Silverwood Hall, beberapa jam sebelum eksekusi Duke Naruto.❄
❄
❄
Batinnya disergap rasa iba kala melihat sang majikan terduduk di kursi ruang kerjanya dengan tubuh lemas dan wajah seputih kertas.
Apakah nyawanya masih di raga?
Kenapa ia begitu terpuruk mendengar kabar itu?Mereka bahkan bukan saudara kandung, hanya dua orang yang tanpa sengaja terikat tali persaudaraan semenjak usia dini.
Dia memang tidak tahu pasti di usia berapa tepatnya. Namun, semenjak remaja dia bekerja di tempat ini, mereka berdua; majikan dan sahabatnya itu selalu tampak akur, menempel dan tidak pernah berlaku semena-mena terhadapnya. Pun terhadap pelayan yang lain.
Masih dalam kebisuan sambil coba menyelami perasaan sang majikan, seorang pria lainnya yang berambut merah darah bertato nyentrik datang tanpa permisi.
Wajahnya tak jauh beda dengan majikan, pias dan tergambar gurat kekhawatiran.
Dalam kegelisahan yang terpancar, ia masih bisa bersikap sopan dengan membungkuk sejenak memberi salam pada majikannya."Maafkan saya, Sir, tapi saya berharap banyak jika kita bisa bekerja sama untuk menyelamatkan Duke Naruto. Dan hanya Andalah satu-satunya harapan kami saat ini," semua orang pasti bisa mendengar dengan jelas bahwa ada nada getir yang terselip dalam sebaris kalimat itu.
Netranya seakan kehilangan binar kala melihat Gaara menundukkan wajahnya, menyembunyikan segala emosi yang berkecamuk.
Apa memang betul ada yang bisa ia lakukan?
Kabar terakhir datang dari salah seorang pelayannya, Haku, mengatakan jika Lady Hinata dan Duke Naruto telah tertangkap oleh Lord Fugaku dan para Polisi bonekanya.
Nahasnya lagi, sang ayah bahkan tidak segan akan mengeksekusi sang sahabat malam ini juga di alun-alun kota, dengan orang-orang yang sudah diundang sebelumnya oleh beliau.Tidakkah ayahnya itu Sinting?
Jika bukan sebab hubungan darah, Itachi ogah memanggil tua bangka itu dengan sebutan ayah.
❄
Tidak ada suara yang terdengar kecuali helaan napas dari sang Viscount, mengusap wajahnya kasar sembari berusaha menenangkan hati dan pikirannya sejenak.
"Apa yang harus kulakukan, Gaara? Pria tua itu terlalu terobsesi dengan nama baik keluarganya hingga tidak punya nurani terhadap apapun yang ia pikir sebagai pengganggu, bahkan jika itu anaknya sendiri," Itachi sangat paham, seberapa keras ia berusaha memohon pengampunan untuk Naruto, pria tua itu tak akan sudi menggubrisnya.
Kalimat itu semakin membuat Gaara menunduk kian terpuruk. Ia sudah berjanji pada dirinya sendiri, pada Sir Iruka untuk selalu menjaga dan melindungi Duke Naruto, tetapi sepertinya hal itu bagai janji semu yang tidak serta-merta dapat dipenuhinya.
"Hanya Anda satu-satunya orang yang bisa membawa saya menemui Duke Naruto untuk terakhir kalinya. Saya mohon, bawa saya ke tempat eksekusi itu akan dilangsungkan. Saya akan menggantikan posisi Duke Naruto dari hukumannya."
"Kau--apa maksudmu? Ini bukan hal yang patut dibercandakan!"
"Saya tidak sedang bercanda, Sir. Saya akan melakukan apapun demi orang yang berharga bagi saya!"
Itachi tersentak begitu pula seorang pelayan laki-laki yang sejak tadi mencuri dengar pembicaraan empat mata mereka.
Pelayan itu tak habis pikir. Mengapa si rambut merah sampai rela hendak menggantikannya digantung? Mengapa pula sang majikan kini memasang ekspresi tak terbaca setelah mendengar hal itu? Memangnya seberapa berharga nilai suatu hubungan pertemanan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Epic Ending ✔️ [REVISI] || NaruHina
Fanfiction[ Sedang dalam tahap REVISI ] Hinata tidak bisa mendeskripsikan hal aneh apa yang terkadang ia alami beberapa hari ini Itu hanya mimpi 'kan? Tapi mengapa terasa nyata? Dan kenapa pula ia harus repot-repot ikut terlibat dalam skandal percintaan orang...