Aku dan kawan-kawanku mulai semakin dekat dan semakin akrab satu sama lain. Kami berbagi semua pengalaman yang kami ingat. Membuka aib dan cerita masing-masing. Semua orang berebut untuk menceritakan kisahnya. Tak hanya berbagi cerita, kami juga berbagi makanan juga minuman.
"Ehh besok ke rumah siapa nih abis komputer?"
Informasi tambahan; mata pelajaran komputer di sekolah ku terpisah dari jam pelajaran biasa, jadi besok aku harus datang ke sekolah lebih awal. Pelajaran komputer dimulai pukul sepuluh dan selesai pukul sebelas siang. Kami masih punya waktu kurang lebih satu jam sebelum masuk sekolah di jam setengah satu. Demi mengisi waktu luang, terkadang kami mampir ke rumah Citra untuk mengisi perut, juga menyelesaikan tugas sekolah jika ada.
"Elsa aja el. Kita belum pernah ke rumah lu."
"Heh. Lo mau mak gw nyanyi Indonesia Raya?!" Semua orang tertawa.
"Hahahah, iyaa tau mak Elsa suka nyanyi Indonesia Raya lu jangan salah."
Maksudnya, mama Elsa sering mengomelinya. Omelannya panjang kali lebar, suaranya juga menggelegar, persis penyanyi Indonesia Raya saat tujuh belasan di istana negara. Cocok untuk ikut paduan suara tingkat internasional.
"Yaudah rumah Citra lagi lach. Boleh ga, Cit?"
"Boleh aja gua mah santai."
Pada awalnya mama Citra seperti enggan menerima kami menumpang sebentar di rumahnya. Namun, lama kelamaan beliau pasrah karena kami sangat sering mampir ke rumah, berhubung rumah Citra sangat dekat dengan sekolah ku dan SMA Bang Jaehyun.
Aku tentu tidak bisa meminta Bang Jamal untuk mengantar ku pulang karena pasti masih ada kegiatan belajar mengajar.
Karena masuk lebih awal dari jadwal biasanya, Bunda selalu membawakan ku bekal di hari itu. Awalnya hanya aku yang membawa bekal, namun lama kelamaan teman-teman yang lain kecuali Citra ikut membawa bekal. Tentu Citra hanya mengambil makanan yang ada di meja makannya, atau menggoreng sosis, nugget, atau merebus mie instan untuk makan siangnya.
Kami selalu makan siang bersama. Kami tak lupa berbagi lauk. Ketika Bunda memasak sayur, beliau akan membawakan jatah lebih untuk dimakan bersama-sama. Karena Bunda tahu bahwa teman-temanku membawa bekal sesederhana sosis goreng, nugget goreng, rolade goreng, dan lainnya.
***
Besoknya kami batal singgah ke rumah Citra.
Kami memutuskann untuk pergi jalan-jalan mengelilingi perumahan baru jadi menggunakan sepeda motor. Jaraknya cukup jauh dari sekolah ku. Perumahan itu baru dibuka beberapa bulan lalu itulah kenapa jalanannya masih sangat halus.
Di perumahan tersebut terdapat Mall besar yang juga baru buka. Kami tidak memasuki Mall karena harus menunjukkan Surat Tanda Kendaraan, sedangkan kami semua tidak ada yang membawanya.
"Weh, ke situ aja ayok. Ntar kita foto bareng-bareng." Miranti meneriaki kita sambil melajukan motornya. Aku tidak membawa motor, jadi Bunga memboncengku dengan motor gigi miliknya.
"Yaudah ayo, lu tau kan jalannya?"
"Iyaa."
"Ehh, ikut Miranti yak!" Aku hanya menuruti kemana mereka pergi.
Kami sampai di sebuah tanah merah luas yang masih kosong, dan tak sedikit bebatuan dari kecil hingga besar tergeletak di sana. Jauh di seberang tempat kami parkir terdapat beberapa alat berat untuk mengeruk tanah. Sepertinya tanah ini akan dibuat perumahan lain atau mungkin tempat makan.
"Disitu bagus kayaknya." Aku berteriak pada teman-temanku.
Aku turun dari motor dan melihat di sebelah kanan ku terdapat tumbuhan ilalang yang masih menjulang tinggi. Sepertinya tanah yang itu belum dikeruk. Menurutku tempat tersebut cocok untuk dijadikan spot foto.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We in Love?
FanfictionJust a regular teenagers story. It is actually inspired by my own story when I was in middle school, with a litte bit of spices. I'm not copying any writer, and I hope you too. I hope you enjoy your readings. Good luck 😉 xoxo ♪❤ Langsung aja, ga us...