Who is He?

6 0 0
                                    

"Kai!" Sahabatku, Bunga, memanggil ku.

Aku yang berdiri di depan kelas menoleh dan melihat perempuan manis berambut ikal itu tersenyum sambil melambaikan tangannya pada ku, membuatku ikut tersenyum manis membalas lambaiannya. Dia berlari mendekatiku.

"Woi, semangat banget? Minum dulu, minum," Kata ku pada Bunga yang terengah-engah, menumpukan kedua tangan pada lututnya.

"Ngga, gue gapapa kok," Bunga mengisyaratkan bahwa dirinya baik-baik saja. Aku hanya mengedikkan bahu, baguslah kalau memang baik-baik saja.

Ini hari pertama kami masuk sekolah setelah ujian akhir kenaikan kelas. Seluruh pelajar SMP kelas 7 hingga 8 masuk pukul 12.30 siang, sedangkan senior kami, anak kelas 9, masuk pukul 07.00 pagi. Sebentar lagi pertukaran jam, aku dan Bunga menunggu anak-anak Sekolah Dasar itu keluar untuk berganti kelas dengan pelajar Menengah Pertama.

"Lo duduk sama gue yaa, Kai."

"Iyaa, lo kan udah bilang di bbm tadi." Dasar Bunga, padahal dia sendiri yang mengajak ku menjadi teman sebangku, via Blackberry Massanger.

Sistem sekolah ini cukup menyebalkan. Setiap kenaikan kelas mereka selalu membuat daftar absensi baru, membuat aku dan teman-temanku yang lain berada di kelas yang berbeda. Bunga merupakan teman sekelasku sejak kelas 7. Sebagai seorang introvert dan tidak mudah berbaur dengan orang lain, terlebih dengan orang-orang baru, aku merasa beruntung karena berada di kelas yang sama dengan Bunga. Sesi adaptasi selalu membuat tangan ku selalu keringat dingin.

Suasana di sekolah saat ini sangat ramai karena sudah waktunya pergantian kelas. Sambil menunggu, aku dan Bunga berbincang dengan teman-teman ku yang lain. Kami semua bercanda dan tertawa, bernostalgia bersama, mengingat-ngingat kejadian lucu dua minggu lalu sebelum kami liburan semester. Tak hanya itu, kami juga bertukar cerita pengalaman berlibur kami. Aku? Hanya diam dan menyimak karena memang liburan ku kalah dengan martabak. Tidak spesial.

Setelah anak-anak sd itu keluar kelas, seperti biasa ritual hari pertama masuk sekolah, kami berebut masuk dan berebut tempat duduk karena tempat itu akan kami huni selama satu tahun kedepan.  Aku dan Bunga berhasil menempati tempat yang tidak terlalu depan juga tidak terlalu belakang. Aku menyukai tempat itu, dan aku merasa sangat beruntung akan membuat banyak kenangan indah di kursi itu.

"Eh eh, itu Mos udah selesai apa belom?" Tanya ku yang sejak tadi penasaran.

"Ga tau deh. Harusnya mah belum."

"Gue penasaran sama muka-muka anak kelas tujuh," Karena ini merupakan kali pertama ku menjadi seorang senior, aku sangat bersemangat menyambut mereka. Aku penasaran dengan wajah-wajah baru, karena jujur aku bosan melihat wajah teman-temanku ini. "Siapa tau nyantol satu anak barunya kan lumayan yang manis-manis gitu. Hahah," Gurau ku. Pembelajaran buat aku dan kalian, kenapa kita harus berhati-hati dalam berbicara. Takut-takut kalau malaikat lewat dan langsung mengaminkan ucapan kita.

Kami keluar kelas dan berdiri di balkon, melihat ke bawah. Disana sudah berbaris dengan rapih anak-anak baru yang siap mengikuti Mos atau Masa Orientasi Sekolah. Semua junior itu memakai atribut yang sangat biasa saja dan kurang nyeleneh, jadi menurutku kurang seru. Padahal aku menantikan atribut aneh mereka. Sepertinya pihak sekolah tidak menginginkan hal-hal tidak penting seperti itu. Namun, ada satu yang aku suka, mereka semua tidak membawa tas sekolah biasa, melainkan mengganti tasnya dengan barang lain seperti tas kardus, tas kantong kresek, dan lainnya, bahkan aku melihat ada yang membawa kotak amal, hahah, ada-ada saja. Aku dan Bunga tertawa melihat mereka yang membawa barang aneh-aneh sebagai pengganti tas.

Tak lama melihat-lihat, ekor mataku menangkap sesuatu. Salah satu senior angkatanku menarik paksa seorang laki-laki untuk bergabung dengan barisan. Anak laki-laki itu berambut hitam kecoklatan, tubuhnya cukup tinggi, dan tidak tampak seperti peserta Mos lainnya yang membawa tas aneh. Aku bertanya-tanya siapa anak laki-laki itu. Jika dia seangkatan dengan ku, kenapa aku tidak pernah melihatnya?

Are We in Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang