Marching Band or Else

4 0 0
                                    

Author's POV

"Kai! Buru, lama lo!" Jevano membalap Khaira dengan sepedahnya.

"Ehh tunggu!!"

Beberapa hari belakangan Khaira dan Jevano sering bersepeda bersama ke sekolah. Mereka selalu janjian di titik temu yang tak jauh dari rumah mereka.

Jevano sudah berada jauh di depan. Kalau begini terus untuk apa mereka bersepedah bersama ke sekolah?

Jika saja Khaira tega meninggalkannya dan langsung pergi ke sekolah, dia tidak akan telat masuk. Beruntung Bang Yamin si penjaga gerbang sekolah  sedang berbaik hati membukakan gerbang hari ini.

Saat jam terakhir, Bu Rina memulangkan kelas 8.2 sebelum bel pulang berdering, jadilah Khaira duduk menyendiri di sepedanya menunggu Jevano seperti biasa.

Tepat saat jam nya pulang sekolah, parkiran mulai dipenuhi banyak orang.

"Kai!" Itu suara Jevano. Khaira bersiap dengan sepedanya.

"Ayo balik."

"Kai, maaf banget..."

"Apa lagi?" Tanya Khaira lelah dengan kata maaf Jevano yang dilontarkannya setiap pulang sekolah.

Beberapa hari belakangan Jevano tidak bisa pulang bersama dengan alasan kerja kelompok atau berbagai alasan lainnya. Entahlah tapi hal ini membuat Khaira risih terlebih semenjak kasus sleep over kala itu.

Sikap Jevano akhir-akhir ini membuat Khaira bertanya-tanya dan penasaran sebenarnya apa yang dilakukan Jevano, apa benar dia terlibat dalam suatu hal atau hanya kebetulan?

"Hari ini gue harus selesaiin tugas. Bukan kerja kelompok sih, tapi kita mau ngerjain tugas bareng."

Nah kan.

"Tugas apa? Bareng siapa aja? Kalo gitu gue ikut." Tanya Khaira tanpa jeda.

"Ga bisa Kai. Isinya cowok semua. Lo mau?" Khaira hanya diam menatap Jevano kesal. "Udah yaa, gue ditungguin nih." Jevano buru-buru mengayuh sepedanya.

Kejadian seperti ini tidak hanya terjadi sekali dua kali, tapi hampir setiap hari. Setiap hari Khaira harus pulang sendiri tanpa ditemani siapa pun karena hanya Jevano lah yang rumahnya searah dengannya.

Ingin rasanya Khaira kesal dan marah pada Jevano, tapi dia tidak bisa.

***

Bu Restu selaku guru bimbingan konseling, dan Bu Tri selaku Pembina ekskul Marching Band memanggil Khaira, leader dari color guard, Miranti, leader dari perkusi, Citra, leader alat tiup, dan Julai yang sekarang masih menjabat sebagai ketua umum ekskul untuk ke ruang bimbingan konseling.

Ruangan BK tertutup rapat dan sangat privasi, hanya orang berkepentingan yang bisa masuk ke dalam ruangan itu sehingga percakapan apa pun sangat terjaga kerahasiaannya.

"Jadi Ibu panggil kalian ke sini karena Bu Restu sudah cerita soal keinginan kalian untuk mengadakan pawai."

Mereka semua membulatkan mata karena tidak menyangka beliau akan merespon secepat ini. Sedangkan Julai masih tampak ling-lung.

"Menurut Ibu..." Mereka mendengarkan secara seksama dengan perasaan campur aduk berharap beliau-beliau setuju dengan ide pawai itu. "Ide kalian bagus..." Mereka semua tersenyum lega mendengarnya. "Tapi Ibu dapat info dari pelatih bahwa bulan November nanti akan diadakan lomba, apa kalian sudah tau?"

Mereka semua menggeleng karena memang para pelatih tidak menginfokan apa pun.

"Saran Ibu sebaiknya kalian ikut lomba karena bisa dibilang lebih menguntungkan, selain untuk promosi sekolah kita, kalian bisa dapet pengalaman lebih dengan melihat cara bermain pesaing..." Anak-anak itu masih berpikir dan mencerna perkataan Bu Tri. "Menang atau kalah itu hal biasa, yang penting kalian sudah coba. Selain itu kalian juga akan dapat sertifikat yang bisa kalian pakai untuk daftar sekolah." Bu Tri menjelaskan pertanyaan yang berputar di pikiran Khaira, Miranti, Citra, dan Julai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Are We in Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang