Sabtu selepas maghrib akhirnya aku mengajak Galih untuk ke kosnya Mila. Suasana di sekitar kosnya sangat ramai, maklum Mila masih tinggal di kawasan kos mahasiswa. Sesampainya di alamat yang sudah dikirimnya kemarin, kami mencari urutan nomor rumah yang tepat berada di pinggir jalan raya.
Bangunan kos Mila terdiri dari dua lantai. Menurutku rumah ini termasuk luas. Jika dibangun kios atau ruko mungkin bisa menjadi empat tempat. Tapi di lantai satu ini hanya dibangun dua kios, paling ujung barat untuk fotocopy, sebelahnya laundry. Sedangkan sebelahnya lagi ada gerbang masuk rumah dan paling ujung timur pintu garasi mobil dan motor.
Kami masuk ke ruangan yang ditutup gerbang tinggi. Di dalamnya ada kursi tunggu dan pintu masuk kecil. Terlihat dari luar, di dalamnya ada bangunan rumah, mungkin itu rumah pemilik kos ini. Menurutku kos ini aman dan tertutup bagi mahasiswa putri, karena mereka keluar masuk harus melewati rumah ibu kos. Aku tidak tahu tangga menuju lantai dua karena tidak terlihat dari luar.
Ada bel yang terpasang di sebelah pintu masuk rumah. Aku pun menekannya. Setelah dua kali bunyi, terdengar suara keras khas mahasiswa kos yang setiap ada tamu seringnya begitu.
" Cari siapaa?" katanya sambil berteriak. Aku dan Galih sempat beradu pandang, ini suara berasal dari mana ? Ada suara kok tidak ada orangnya. Mungkin karena agak lama kami tidak menjawab, akhirnya muncul orang di balkon atas dimana kami berdiri. Orang itu melongokkan kepalanya ke bawah.
" Cari siapa ya ? " Kali ini suaranya tidak sekeras tadi.
" cari Kamilia" jawabku.
" Kamilia ?" tanyanya lagi sambil tetap melongokkan kepalanya ke bawah.
" Iya" jawabku. Aku lihat dia seperti bingung.
" Mbak Mila maksudnya?" tanyanya lagi.
" Oh iya, Mbak Mila" Aku jadi ingat kalau nama panggilannya Mila.
" Sebentar ya mas, aku panggilin. Masnya duduk dulu aja" katanya.
Aku dan Galih pun duduk, bahkan saat akan duduk aku dan Galih terkaget-kaget lagi karena mendengar suara- suara berisik dari atas.
" Mbak Milaaaa, dicariin cowok-cowok ganteeeeeng". Saat Aku mendongak keatas ternyata ada beberapa anak kos yang mengintip ke bawah sambil cekikikan. Aku dan Galih hanya geleng-geleng kepala. Dasar bocah, batinku.
Tapi setelah itu, aku mendongak lagi, karena terdengar suara yang ku kenal. " Siapa dek yang nyari ?"
Saat melihatku dan Galih, Mila langsung bilang " Ehm..maaf kak, tunggu bentar ya"
Sekitar sepuluh menitan aku menunggu, akhirnya Mila keluar.
" Ehm..maaf ya kak, nunggu lama"
" Nggak apa-apa, santai aja" aku mengamati Mila malam ini yang tampak cantik, walaupun hanya mengenakan kaos putih gambar mickey mouse dan celana jeans biru tua, sedangkan rambutnya dibiarkan tergerai sampai punggung. Aku belum terbiasa melihat tampilan santai Mila seperti ini, karena saat ketemu di bank beberapa waktu yang lalu, rambutnya digelung khas pegawai bank. Aku melirik Galih sekilas, yang juga terpana melihat penampilan Mila yang sebenarnya sangat sederhana ini bahkan tanpa riasan sama sekali. Melihat Galih yang terdiam, aku pun berdehem agak keras sampai Galih menoleh dengan cengiran khasnya.
" Maaf ganggu waktu akhir pekanmu" kataku.
" Nggak apa-apa kak" jawabnya.
" Ini ada titipan dari ibu, maaf baru bisa ke sini" kataku sambil menyerahkan bungkusan paket dari ibu.
"Eh, makasih kak, malah ngrepotin tante. Sampaikan terima kasih ke tante ya kak"
" InsyaAllah"
"Ehm " terdengar suara Galih di sebelahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali
Spiritual" Mil, ini undangan pernikahanku. Aku harap kamu bisa datang" Perkataan Dani masih terngiang terus di telingaku. Mila tidak mengira bahwa kedekatannya dengan Dani selama beberapa bulan ini hanya dianggapnya sebagai teman. "Apa aku salah bila berha...