-The Savior-.
"Terkadang, sesuatu yang sudah berlalu tidak bisa sepenuhnya kau ubah. Seberapa besarpun usahamu untuk itu. Kecuali, ada campur tangan dari takdir itu sendiri."
..
.
.
Ada beberapa hal yang gadis itu bisa mengerti tanpa harus membuatnya kebingungan.
Pertama.
Saat vertigo itu menyerang, itulah tanda awal jika dia akan berpindah dimensi ke masa lalu.
Kedua.
Dia tidak bisa memprediksi kapan tepatnya vertigo itu akan menyerang lalu membawanya ke dimensi lain. Begitu pula saat kembali, ia tidak bisa berspekulasi di mana dan sedang bersama siapa akan di tempatkan. Disitulah Hinata merasa tercurangi.
Bisa bahaya bagi dirinya jika ia tiba-tiba terseret ke masa lalu dihadapan banyak orang, lantas kembali ditengah lautan manusia yang memandang kehadirannya secara tiba-tiba seperti mahluk astral.
Maka dari itu, pagi ini Hinata berusaha memahami alur seperti apa yang bisa membawanya ke masa lalu.
Hal terakhir yang dia ingat adalah; pemikirannya yang kuat mengenai sang Lady, membuatnya bisa langsung didera vertigo ... yang mana artinya gadis itu akan menuju dimensi lain.
Maka, di sinilah ia, duduk sendirian pada tepi ranjangnya pagi buta.Seragam sekolah sudah melekat rapi, begitu juga ransel di dekat kakinya.
Dirasa persiapan sudah selesai, ia pun mulai berkonsentrasi.Aku hanya harus yakin menginginkan pertemuan dengan sang Lady.
Detik demi detik terlewat tanpa kejadian berarti.
Saat gadis itu hampir menyerah, justru saat itulah raganya berubah transparan. Dia--berhasil....
Kepalanya masih sedikit terasa berdenyut akibat perpindahan yang mendadak.
Aroma bunga segar memenuhi paru-parunya.
Dengan yakin netra itu terbuka menampilkan kilatan yang begitu puas.
Dia berhasil kembali ke masa lalu, menemui Lady Hinata.Wanita itu masih belum menyadari keberadaannya. Hingga kepala itu menoleh kaget mendapati kehadiran Hinata yang tanpa pemberitahuan.
"Hello, Lady Hinata."
Sialnya, belum lama menyapa rasa sakit kembali mendera kepala Hinata dengan begitu dahsyat. Mengharuskan ia menjambak rambut sendiri guna meredam efek yang ditimbulkan.
"Aargh! kurasa ini yang paling singkat. Aku hanya bisa mengucapkan selamat tinggal sekarang. Selamat tinggal." Dan raga gadis itupun mengabur lamat-lamat hingga berubah menjadi transparan lalu menghilang tanpa jejak tepat dihadapan sang Lady.
.
.
.
Bruk!
Suasana kelas yang hening menimbulkan keheranan pada sang gadis jelita.
Shizune-sensei membagikan sendiri lembaran soal pada masing-masing anak yang kini menegang akibat tes dadakan.Karin yang duduk di samping kanan Hinata memperbaiki letak kacamatanya dengan jari telunjuk.
Matanya memicing sepersekian detik pada keberadaan Hinata.
"Kapan kau datang? Rasanya aku baru melihatmu," bisiknya agar tidak kedengaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Epic Ending ✔️ [REVISI] || NaruHina
Fanfiction[ Sedang dalam tahap REVISI ] Hinata tidak bisa mendeskripsikan hal aneh apa yang terkadang ia alami beberapa hari ini Itu hanya mimpi 'kan? Tapi mengapa terasa nyata? Dan kenapa pula ia harus repot-repot ikut terlibat dalam skandal percintaan orang...