Meski Mati, Aku Masih Kesakitan

340 63 3
                                    

Naruto masih dikuasai teror akan kejadian tadi. Ia tidak pernah melihat kejadian itu dan mungkin di masa hidupnya, sampai tidak menyadari bahwa Choji telah menggandeng tangannya dan membawa mereka ke taman tempat mereka berkumpul.

Naruto dituntun oleh Choji untuk duduk di bangku taman dan Choji duduk di sebelahnya.

"Naruto, kau baik-baik saja?"

Suara Choji mengalun pelan di telinga Naruto yang masih dalam keadaan syok.

"Dia sudah mati, mana mungkin baik-baik saja." Kiba menyahut dari tempatnya duduk di tanah, dekat kaki bangku taman yang Naruto dan Choji duduki di sebelah Naruto, duduk dengan kedua kaki terlipat dan tangan yang menyatu di depan kakinya.

Choji tidak menanggapinya, fokusnya adalah Naruto. Pemuda itu kelihatan diteror trauma besar.

"Naruto,"

"Berlebihan."

Sasuke muncul di belakang Naruto, menyela Choji yang hendak bicara pada Naruto.

"Ini bukan hal sepele, Sasuke." Sai angkat suara, tidak setuju pada pendapat Sasuke tentang yang terjadi dengan wanita tadi dan hilangnya Ino yang ditebaknya bahwa mungkin Sasuke tahu apa yang terjadi. Pemuda itu duduk di dekat pohon lebat taman itu.

"Yang mati tidak perlu mencampuri urusan yang hidup." Sasuke memotong cepat dengan nada dinginnya. Kedua manik hitam saling beradu. "Dan sebaliknya."

Naruto tiba-tiba berdiri, mengagetkan Choji yang hendak bicara lagi padanya. Berbalik. Menghadap Sasuke yang dibatasi bangku taman. Wajah Naruto yang dipenuhi teror kini diwarnai kemarahan. "Mana mungkin kita membiarkan dia melakukan itu pada seseorang!" serunya marah.

"Dia hampir menghancurkan hidup seseorang!" Naruto berteriak. Menunjuk wajah berdarah Sasuke. "Kau tidak punya perasaan!"

Sai, Choji, bahkan Kiba yang berisik, terdiam melihat Naruto meledak-ledak di hadapan Sasuke.

Sasuke menilik manik biru Naruto yang menatapnya tajam.

"Bagaimana aku bisa memiliki perasaan pada orang lain ketika aku saja tidak tahu apa yang terjadi pada diriku sendiri."

Choji dan Kiba mengalihkan tatapan mereka tepat setelah Sasuke mengatakannya namun Sai masih memerhatikan keduanya.

Wajah mengeruh Naruto yang marah perlahan pudar, tergantikan raut sulit. Tersadar akan kenyataan. Mereka pun tidak tahu apa yang terjadi pada diri mereka sendiri. Lalu bagaimana mereka bisa memiliki perasaan pada orang lain?

Jari telunjuk Naruto yang menunjuk wajah Sasuke turun di sisi tubuhnya.

"Tapi tolong jangan anggap sepele." nada marah yang menggebu-gebu Naruto kini berujar lirih. Perjuangan wanita itu dan bagaimana ekspresi wajah Ino terulang lagi di ingatannya.

"Hn." Sasuke bergumam tak peduli.

Naruto memilih berbalik, mengabaikan Sasuke di belakangnya. Pandangan matanya menyapu area taman terbengkalai itu.

"Di mana Ino?" tanyanya masih memerhatikan sekitar. Tidak menemukan Ino di sana seperti biasa gadis itu akan berkumpul bersama mereka. "Ino belum kembali?" tanyanya entah pada siapa.

"Biarkan saja gadis itu,"

"Tidak bisa Kiba!" Naruto menunduk pada pemuda yang duduk di tanah di sampingnya itu. Kiba memasang wajah sebal ditegur Naruto.

"Meskipun kita mati, kita tidak boleh berhenti peduli!" seru Naruto.

"Ino teman kita juga! Kita harus peduli padanya, terlebih tentang kejadian tadi," Naruto terhenti, bingung harus menjelaskan apa dengan kata-kata dari gambaran wajah Ino ketika menyaksikan kejadian itu.

STILL, ALWAYS [ SasuNaru & Friends ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang