Chapter 2, done, [✓]
Aku yang lebih dulu mengenalmu, tapi takdir justru mengikat benang merah diantara kalian.
Sepeninggal mereka dari gedung Perpustakaan baru di Bressenden Place. Baik Itachi maupun Hinata tidak saling berbicara satu sama lain.
Keduanya duduk berseberangan di dalam kereta kuda yang melaju membelah senja, melewati jembatan Vauxhall.
Sepanjang perjalanan mereka hanya larut dalam pikiran masing-masing.Itachi hanya memejamkan mata berharap lekas sampai di Silverwood Hall untuk segera beristirahat.
Lain halnya dengan Hinata. Wanita itu masih diselimuti oleh kedukaan yang tercipta akibat ulah suaminya.
Kendati demikian, saat telah tiba mereka bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa.Pasangan muda tersebut berpisah di ujung Koridor.
Itachi memilih beristirahat pada sayap kiri kediaman mereka. Begitu pula dengan Hinata. Dia memilih berbelok ke arah sebaliknya. Mengistirahatkan dirinya yang lelah secara fisik dan mental.Wajah ayu itu terbenam sepenuhnya pada sebuah bantal guna meredam isak tangis yang tiada surut. Seluruh hati yang ia beri utuh, tak jua pernah dianggap.
Rasanya hampa dan menyakitkan. Seperti melangkah tapi tak berjejak. Bagai malam tapi tak nampak hitam.Cintanya berawal dari mata ke hati, namun kemudian berubah dari hati menjadi air mata.
Eunoia dalam pernikahan impian, harus kandas kala nayanika dibutakan hingga tak mampu melihat realita yang sebenarnya.
...
Sepanjang malam dihabiskan Hinata dengan menangis terguncang seorang diri. Meluapkan sejuta kesedihan dan kekecewaan yang membengkak.
Melihat lukisan Itachi dia menangis. Teringat kejadian siang tadi dia menangis. Mau makan, menangis. Haus pun menangis.Selama ini, dia menikah dengan apa sebenarnya? Seorang manusia atau bawang merah?
Mengapa terus bersimbah air mata?Segala cerita harus punya awal dan akhir.
Begitu pula dengan kesedihan sang nyonya muda. Pada akhirnya, harus berakhir sampai di sini.
Hinata bukan Nirmala penghuni nirwana. Bukan pula Iblis yang menjerumuskan pada kubangan lumpur dosa. Sosoknya hanya manusia biasa yang punya batas kesabaran.Seorang Hyuuga sepertinya tidak akan sudi turun kelas dan mati harga karena terus bersedih untuk lelaki tidak setia macam Itachi.
Ini sudah kesekian kali Itachi menorehkan luka dalam pada hatinya. Persetan dengan tanggapan mertua ataupun kabar buruk yang akan merebak nanti. Perceraian adalah pilihannya. Berniat membebaskan hati untuk sepenuhnya bahagia.
Sebab Hinata yakin, kehidupan selalu menawarkan kesempatan kedua yang disebut esok hari. Pengkhianatan Itachi padanya adalah penyelamat untuk mendapatkan cinta yang baru.
Ini sudah masuk seminggu terhitung dari hari pertama Hinata meminta cerai dari suaminya.
Namun laki-laki itu masih bersikukuh atas jawabannya tempo hari. Tentu saja Hinata tidak mudah menyerah.
Dibalik sikap penyabar dan lemah lembutnya, tersimpan kekeras kepalaan khas Hyuuga yang mengalir pada darahnya.Jawaban Itachi membuatnya muak sekaligus jengkel. Dari jawaban itu pula dia mengetahui jika Itachi tak lebih dari seorang anak manja dan pengecut.
"Kau pikir aku akan melepaskan segala warisan kekayaan, hanya demi bercerai denganmu? Jangan mimpi, Hinata. Jika kita bercerai, tak ada satupun yang akan mendapat keuntungan. Aku akan kehilangan hak waris, sementara kau... tidak akan bisa pulang kembali ke Jepang." Itachi menyeringai. "Ayahku sangat menentang perceraian, kalau kau lupa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Epic Ending ✔️ [REVISI] || NaruHina
Fanfiction[ Sedang dalam tahap REVISI ] Hinata tidak bisa mendeskripsikan hal aneh apa yang terkadang ia alami beberapa hari ini Itu hanya mimpi 'kan? Tapi mengapa terasa nyata? Dan kenapa pula ia harus repot-repot ikut terlibat dalam skandal percintaan orang...