Begitu menyebutkan nama, orang lain akan mengejekku Ale-ale. Aku sudah terbiasa dan menduga sebelumnya. Lagipula hidup memang penuh ejekkan dari mulut-mulut kurang kerjaan. Kenapa juga harus repot aku pikirkan.
Membuang topik tentang nama, aku baru saja selesai dari acara doa bersama untuk kepergian temanku. Mayat yang kemarin ditemukan dan sempat kusaksikan di berita.
Semua warga sekolah turut berduka cita dihari yang gelap. Walau waktu menunjukan pagi, mega ikut berkabung, abu dan mendung. Tidak ada rintik hujan setetes pun, hanya langit yang menutup matanya untuk tak mengizinkan matahari bersinar sepenuhnya.
Aku memang tak mengenal Almarhum. Karena sedari dulu aku tidak suka banyak mengenal orang lain. Namun, ini adalah kasus yang menyayat hati. Dimana katanya Almarhum meninggal bunuh diri akibat depresi.
Aku tak tahu seberat apa masalahnya sampai ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Satu hal yang kusadari, hidup memang sulit. Namun, takdir lebih menyakitkan.
Teman-temannya serta guru menangis haru disertai rasa kehilangan yang dalam. Aku hanya bisa merenung, menahan hati untuk tak terlarut lebih dalam. Setidaknya dari ratusan tangisan ini harus ada yang bisa tenang.
Selesai doa bersama, semua murid masuk ke dalam kelas guna melanjutkan pelajaran. Bahkan saat kamu mati pun, dunia tetap berjalan.
Baru saja bokong teposku duduk di kursi, 2 detik yang lalu. Seseorang tiba-tiba berbuat kerusuhan sambil berteriak seperti setan. Aku tak mengenalnya, hanya saja bet ditangannya menunjukkan dia kelas 12C.
"Mana si Arda? Liat dia gak?" ucap si cepak berkumis tipis. Wajahnya sangar, urat-urat didahinya menonjol dan merah. Sedikit saja ada yang menyenggolnya, mungkin dia akan mati dipukul tongkat bisbol.
Seisi kelas berbisik-bisik. Aku sendiri tak tahu kemana anak itu pergi, tapi sepertinya siswa lain ada yang tahu. Hanya saja, tak mau buka suara karena tak ingin berurusan.
"Dimana?! Malah diem! Gue pukul lo satu-satu!" dia mengacungkan tongkat bisbolnya.
Tiba-tiba, dibelakang Arda menepuk pundak si cepak. Entah sejak kapan dia ada disana, yang aku sadari hanya tumben dia datang sendiri. Kemana perisainya? Maksudnya sahabatnya.
"Nyari gue? Kenapa?" Arda masuk ke kelas dengan santai. Dalam hati, aku tahu dia gemetar. Maka dari itu tangannya dimasukan ke saku.
"Zeya. Lo ada hubungannya sama dia kan?!" kerah Arda langsung ditarik.
"Bro, pacar lo baru aja meninggal. Lo permasalahin ini disaat hari berkabung?"
"Gak usah sok lu, gue tahu lo ada hubungannya sama dia. Gue juga pernah mergok kalian berdua. Ngaku! Lo apain Zeya hah? Lo apain?!" perbedaan besar tubuh diantara mereka begitu kentara. Arda memang kurus, tapi lengannya cukup berotot. Sedangkan lawannya mau tubuh atau tangan, semuanya berotot. Pasti anak gym.
Arda berusaha melepaskan cekalan. "Please, lo bisa mukul gue. Tapi lain kali. Ini hari pacar lo pergi selamanya, jangan buat kerusuhan."
Si Cepak menatap nyalang. Pundaknya bergetar. Lalu melepaskan cekalannya dengan kasar. Membuat tubuh Arda sedikit terhuyung. Ia menyeka air matanya yang hendak keluar. Tak mau terlihat lemah, Cepak segera pergi disusul antek-anteknya.
Arda menunduk lemas. Berjalan ke bangkunya, disebelahku. Tanpa memperdulikan kerahnya yang acak-acakan dan kusut, ia menangkupkan wajahnya dan tertidur dimeja dengan perasaan kacau.
Ya, aku rasa ... dia memang sedang kacau.
°°°
Guru pelajaran pertama masuk, dia adalah guru Kimia. Pak Reikim. Biasa dipanggil Pak Rei.
Guru satu ini memang jarang absen meski dunia kena angin topan sekalipun. Karena dalam keadaan apapun, dia akan hadir walau seharusnya jamkos. Guru ini paling muda diantara lain, wajahnya juga cukup tampan sehingga banyak siswi yang sering menggodanya. Namun, sikap dingin yang ia miliki terkadang membuat para siswi kesal dibuat.
Jujur saja, emang iya. Sikap dingin itu lama-lama menyebalkan tahu! Bukan keren.
"Silakan berdoa, setelahnya kita lanjut ke bab 3. Halaman 63."
Kami mengucap doa dalam hati. Ada yang sungguh-sungguh, ada yang diam saja dan ada pula yang entah merapalkan apa. Doaku tetap sama disaat sedang belajar. Agar aku kuat menerima semua ilmu dan diberikan kelancaran.
Selesai berdoa, semua orang membuka bukunya masing-masing dan mempelajari materi sebentar sebelum Pak Rei memulai quiz sebelum materi. Itu kebiasaannya. Quiz sebelum dan sesudah materi.
"Bangku paling belakang kenapa kosong? Kemana dia?" Pak Rei bertanya pada ketua kelas yang duduk di depan.
"Tadi ke toilet katanya Pak," jawabnya sopan.
Pak Rei mengangguk kecil. Lalu, dia duduk di mejanya sambil membuka lembaran buku. Sesekali membenarkan letak kacamata yang ia pakai.
Keadaan kelas sunyi. Biasanya, kami akan membaca materi dengan waktu 10-15 menit sebelum Pak Reikim membuat quiz.
Tiba-tiba ada sesuatu yang menganggu. Seperti suara sepatu yang hentakannya cepat. Beradu dengan lantai keramik. Menyiratkan sesuatu yang gawat dan panik. Semakin lama semakin terdengar keras seiring dengan suara teriakan histeris.
Keila, siswi yang tadi ke toilet memasuki kelas dengan wajah yang pucat dan penuh peluh di dahi dan leher. Saking lemasnya, ia tak mampu berdiri setelah berada dilawang pintu.
"Apa-apaan kamu ini?!" Pak Rei beranjak dari duduknya dan hendak menghampiri Keila yang memasang raut ketakutan.
Dia merangkak meraih kaki Pak Rei. Mendapatkan muridnya yang berlaku seperti itu, Pak Rei melepaskannya dan berjongkok. Karena ia tak mau muridnya terlihat seperti bersimpuh padanya.
"Ada apa hah? Bilang sama saya!" Pak Rei memegang pundak Keila.
"P-pak, di toilet ..." tangannya menunjuk ke arah barat. Dimana arah toilet lantai 3 berada diujung sana.
"Toilet? Kenapa di toilet?" Pak Rei semakin mencengkram pundak Keila. Terlihat dari uratnya yang menegang. Mungkin, dia greget padanya dan merasa penasaran.
"D-darah Pak, banyak darah di toilet!" teriaknya histeris.
"Ha...?
°°°
Mencoba hal baru! Entah kenapa jadi pengen bikin cerita misteri.
Thank you ya sudah mampir dan baca cerita ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
RUDE
Mistero / ThrillerKala itu, teman sekolahku meninggal. Bunuh diri akibat depresi. Tak mau memberi celah, masalah kembali datang di detik kemudian. Membuat murid bertanya-tanya apa yang terjadi saat ini? Reputasi sekolah memang penting, maka dari itu kebusukan akan d...