26

16.5K 1.2K 37
                                    

"Kau lama sekali." Rose berhambur memeluk Arsen saat kekasih nya itu datang.

"Maaf, tadi aku naik taxi." ucap Arsen, ia mengelus kepala Rose.

Rose mendongak lalu menggeleng. "Aku sangat merindukan mu." rengek nya.

"Lepas dulu sayang, aku ingin duduk." ucap Arsen, ia melepas tangan Rose yang mengerat.

Rose merengut namun ia menuruti Arsen, ia melepas pelukan nya.

Keduanya duduk di sofa, Arsen mengedarkan pandangan nya.

"Apa kau nyaman tinggal disini?" tanya nya.

"Tak senyaman di rumah suami mu, disini jika pegal tak ada yang memijat." keluh Rose.

Arsen terkekeh, Rose terlihat sangat menggemaskan.

"Biar aku yang pijat." Arsen menarik tangan Rose dengan lembut.

"Apa dia mulai baik padamu?" tanya Rose.

"Ya, tak seburuk saat kita tinggal satu atap." sahut Arsen, sembil memijat tangan Rose.

"Abyan sulit diperdaya, jadi kita harus hati-hati, apalagi ia banyak mata-mata, seperti nya aku tak bisa sering-sering datang." tutur Arsen.

"Nanti baby rindu, usia baby sudah hampir empat bulan." Rose merengut saat mengucapkan nya.

"Maaf aku tak bisa ikut mengantar mu untuk pemeriksaan baby." ucap Arsen penuh penyesalan.

Rose hanya mengangguk, lagipula ia tahu Arsen bukan nya tak mau tapi keadaan yang memaksa nya.

"Selonjorkan kaki nya, biar ku pijat." titah Arsen, yang di turuti oleh Rose.

Arsen jika sudah mencintai seseorang memang sebaik itu, bahkan ia tak melihat sisi buruk dari Rose, ia hanya melihat Rose adalah perempuan terbaik.

Ia bahkan sampai melupakan Abyan, dan juga mengabaikan ponsel nya yang terus bergetar.

"Kau akan menginap?" tanya Rose, seakan melupakan ucapan Arsen yang tadi.

"Abyan tak boleh di remehkan, jika aku menginap semuanya akan terbongkar." sahut Arsen.

"Aku sangat ingin mencakar nya, sungguh kenapa dia harus bertahan." ucap Rose.

"Sudahlah, yang terpenting aku disini." ucap Arsen.

___________

Abyan melempar ponsel nya pada bantalan sofa, ia benar-benar kesal, karena Arsen belum juga pulang.

Abyan menjadi kesal sendiri, ia terus menghubungi Arsen, namun terus-menerus diabaikan.

"Bedebah ini, dia meminta ku percaya sedangkan kelakuan nya selalu membuat ku ingin sekali memaki nya." gerutu Abyan.

"Hey, Vio!" panggil nya pada maid yang tengah berdiri beberapa meter dari Abyan.

"Ya, Tuan apa anda membutuhkan sesuatu?" tanya Vio menghampiri Abyan.

"Bisa kau bawakan melon dingin, dan juga tolong potong-potong kecil." titah Abyan. "Dan aku ingin teh, katakan pada Lalisa, aku ingin teh buatan nya." lanjutnya.

"Baik Tuan, apa ada lagi?" tanya Vio.

"Tidak, itu saja." ucap Abyan.

Vio segera melaksanakan titah dari Abyan.

Abyan kembali melirik ponsel nya, masih tak ada tanda-tanda Arsen menghubungi nya kembali.

Abyan mengambil nya, lalu ia menghubungi nomer ponsel Rose.

LUKA [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang