" Hai Bro, bengong aja" ucap Galih yang tiba-tiba sudah duduk di kursi depan mejaku.
" Salam dulu kenapa sih"
" Heii...Anda ! Aku sudah mengucapkan salam, situnya aja yang nggak denger !"
" Iyakah ?" tanyaku tidak sadar. Benar, aku tidak mendengarnya tadi. Apa aku terlalu larut dalam lamunanku.
" Kamu mikirin apa sih ?" tanya Galih yang hanya kujawab dengan gelengan kepala. Galih lalu duduk di kursi depan mejaku.
" Oiya, selamat ya Bro, akhirnya kamu naik jabatan ! Bapak Kasi yang muda dan tampan!" ucapnya sambil tepuk tangan.
" Kalau sudah di ruangan sendiri lebih nyaman kayaknya ya" sambungnya.
" Makanya ayo kamu semangat Gal. Ambil kuliah magister biar maju lah satu Langkah" kataku.
" Nggak dulu deh, besok-besok aja. Masih menikmati jadi staf dulu, waktunya juga masih bisa untuk bersantai!"
" Halah, sok -sok an, besok kalau sudah kepepet pasti lanjut juga" Galih hanya mengacungkan jempolnya sambil tertawa. Galih itu anaknya tidak bisa dipaksa, jadi kalau sudah kepepet pasti akan melakukan apa yang jadi tujuannya.
" Aku lihat-lihat setelah kedatangan Sarah tempo lalu, kamu jadi sering melamun" Kata Galih mengalihkan pembicaraan.
" Nggak juga lah" belaku.
" Nggak juga gimana, setiap diajak ngobrol sering nggak nyambung. Ingat ya, kamu barusan naik jabatan! Kamu naik bukannya tambah pinter malah bengong mulu kayaknya"
" Ngawur kamu "
" Sarah ngajak kamu balikan ?"
" Nggak tau !"
" Di pikir-pikir lagi lho Dan. Dia pergi tanpa pamit, dalam jangka waktu yang lama."
" Sarah kan belum tentu ngajak balikan" kataku.
" Bela aja terus !! Heran aku, segitu cintanya kamu sama dia !"
" Sarah kan hanya minta aku ketemu papinya"
" Yah trus untuk apa ? Kalau nggak ke arah sana "
" Sebenarnya ini kesempatan untukku Gal, dulu waktu wisuda aku memang belum dikenalkan ke keluarganya, karena aku tahu banget bagaimana keluarga Sarah. Sarah juga paham itu. Dia bersikap begitu karena tidak ingin ada kemungkinan terburuk yang mengimbas pada hubungan kami. Kadang malah aku jadi berpikir, apa mungkin ini bagian dari rencananya ya"
"Maksudnya ?"
" Ya, kayak Sarah itu memang melihat kapan waktu yang tepat untuk aku bisa ketemu orangtuanya. Ada kan orang-orang di sekitar kita yang lompatan berpikirnya jauh. Aku akui Sarah memang benar-benar cerdas. Yah, kayak mungkin seperti para politisi itu, baru saja pemilu 2019 berakhir, tapi tahun 2020 sudah berpikir untuk pemilu yang akan datang"
" Emang kalau udah bucin dibilangin apapun tetap nggak mempan! Beda kasus kali Dan, Sarah dan Politisi !" .
Aku tahu Galih tidak begitu respek dengan kedatangan Sarah kembali. Dia selalu saja berusaha mengajakku untuk tidak menerima Sarah kembali. Tapi kembali lagi ke hatiku, aku tidak bisa membohonginya, nama Sarah masih tertinggal di hati. Kisahku dengan Sarah tidak mudah untuk dilupakan. Aku selalu ingat bagaimana perjuanganku untuknya. Walaupun banyak orang yang menganggapku bodoh, karena aku yang sudah ditinggal pergi tetap saja mau menerimanya dengan baik. Termasuk ajakan Sarah untuk bertemu kedua orangtuanya. Sejak pertemuan kami dua minggu yang lalu, Sarah masih terus menghubungiku, menanyakan kesediaanku untuk bertemu keluarganya.
" Heh...bengong lagi !" Kata Galih sambil melempar penghapus ke arahku. Lemparan yang mengenai tanganku membuatku tersentak. Aku kedapatan melamun lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali
Spiritual" Mil, ini undangan pernikahanku. Aku harap kamu bisa datang" Perkataan Dani masih terngiang terus di telingaku. Mila tidak mengira bahwa kedekatannya dengan Dani selama beberapa bulan ini hanya dianggapnya sebagai teman. "Apa aku salah bila berha...