Ujian Jevano

5 0 0
                                    

Kalian tau jam pelajaran apa yang paling disenangi setiap pelajar? Yap, jam kosong. Siapa yang bisa menolak jam kosong? Semua orang berharap setiap hari adalah jam kosong.

Seperti  anak-anak sekolah dasar, aku dan teman-teman ku selalu bermain berbagai macam permainan seru ketika jam kosong. Sangat berbeda dengan kegiatan jam kosong di jaman sekarang yang selalu bermain game daring.

Saat di sekolah dasar, aku dan teman-teman ku biasanya bermain karet, kuda templok, benteng, kejar-kejaran, galaksi, dan lainnya.

Hari ini aku dan teman-teman akan bermain 3-6-9.

Cara bermain 369:

1. Dilarang menyebut angka tiga, enam, dan sembilan.

2. Angka-angka itu diganti dengan satu tepukan.

3. Jika sudah mencapai angka 33, kita harus menepuk tangan dua kali.

Cukup mudah bukan? Tidak akan mudah jika kalian tidak fokus. Kami sepakat bahwa yang salah wajahnya akan dicolek bedak bayi.

Aku, Bunga, Citra, Miranti, Rara, dan lima orang lainnya duduk di lantai beralas karpet biru tua yang memang sengaja dipasang pihak sekolah. Permainan dimulai dari ku.

"Satu."

"Dua."

"T-" Citra menepuk tangannya. Hampir saja.

"Empat."

"Lima."

"Enam."

"Dih! Salah!!!" Kami semua tertawa karena Elsa seharusnya menepuk tangannya, bukan menyebut angka.

Kami semua mencolek wajah Elsa dengan bedak. Semua masih tampak normal di awal permainan. Puncaknya adalaah saat ronde ketiga & empat, saat angka mencapai tiga puluhan.

"Eh, pertaurannya ga boleh ketawa juga dong, biar seru." Miranti menambah peraturan baru ditengah permainan. Boleh juga idenya.

Kalian tau kan sesuatu yang dilarang malah membuat kita ingin melakukannya.

Kami semua menutup mulut rapat-rapat. Aku melihat Elsa membuat wajah aneh akibat menahan tawanya. Belum apa-apa dia sudah menahan tawa. Aku tidak kuat. Aku tidak mau ketawa sendirian.

"Liat mukanya Elsa deh." Semua orang menurutiku.

"Kayak kodok." Citra asal bicara. Tawa kami pun lepas. Hahahah.

Supaya adil, kami semua melumuri wajah dengan bedak bayi hingga tebal bak dilapisi tepung. Kami semua menenangkan diri dan melanjutkan permainan.

Permainan semakin sengit, kami semua mencapai angka tiga puluh-an lagi. Suasana sedikit hening karena hanya suara tepukan yang menggema. Tiba-tiba Bayu masuk ke dalam kelas sambil menyanyikan lagu dangdut kesukaannya dengan cengkok yang dibuat-buat.

"Laksmana raja di laAaooOooTtt. Dus tak, dus tak."

Suasana yang tadinya hening mendadak penuh tawa. Kulihat Miranti tertawa terbahak-bahak hingga matanya berair. Aku dan yang lain pun ikut tertawa. Ku lihat Bayu keheranan dengan kami yang tertawa terbahak-bahak. Kami semua memegangi perut masing-masing.

"Aduh gua ga kuat sama Bayu anjir." Semua orang merasakan hal yang sama seperti kamu, Ra.

"Lagi hening dia nyanyi doong." Aku tertawa hingga tidak ada suara, mata ku juga berair.

"Bay, lagi Bay." Kata Elsa yang tawanya seperti virus.

"Ra sudhi!" Kami semua semakin terbahak-bahak setelah mendengar logat jawa Bayu yang tak kalah medhok dari orang-orang jawa asli. Kami semua meniru gaya bicara Bayu tetapi tidak ada yang bisa selucu Bayu. Memang Bayu tak terkalahkan. Hahahah.

Are We in Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang