Meski Mati, Aku Butuh Percaya Diri

332 67 4
                                    

Naruto duduk di atas gedung rumah sakit. Di dalam rumah sakit itu ada Sai yang sedang bermain dengan para hantu anak kecil di bagian rawat inap anak-anak yang sakit dari berbagai tingkat keparahan.

Kepalanya mendongak ke atas langit cerah di siang hari. Awalnya ia kira hantu tidak bisa keluar di siang hari tapi ketika membuktikannya, ia tidak merasa terbakar atau musnah seketika ketika terkena sinar matahari. Dan teringat akan diskusinya dengan Kiba di malam pertama pergi dengan pemuda yang suka tertawa itu kalau hantu bukanlah vampir seperti yang difilm-film.

Naruto bertanya-tanya apa yang terjadi padanya dan yang lain. Kenapa mereka yang sudah mati tapi masih tertahan di dunia yang penuh kehidupan ini.

Mereka berteori bahwa mereka harus mengingat apa yang terjadi pada mereka sampai membuat mereka kehilangan nyawa mereka dan sesuatu yang membuat mereka tertahan di dunia.

Tapi Naruto tidak tahu bagaimana caranya untuk mengingat ketika hanya ada namanya di dalam kepalanya.

Bahkan Sai, hantu paling lama di antara mereka bertujuh, ia jadi tidak tahu harus memanggil Sasuke dengan sebutan apa, tidak tahu apa yang terjadi.

Sai saja tidak tahu, bagaimana dengan dirinya yang baru netas.

Tampilannya ketika melihat bayangan dirinya di dalam kaca kafe terlihat basah kuyup. Menebak-nebak apakah ia mati tenggelam?

Dan apakah jasadnya tenggelam begitu dalam sampai tidak bisa ditemukan dan itu yang membuatnya tertahan di dunia karena jasadnya belum diangkat ke permukaan?

Tiba-tiba tebakan itu memukulnya kuat.

Menjadi begitu kalut memikirkannya.

Tapi ketika menebak tebakannya yang itu, tidak ada secercah ingatan yang muncul dan berpendapat mungkin bukan itu alasannya mati. Lalu apa?

Naruto memejamkan mata dari memandang langit cerah itu ketika merasa putus asa hanya baru saja mencoba mengingat-ingat kenangan kosong di kepalanya.

Menunduk dan tak sengaja tatapannya menangkap siluet Choji yang lewat dari seberang rumah sakit besar ini.

Naruto yang sudah menguasai cara berteleportasi ke satu tempat ke tempat lain segera menghilang ke tempat Choji dan berhenti tepat di depan pemuda berisi itu.

“Naruto,” sapa Choji ketika jalannya tereksploitasi. Naruto mengangguk dengan senyum kecil sebagai balasan namun mengerut bingung ketika melihat raut wajah Choji yang murung.

Sejak pertengkaran yang terjadi antara Kiba dan Ino dan juga malam ketika gilirannya pergi bersama Ino, raut wajah Choji yang ramah dan tenang sering dilihatnya murung, sedih, dan terluka.

Meski beberapa kata tak pantas itu tidak tertuju pada pemuda ramah itu selain sedikit kata yang dilontarkan Ino ketika Choji mencoba melerai kemarin malam.

Tapi Choji terlihat begitu terluka dan patah.

Choji terlihat seperti kata-kata tajam itu adalah untuknya.

“Kau dari mana?” tanyanya. Choji menggeleng kecil, seperti menyadarkannya dari sesuatu. Naruto memerhatikan namun tidak berkomentar apa pun. “Aku dari tempat Sai.” jawab Choji dengan ramah.

“Kalian ada perlu?” tanya Naruto penasaran.

“Aku biasanya sesekali akan ikut Sai untuk bermain dengan anak-anak. Ikut menolong anak-anak kecil itu untuk tertawa.” jawab Choji dengan senyumnya.

Naruto mengangguk-angguk. Sai tidak mengatakan apa pun tentang Choji ketika mereka pergi.

“Malam ini giliran aku pergi denganmu!” Naruto mengingatkan, memberikan senyum antusias pada pemuda yang masih terlihat mendung itu.

STILL, ALWAYS [ SasuNaru & Friends ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang