores tembok bangunan yang mepet dengan gang.

"WOY ANJ*NG LU NAEK MOTOR PUNYA OTAK KAGAK SIH?!" Samatoki berteriak marah sambil meringis memegangi lengan kirinya yang perih. "Gang sempit sok-sokan nyalip! Kalo adek gue jatuh mau lu tanggung jawab?! Goblok gak ada otak, asu!"

Nemu terkejut saat abangnya mengeluarkan kata-kata ajaib tapi bagaimanapun juga Samatoki membelanya walau lengannya sendiri sedang luka. Sedangkan dua orang yang menaiki satu motor yang nyalip tadi cuma ketawa ngakak sambil berlalu seolah membuat Samatoki terluka adalah sebuah kemenangan yang harus dibanggakan.

Eh tunggu! Samatoki mengingat wajah itu. Tidak salah lagi dua orang tadi adalah bawahan dari orang yang mengacaukan Yokohama malam itu dan merekalah yang secara tidak langsung membuat Mad Trigger Crew berada di situasi saat ini!

"Gue harus ngejar mereka!" Samatoki hendak memacu motornya tapi segera ditahan Nemu.

"Jangan, mereka berbahaya."

Samatoki langsung mengurungkan niatnya. Ia juga teringat dengan kata-kata Ichiro kemarin bahwa tidak semua hal harus diselesaikan dengan baku hantam. Saat ini ia harus tenang lagian ada Nemu si adik kesayangan bersamanya. Jangan sampai Nemu melihat pertikaian Samatoki, jangan sampai Nemu melihat salah satu dari sekian banyak sisi buruk darinya. Walau yah Samatoki gak sengaja ngomong kasar tadi.

"Mereka siapa?" tanya Samatoki demi mengumpulkan informasi yang bakal dikasih tau ke Jyuto dan Riou sesampainya di sekolah nanti.

"Mereka anak SMK sebelah dan sering ngajak tawuran sama anak SMA kita. Biasanya abang sering himbau anak SMA kita buat ga tawuran sama mereka," jelas Nemu yang membuat Samatoki ber-oh ria.

"Biasanya mereka ga pernah lewat sini. Tapi hari ini kok mereka lewat sini ya? Mana terang-terangan ganggu Abang lagi. Tau gitu kita lewat jalan raya aja kan kasian Abang lengannya sampe berdarah gini." Nemu yang sudah turun dari motornya mulai mengelap darah yang mengucur hingga pergelangan tangan abangnya dengan tisu yang ia bawa.

Samatoki membuang napas dalam dan tersenyum hangat karena Nemu mengkhawatirkannya. Tangan kanannya mengelus pucuk rambut adiknya dengan pelan. "Ga usah khawatir. Syukurlah lo gak jatuh dan keserempet tembok tadi. Kek gini bukan masalah bagi gue."

"Tapi lengannya pasti perih kan? Kalo gitu biar Nemu aja yang bawa motor."

Samatoki gemas dan menarik pipi adiknya. "Gue gapapa dek. Udah ah jangan bawel cepet naik, nanti gue sembuhin di UKS."

Nemu tidak bisa melawan selain mengiyakan kata-kata dari abangnya. Sisa perjalanan menuju sekolah mereka habiskan dalam diam tapi sesekali Nemu mengajak bicara saat Samatoki hampir salah belok.

Leader Mad Trigger Crew itu mengembuskan napas dalam dan nyengir penuh kebahagiaan. Yah, terluka segini bukan apa-apa baginya mengingat selama ini banyak hal menyakitkan yang telah berhasil ia lewati.

Akhirnya mereka berdua sampai di sekolah lima belas menit lebih awal dari bel masuk berbunyi.

"Nemu ikut Abang ke UKS ya biar Nemu yang ngobatin."

"Udah udah gapapa. Cepetan masuk kelas sana kan hari ini lo piket. Ntar telat lagi." Lagi-lagi Samatoki menolak tawaran dari adiknya mengingat kalo hari ini adalah jadwal piket kelas Nemu dan kelas Nemu yang letaknya jauh dari UKS.

"Abang gapapa ga ditemenin?"

"Iya gapapa."

"Beneran?"

"Iya dek beneran."

Nemu mengembuskan napas dalam, merasa bersalah atas luka yang dialami Samatoki. Tapi jika begitu maunya Samatoki, ia tidak bisa menolak.

"Oke, sampai ketemu nanti." Perempuan berambut pendek itu sempat melambaikan tangan kemudian berlalu meninggalkan abangnya yang sedang membuka hp di parkiran.

"Ya hati-hati," jawab Samatoki apa adanya sambil melambaikan tangan pelan walau ia tahu adiknya tak melihat lambaian tangannya.

Ia mulai melangkahkan kakinya menuju UKS sembari mengirimkan pesan ke grup Menggokil yang berisi anggota Mad Trigger Crew.

Ia mulai melangkahkan kakinya menuju UKS sembari mengirimkan pesan ke grup Menggokil yang berisi anggota Mad Trigger Crew

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Saat grup chat itu tidak ada balasan lagi, Samatoki langsung menyimpan hpnya dalam saku.

Tak berselang lama akhirnya ia sampai dalam UKS yang tak kosong seperti apa yang ia bayangkan. Terdapat satu orang berbaring berselimut di ranjang dan satu orang lagi yang membelakanginya sedang membuat teh hangat.

"Ada obat merah gak?" tanya Samatoki biasa aja tapi terdengar gak ramah kek preman yang minta jatah 'jaga'.

Laki-laki berambut hitam yang sedang membuat teh itu berbalik melihat Samatoki yang udah duduk di salah satu kursi dekat pintu.

Samatoki sedikit terkejut saat orang yang pernah ia kenal dulu ada di hadapannya. Walau mereka jarang bertemu, tapi Samatoki yakin bahwa orang ini adalah asisten sekaligus anak asuh Jakurai.

"Lu? Yotsutsuji Kannabi?!"

To be continued...

.
.
.

Selesai diketik : 16 Desember 2022
Dipublikasikan : 7 Juni 2023

Kenapa Kita Di Sini?!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang