Tepat tiga hari setelah ujian tengah semester selesai, sekolah mengadakan kegiatan menginap di sekolah. Kami biasa menyebutnya Sleep Over. Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat keakraban kami para siswa. Begitu sih kata pak Syarif.
Pada sore hari, kami semua berkumpul di aula sekolah. Semua temanku membawa begitu banyak barang mulai dari snack hingga bedcover. Lumayan lah untuk dijadikan alas tidur. Aku hanya membawa barang seperlunya seperti celana ganti, sisir, bedak, sikat gigi, dan lainnya. Untuk makanan aku hanya membawa beberapa snack, minuman saset, dan mie instan siap seduh.
Sempat kulihat Jevano di depan pintu gerbang sekolah. Di antara dia dan teman-temannya yang lain, Jevano membawa paling banyak barang. Aku sempat berpapasan dengan Ummi di minimarket tadi, tapi sepertinya Ummi terlalu sibuk membelikan barang untuk anak bujangnya itu, hihi. Namun aku belum melihat Arkana sejak sampai di sekolah.
Kami duduk lesehan sesuai urutan kelas. Arkana masih tidak terlihat. Masa iyaa dia tidak jadi ikut? Leherku hampir copot karena terus-terusan menoleh ke pintu masuk dan ke barisan kelasnya yang berada tepat di belakang berisan kelas ku. Kenapa pula Aku jadi mencarinya?
Langit mulai kehilangan sinar matahari, digantikan dengan sinar bulan. Ruang perempuan dan laki-laki dipisah. Perempuan hanya diberi satu ruangan, sedangkan laki-laki dua. Kami semua bergegas pergi ke ruangan masing-masing, saat itu pula aku bertemu Arkana yang berdiri tepat di depanku sambil ngos-ngosan.
"Arkana? Lo baru dateng?" Arkana hanya mengangguk. Akhirnya aku menemani Arkana menuju meja absensi. Beruntug di sana masih ada Pak Syarif. Beliau hendak bangkit dari duduknya. Kertas absensi sudah rapih di genggamannya.
"Pak Syariif..." Teriakku, membuat pak Syarif terkejut.
"Yaa ampun, Khaira, bapak kaget! Syukur bapak ga jantungan," Pak Syarif memegang dadanya dramatis. "Loh, Arkana. Kamu baru dateng?"
"Iyaa pak," Arkana kali ini tidak tersenyum, dia merasa bersalah karena terlambat 2 jam.
"Yaudah ini, kamu absen dulu," Pak Syarif membuka lagi kertas absensi siswa. Aku membantu Arkana mencari namanya.
"Nih," Kataku menemukan namanya, "Tanda tangan, lo di ruangan 2 sama Jevano," Pak Syarif hanya diam, merasa tugasnya sudah ku ambil alih. "Lo tau kan tempatnya?"
"Engga." Singkatnya setelah menandatangan kertas absen.
"Yasudah, bapak antar. Terima kasih Khaira. Kamu bisa ke ruangan sendiri kan?"
"Sama-sama. Bisa kok, Pak." Pak Syarif tersenyum pada ku.
"Oke. Ayo, Arkana."
"Makasih, Kai." Arkana menggenggam lengan kiriku sebelum akhirnya pergi bersama Pak Syarif. Rasanya ucapan terima kasihnya sangat tulus, padahal aku hanya membantunya untuk absen.
***
Setelah makan malam, kami kembali ke aula sekolah yang cukup luas untuk bermain games, dll.
Dari semua permainan yang dibawakan, tebak kalimat adalah salah satu yang paling mengocok perut.
Salah satu perwakilan kelas ditunjuk untuk ikut bermain.
Puncak dari permainan ini adalah ketika Bayu, Haikal, Arkana, dan Yogi berada di satu tim. Sebagai mascot kelas 8.2, sudah pasti tim Bayu akan memenangkan permainan ini.
Bayu menjadi peraga pertama. Kalimatnya adalah 'Babi buta'. Bayu dan penonton yang lain tertawa lebih dulu, sedangkan peraga lain yang tidak tahu menahu itu hanya bisa diam. Mudah saja bagi Bayu, dia tinggal menarik hidungnya keatas, persis seperti babi, lalu menutup matanya. Kami semua tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We in Love?
FanfictionJust a regular teenagers story. It is actually inspired by my own story when I was in middle school, with a litte bit of spices. I'm not copying any writer, and I hope you too. I hope you enjoy your readings. Good luck 😉 xoxo ♪❤ Langsung aja, ga us...