Meski Mati, Aku Tetap Cantik

338 63 1
                                    

Malam ini adalah giliran Naruto pergi bersama Ino.

Seperti malam lalu, mereka berkumpul di taman sepi itu. Hanya ada Naruto, Ino yang tentu saja, Kiba, Sai, Choji, dan Neji. Sasuke tidak ada di mana pun.

“Aku tidak mau kau begitu banyak tanya ketika pergi bersamaku!” sebelum memulai rutinitas, Ino memberikan Naruto wejangan peraturan selama pergi bersamanya. “Kau hanya harus diam dan bicara ketika aku mengatakan kau boleh mengatakan apa pun.”

Hoam.” tiba-tiba suara menguap yang terdengar keras menginterupsi kata-kata Ino yang hendak disampaikan. Naruto dan Ino menoleh ke asal suara dan menemukan si pelaku adalah Kiba di samping mereka.

“Kau mengantuk, Kiba?”

Wajah Ino yang kesal seketika tertawa puas. Sai yang duduk di tanah berumput bersama Choji di dekat pohon besar terkekeh kering, mendongak, memerhatikan ketiga teman hantunya yang berdiri di depannya. Choji tersenyum lucu. Dan Neji mendengus di tempatnya berdiri bersandar di batang besar pohon itu.

“Bukankah katamu hantu tidak bisa tidur yang berarti kita tidak bisa mengantuk?” Kiba menahan dengusan kesal mendengar pertanyaan polos Naruto.

“Cukup Naruto, aku sedang tidak suka mendengar suaramu.” Kiba mengangkat tangan kanannya di depan wajah Naruto yang mengerut bingung tak mengerti.

Lalu Kiba beralih pada Ino yang menyeringai menyebalkan. “Kau banyak bicara, Ino. Cepat pergi sana!” usirnya.

“Terserahku ingin banyak bicara atau tidak!” Ino melotot pada Kiba yang juga dibalas sama oleh pemuda itu. “Dan terserahku mau pergi kapan!”

“Tapi kau begitu berisik Ino.” gadis itu mendengus kesal mendengar suara ramah Sai namun arti kata-katanya mengandung racun. “Bisakah kau tidak usah ikut campur, Pucat?”

“Kau juga pucat, Nona Narsis!” Kiba menimpali. Ino menoleh cepat pada Kiba lagi. “Dan penampilanmu mengerikan!” Kiba bergidik ngeri, seolah sedang berhadapan dengan sesuatu yang seram.

Ino membuka mulut untuk membalas namun ada seorang hantu pria yang muncul di sisinya dan Kiba, di sisi lain mereka ada Naruto.

“Kalian lihat anakku?”

Otomatis Naruto dan yang lainnya memusatkan perhatian mereka pada hantu pria yang terlihat kebingungan dan sedih. Penampilannya menyeramkan bagi Naruto. Tubuhnya hampir diliputi luka bakar yang kulitnya mengelupas di sana-sini. Naruto pikir pria itu mati karena suatu kejadian menyangkut api.

Wajah hantu pria itu menghitam dan hampir tak berbentuk.

Ih!” Ino memekik jijik. Melangkahkan dirinya ke belakang, mengerut, memeluk dirinya sendiri sembari bergidik ketika melihat tampilan hantu pria yang kebingungan dan sedih.

“Kau sangat menjijikkan!” Ino menunjuk hantu pria itu yang menatap gadis itu dengan tatapan bingung yang terluka.

“Menjauh dariku! Kau jorok sekali!” Ino menggeram jijik. Menatap dari bawah sampai atas hantu pria itu.

Choji yang duduk di sebelah Sai yang duduk di depan pohon besar, berdiri. Berjalan buru-buru menghampiri hantu pria dan Ino. “Ino, tolong jangan begitu kasar,”

“Selain menjijikkan, kau juga tuli, hah?! Kau tidak dengar apa yang kukatakan?!” Ino tidak mendengarkan kata-kata Choji.

“Ino, cukup,” Choji mencoba menghentikan Ino.

“Pergi menjauh dariku!”

“Kata-katamu keterlaluan, Ino.” Neji memperingati.

“Kenapa memangnya kalau aku keterlaluan?” Ino menoleh pada pemuda dingin itu. Beralih lagi pada hantu pria yang menunduk sendu.

STILL, ALWAYS [ SasuNaru & Friends ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang