Perkenalan

509 87 16
                                    

“Hai, hantu-hantu menjijikkan!” Kiba berseru, menyapa kumpulan kecil yang berisi empat orang—hantu—yang memunggunginya dan Naruto. Kumpulan tak biasa itu menoleh ke belakang ketika suara Kiba terdengar.

Naruto belum sempat menyiapkan dirinya ketika wajah-wajah seram itu terpampang di depan wajahnya.

Kumpulan kecil berisi empat hantu berupa tiga pemuda dan satu gadis, satu-satunya yang memiliki tampilan yang normal dari Kiba dan ketiga pemuda itu tapi bagi Naruto tetap seram karena gadis itu hampir sepenuhnya memelototinya saat ini, seutuhnya menghadap Naruto yang tegang dan Kiba yang antusias.

“Lihat, siapa ini!” Kiba menggaet tangan kanan Naruto, mengapitnya agar lebih dekat.

Naruto berdiri gugup ketika keempat pasang mata yang tidak biasa tertuju padanya.

“Hantu baru! Yeay!” Kiba mengabaikan reaksi teman-temannya yang bisu, bersorak senang sehingga membuat Naruto semakin gugup.

“Dia hantu bodoh yang tidak tahu bagaimana harus bereaksi ketika aku memberitahunya bahwa dia sudah mati.” Kiba menjelaskan kepada teman-teman hantunya, lalu menoleh ke arah Naruto, mendaratkan tangannya yang lain di bahu Naruto, lalu kembali menoleh pada kumpulan kecil itu.

“Jadi, beri hantu baru kita ini sedikit penjelasan dari pengalaman kalian!” Kiba berseru lagi. Mereka masih diam. “Ayo, ayo!” Kiba mulai kehilangan kesabarannya, memaksa.

“Hai.”

Pemuda bersurai hitam dengan manik yang hitam juga. Wajah dan seluruh kulitnya memiliki warna yang lebih pucat dari Kiba dan ketiga hantu lainnya yang sekilas dia perhatikan. Seketika Naruto mengingat percakapan sebelumnya dengan Kiba yang menyebut tentang hantu yang pucat, menebak-nebak bahwa pemuda itu adalah si hantu pucat.

Hantu yang diperkirakan Naruto meninggal di usia muda itu memakai kemeja merah tua yang kontras dengan warna kulitnya sehingga warna kulit itu seolah menyala di dalam bungkusan baju itu.

“Aku Sai.” manik biru Naruto naik lagi, berhenti tepat di kedua manik hitam pemuda yang bernama Sai.

Sai yang memutuskan kesunyian di antara perkenalan itu menyunggingkan senyum tipis di wajah pucat itu.

Matanya turun ke satu-satunya warna merah selain kemeja pemuda itu di area lehernya di sisi kanan yang mengganggu Naruto. Naruto melihat ada warna merah memanjang dari rambut yang terlihat basah di area merah yang memanjang itu sampai ke dalam kemeja pemuda itu. Dan yang Naruto sadari itu adalah darah.

Matanya lebih turun ke bawah di mana dada pemuda itu memiliki bentuk jejak lingkaran dekat dada kiri berwarna merah pekat di lingkaran itu. Naruto menebak bahwa itu adalah luka tusuk dari sebuah botol kaca.

Dan Naruto baru menyadari ada warna biru hampir ungu di sudut bibir pucat bagian kiri, seperti lebam yang parah.

Naruto mengira-ngira bagaimana Sai mati ketika ingat apa yang dikatakan Kiba beberapa menit lalu bahwa Kiba pun tidak tahu bagaimana dia mati.

Naruto menyadari bahwa sikapnya sangat tidak sopan memerhatikan penampilan seseorang secara terang-terangan tanpa izin.

“Dia si Pucat yang kusebutkan sebelumnya.” Kiba berbisik di telinganya. Naruto mangut-mangut samar, tebakannya terjawab secara tidak langsung.

“Namamu?” pandangan mata Naruto turun lagi, melihat sebuah tangan kiri terulur ke arahnya. Tangan Sai. Melihat tangan kiri yang terulur yang di mana biasanya adalah tangan kanan sebagai salam perkenalan tetapi Naruto tidak mempermasalahkan itu dan berpikir bahwa Sai dulu adalah seseorang yang kidal atau sering melakukan hal-hal dengan tangan kiri.

STILL, ALWAYS [ SasuNaru & Friends ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang