Assalammu'alaikum
Maafkan aku yang lama menghilang dari peredaran ya
Entahlah, seperti kehabisan ide aja mau lanjutin nulisnya
Tapi, kemarin seperti mendapat ilham hehe, buka-buka cerita yang pernah aku tulis jadi kayak ada yang kurang gitu kalau belum nyelesaian. Pasti jadi penasaran kan?
Doain aku ya teman-teman, semoga istiqomah menulisnya...
Jangan lupa beri vote yang banyak ya biar tambah semangat nulisnya.
Selamat membaca part berikutnya.
Monggo.....
Part 13
"Bang, kamu masih sering ketemu Mila?" tanya ibu kepadaku. Yah, hari ini Dani pulang ke rumah ibu. Mengambil waktu di akhir pekan untuk mengunjungi ibu. Selain itu, ada beberapa hal penting yang ingin Dani sampaikan ke orangtuanya.
"Ehm... hanya beberapa kali saja Bu" Ibu tampak menganggukkan kepalanya tapi tersirat ketidakpuasan atas jawaban anaknya. Dani pun mengerti maksud ibunya.
"Abang dan Mila kan kerjanya juga di bidang yang berbeda Bu, tempat kerja kita memang tidak terlalu jauh tapi kos nya Mila lumayan jauh dari rumah abang. Lagian Mila juga kerja di bank, coba bayangkan saja Bu, mau ngapain coba abang ke sana terus" candaku. Nampak ibu tertawa dan menepuk pahaku.
" Kamu itu ada-ada saja. Ya nggak gitu juga konsepnya bang, kan bisa sekali kali main ke rumahnya. Jangan – jangan abang juga belum pernah ke sana ya?" ujar ibu dengan ekspresi menyelidik.
"Sudah bu, abang sudah pernah ke sana" Tampak ibu tersenyum.
"Ngapain bang ke sana?"
"Ngantar paketnya ibu kan?" tanya Dani balik.
"Paket ibunda ratu sudah saya sampaikan dengan selamat sampai tujuan."
"Cuma itu saja?"
"Maksudnya?
"Abang ke sana hanya nganter paket aja?"
"Lhah iya, masak ya paketnya harus abang paketin lagi bu"
"Nggak ngajak ngobrol atau main gitu?"
"Abang ke sana sama Galih Bu". Dani tidak menjawab pertanyaan ibu karena khawatir ibunya akan berharap lebih.
" Ya Allah Bang, masak nganter paket gitu aja ngajak teman?"
"Ya nanti bukan mahramnya Bu, gitu kan kata ibu?" Ibu tertawa mendengar jawaban Dani.
"Halah, gitu aja kamu dulu punya pacar sampai patah hati segitunya pas ditinggal. Siapa namanya bang?"
"Ehem" Dani terlihat salah tingkah.
"Oh iya bu, adik kemana?"
"Tadi pamit sama ibu, benerin motor ke bengkel sama ayahmu" Dani berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Oh iya kalau abang sudah tahu kosnya Mila, kapan-kapan ibu bisa nitip paket lagi ke Mila"
Ya Allah, ibu kenapa kembali ke topik ini lagi?
"Aduh Ibu, jangan sering-sering kirim paket dong. Nanti abang yang repot" candaku sambil tertawa.
"Kamu itu sama orangtua ya, harapan ibu kan kamu jadi bisa lebih kenal sama Mila. Kayaknya anaknya baik kan?. Kalau menurut abang, Mila itu bagaimana?"
Nah, ini dia yang Dani khawatirkan. Ibu pasti akan bertanya tentang hal ini kepadanya.
" ya... ya baik bu"
" Baik itu terlalu umum bang, spesifiknya bagaimana?"
"Ya Mila baik, karena jarang bertemu, jadi ya tidak bisa banyak menilai. Kenapa ibu tanya tentang Mila? Masih tentang pertemuan dengan mamanya Mila dulu?"
"Ibu tidak mau memaksakan apapun, terutama tentang jodoh. Umurmu sekarang kan sudah matang, pekerjaan juga sudah mapan, ganteng lagi. Ibu yakin, tidak hanya satu dua perempuan yang suka sama abang. Kemarin saja waktu ibu arisan RT, ada beberapa ibu yang tanya-tanya tentang abang. Habis itu terus cerita tentang anak-anak perempuan mereka. Apalagi kalau bukan mencari perhatian ibu coba?" kata ibu sambil tertawa.
"Jangan-jangan ibu yang geer saja"
" Ya nggak mungkin. Ibu tahu arah pembicaraan mereka kemana. Kamu tahu Lina anaknya Bu Fenti, trus Devi anaknya Bu Martha, ehm..siapa lagi ya kemarin. Oh iya, siapa itu temanmu waktu SD yang rumahnya depan lapangan?"
"Tiara?"
" Ah iya, anak-anak itu kan umurnya nggak terlalu jauh sama kamu bang. Apalagi kalau bukan dalam rangka mencari jodoh"
"Ibu .... Ibu, gitu ya kalau sudah ketemu, ghibahin abang!"
" Ya enggaklah, ibu kan juga bangga punya anak kayak abang. Jadi rebutan cewek-cewek" ujar ibu sambil tertawa.
" Astaghfirullah ibu!" kata Dani sambil memeluk ibunya dari samping.
" Memangnya ibu mau punya menantu tetangga dekat?" kataku sambil menggoda ibu.
"Jodoh itu kan di tangan Allah bang. Kalau jodohmu memang dekat ya nggak apa-apa. Tapi ibu sebenarnya punya keinginan sih, kalau diijinkan sama Allah"
Dani menolehkan kepalanya ke arah ibu setelah mendengar apa yang barusan disampaikan.
"Maksudnya bu? Ibu sudah ada calon untuk abang?" tanya dani khawatir.
"Semua kembali ke abang, ibu tidak mau memaksakan kehendak. Kalau abang sudah punya calon, ibu juga senang. Paling tidak abang menikah bukan karena paksaan"
Dani pun terdiam.
"Ibu sudah punya calon untuk abang?" tanya Dani lirih.
"Kalau calon sih belum bang, hanya namanya ingin, ya tidak harus diterima sama kamu. Tapi kalau abang sudah punya calon sendiri, ya tidak apa-apa"
"Memangnya siapa calon ibu untuk abang?"
"Kalau ibu sih, pinginnya Mila yang jadi calon mantu" kata ibu sambil tersenyum.
Entah kenapa Dani sudah tidak terlalu kaget. Sejak awal Dani sudah menduga pertemuan ibu dengan tante Santi, mamanya Mila ada maksud terselubung. Walaupun sikap ibu tidak terang-terangan saat itu. Apa tujuannya kalau dua orangtua yang berkedok sahabat lama bertemu, kemudian mereka saling mengaja anak-anak yang secara usia siap menikah?
Mungkin akan terkesan jahat, kalau Dani memutuskan untuk sedikit menjaga jarak saat berinteraksi dengan Mila. Pertama, sesuai dengan obrolan mereka yang pertama dulu, Mila belum masuk dalam kriterianya. Dani ingin punya pasangan hidup yang bisa menutup auratnya dengan baik. Walaupun orang lain akan mengatakan kalau itu bisa menjadi tugas suami setelah menikah, tapi menurut Dani tidak akan semudah membalik telapak tangan saat membimbing istri ke arah itu, dan ini terkait juga dengan kesiapan seseorang. Kedua, Dani khawatir jika keduanya terbawa perasaan sedangkan ke depannya belum memiliki tujuan yang jelas. Ketiga, ada perasaan terhadap seseorang yang masih membuatnya seperti menunggu ketidakpastian. Dani tidak ingin menyakiti hati siapapun, termasuk Mila. Maka sampai saat ini, Dani masih menganggap Kamila seperti adiknya sendiri.
" Bang?"
Perkataan Ibu membuat Dani menoleh kaget.
"Kenapa Bang, kok melamun? Maaf ya kalau perkataan ibu membuat abang kepikiran. Jangan dimasukkan ke hati ya. Namanya keinginan tidak harus dituruti"
"Kenapa Mila Bu?" Bukannya menanggapi, Dani justru bertanya ke ibunya.
"Sejak pertama bertemu dengan Mila, ibu tidak tahu kayak ada sesuatu yang membuat nyaman di hati. Sepertinya anaknya baik. Tapi ibu tahu Wanita seperti apa yang abang inginkan. Ibu tidak ingin memaksakan kehendak bang. Kalau abang sudah ada calon yang lain, InsyaAllah, ibu akan menerima asalkan itu membuat abang bahagia" Ibu tampak tersenyum.
"atau jangan-jangan abang sudah punya calon?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali
Spiritual" Mil, ini undangan pernikahanku. Aku harap kamu bisa datang" Perkataan Dani masih terngiang terus di telingaku. Mila tidak mengira bahwa kedekatannya dengan Dani selama beberapa bulan ini hanya dianggapnya sebagai teman. "Apa aku salah bila berha...