Ino; "Putri Ayah"

309 56 6
                                    

[ You're Gonna Live Forever In Me | John Mayer ]

(!)  Tolong tetap aman!

Meskipun penjelasan kejadian secara tersirat atau/dan sengaja tidak ditulis mendetail, scene di antara pembatas (Still, Always; Ino) kedua dan ketiga masih akan membuat kamu tidak nyaman.

(!) 5000+kata

••• Still, Always; Ino •••

"Ino, aku tahu ini sangat sulit, tapi bagaimanapun, kau akan menghadapi ini." Choji menunduk sedikit ke arah Ino yang menunduk, menangis, tidak berani sekadar menyentuh kulit mulus gadis itu, tidak ada di antara mereka yang berani menyentuh sebagai sentuhan teman sejak mereka tahu apa yang dilalui gadis itu dari kenangan yang dibagikan.

Choji pun menjaga jarak aman dari gadis itu meski duduk di sebelahnya namun tetap tidak membuat gadis itu merasa berbeda, hanya ingin memberikan gadis itu tempat bahwa meskipun mereka teman, meski telah mati juga, mereka tetap menjaganya dan menghormatinya.

Sejak semalam ketika Choji yang pergi pertama kali dengan legowo menuntaskan apa yang membuatnya, mereka, tertahan di dunia, sampai di malam berikutnya, malam ini, Ino tidak bisa menghentikan tangisnya yang bercampur kesedihan mengetahui kisah teman-teman hantunya selama ini dan kisahnya sendiri.

"Untuk kebaikan dirimu sendiri dan selain dirimu." nada lembut Choji mengalun lagi, menguatkan kepercayaan diri Ino yang terus mengatakan bahwa gadis itu tidak bisa menghadapi apa yang membuatnya tertahan di dunia.

"Kau tidak ingin membuatnya lebih lama merasa bersalah, bukan?" lanjut Choji, lirih. Tatapan matanya kini mengawang pada Shikamaru.

Ino tersentak. Mendongak. Dan mereka semua bisa melihat betapa merah wajah Ino yang sebelumnya pucat dengan pipi yang basah.

Ino menoleh pada Choji, menggeleng lemah. "Aku tidak ingin Ayah semakin menderita." lirihnya. "Tapi aku tidak bisa melakukan ini." Ino mengerang lagi, sedih.

Choji tersenyum lembut. "Ayahmu tidak akan lebih menderita dari ini jika kau percaya pada dirimu sendiri bahwa kau mampu menghadapi ini."

"Tidak apa-apa menangis, Ino." Ino menoleh pada teman pirangnya, di antara kesedihannya itu tetap mengukir senyum secerah mentari, hangat dan menenangkan. "Tapi kau tidak bisa menghabiskan waktu dengan seluruh air mata."

"Kita adalah orang-orang yang keren dan hebat, terbukti kita dipilih dengan takdir ini berarti takdir percaya bahwa kita mampu menghadapinya." Ino menatap senyum tipis Naruto yang kini mengangguk untuk lebih meyakinkannya.

Ino menunduk, meremat roknya di atas paha. Satu tetes air mata meluncur dan diusapnya. Ino mengangguk pelan. Mendongak lagi, menatap pasang mata teman-teman seperjuangannya.

"Aku siap." katanya, yakin. Senyum Naruto dan Choji lebih lebar kali ini. Kiba tersenyum kecil, pemuda itu jadi lebih banyak diam setelah kejadian Sasuke dan Naruto melihat induk anjing yang tertabrak dan setelah mereka berbagi kenangan. Sedangkan yang lain mengangguk pelan.

Mereka muncul di sebuah kamar yang terlihat girly. Kamar Ino.

Ino berdiri di depan ranjangnya. Sasuke dan Naruto yang selalu jadi berdua sejak menghabiskan malam bersama Sasuke terlebih ketika membagikan kenangan, berdiri di sisi ranjang. Choji ada di sisi kanan Ino, berniat siaga untuk gadis itu jika membutuhkan penompang karena tahu bagaimana menghadapi apa yang membuatnya tertahan di dunia. Kiba berdiri tak jauh di sisi Ino, tatapannya kosong. Neji dan Sai berdiri di tiap sisi pintu kamar tidur Ino.

Manik mata Ino meneliti kamarnya yang kini sudah memiliki memori yang jelas di kepalanya. Tiap momen yang diabadikan di dalam bingkai foto terputar secara apik di dalam kepalanya seperti sebuah film dokumenter.

STILL, ALWAYS [ SasuNaru & Friends ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang